[Happy Reading All!! Hope you like it, vote and comment please. Thank you🙏🏻]
Sekolah mulai sepi karena hampir seluruh penghuninya sudah pulang namun ada juga beberapa yang masih sibuk dengan aktifitas mereka yang belum terselesaikan. Salah satunya yang belum pulang itu sekarang sedang berada di rooftop sambil menatap awan dalam diam.
Silvia belum mau pulang entah karena apa. Tadi Karin dan Adel mengajaknya pulang bersama ia beralasan kalau ada sesuatu yang harus dia lakukan. Padahal aslinya mah dia hanya bengong disitu sampai sekolah sepi.
Harusnya ia senang karena sekarang orang tuanya ada bersama dia dan Rafa di apartement untuk 2 hari kedepan. Tapi dia kini malah merasa malas untuk pulang dan menghabiskan waktu bersama mereka. Sekitar sepuluh menit berlalu tiba-tiba Silvia menghela napasnya lalu tertunduk. Hari ini cukup melelahkan baginya.
Selain lelah karena pelajaran dan tugas, pikirannya juga masih diganggu dengan beberapa hal dari luar alias yang tidak ada kaitannya dengan kehidupan sekolahnya.
Tadi pagi Dion sudah menceritakan segalanya padanya dan penjelasan dari cowok itu cukup untuk menjawab pertanyaan dalam benaknya. Meski sudah dapat jawabannya tetap saja dirinya tidak bisa berhenti memikirkannya.
Ucapan Dion berputar lagi dalam kepalanya bagaikan sebuah kaset. Otaknya ia paksakan berpikir, menyusun kembali kepingan-kepingan memori. Dari penjelasan Dion, Silvia menarik kesimpulan kalau dulunya kedua geng itu saling berteman dan membentuk relasi yang baik namun, mereka kemudian saling bermusuhan karena kakaknya--Rafa merencanakan sesuatu tanpa sepengetahuan geng Dark Sputnik.
Namun kesimpulan itu juga belum pasti menurutnya karena bisa saja penyebab mereka saling membenci satu sama lain adalah karena hal lain dan itu tidak Dion ceritakan padanya. Untuk saat ini sebaiknya dia tidak terlalu ikut campur urusan kedua geng itu. Lagi pula dia tidak ada kaitan apa-apa dengan masalah mereka.
"Bego bat dah gue. Buang-buang waktu aja mikirin hal beginian. Mending gue pulang."
Ia bangkit lalu meraih tasnya dan beranjak pergi. Saat akan membuka pintu, kening Silvia berkerut. Tiba-tiba rasa panik menghampirinya kala ia mencoba menarik gagang pintu rooftop itu beberapa kali tapi pintunya tetap tidak terbuka sama sekali. Ia langsung menggedor pintu itu kuat-kuat dengan harapan ada orang di sekitar situ yang mendengar dan akan menolongnya.
"Tolong!! Woyy, siapa aja yang ada di sekitar situ, tolongin gue. Ini pintunya gak bisa dibuka!"
"YAKK!! PAK! PAK SATPAM PLISS BUKAIN PINTUNYA INI MASIH ADA ORANG DISINI LHO PAK!! MAKANYA KALO KUNCI TUH LIAT-LIAT DULU NGAPA! GAK TAHU ADA TITISAN DEWI ATHENA DISINI APA?!!"
"Sial. ARRGH INI GUE GIMANA PULANGNYA EGE!! Mana mau hujan lagi. Gak, gak bisa kayak gini. Gue harus lakuin something."
Silvia langsung mengeluarkan hp dari balik saku roknya lalu mencoba menelpon satu per satu orang yang menurutnya bisa menolong dirinya keluar dari sini.
Namun sepertinya ia memang tidak beruntung karena semua orang yang ia hubungi tidak menjawab telepon mereka, bahkan kakaknya pun tidak mengangkat teleponnya.
"Sial banget gue! Kalo aja gue punya kekuatan super gue bakal minta Dewa Hermes ngirimin pesan buat mereka!" Ia menghentak-hentakkan kakinya kesal.
KAMU SEDANG MEMBACA
DIVIA || On Going
Teen Fiction[DIHARAPKAN FOLLOW SEBELUM MEMBACA!] Silvia Priscilla tidak pernah menyangka bahwa dalam hidupnya dia akan terikat oleh hubungan asmara dengan Dion dan Dirga. Kisah cinta ini semakin rumit dengan disertainya sebuah kenyataan bahwa Dion dan Dirga ada...