Bel berbunyi tepat pukul 14.00, menandakan bahwa segala kegiatan yang berlangsung dihentikan. Dion berjalan santai dengan kedua tangannya ia masukkan kedalam saku celananya. Beberapa siswa-siswi yang berpapasan dengannya langsung menunduk takut-takut, bahkan ada yang sampai bergeser guna memberi akses lebih luas bagi pemuda itu lewati.
Dion memakai helm full face-nya lalu menaiki kuda besinya. Baru saja dia hendak menyalakan motornya namun, seseorang langsung merebut kunci motornya dalam sekejap.
Dengan wajah malas Dion berucap, "Apa?"
Orang yang merebut kunci motornya itu adalah Silvia. Gadis itu hanya menatap Dion dengan wajah datar tanpa mengatakan apa pun seolah hal yang dia lakukan itu bukanlah suatu masalah. Firasat Dion mengatakan kalau gadis berambut sepinggang itu ingin mengatakan sesuatu.
Jika kalian bertanya dimana Yogas dan Haris? Maka jawabannya adalah, mereka sudah pulang lebih dulu. Yogas ada latihan Taekwondo sedangkan Haris harus jemput Ricky.
"Lo dipanggil sama Bu Lili."
Kedua alis Dion beradu, "ngapain?"
Silvia mengendikkan bahunya tanda tak tahu. Dia hanya diminta Bu Lili untuk panggilkan laki-laki ini. Lagi pula dia juga bukan tipe orang yang suka kepo dengan urusan orang lain.
"Udah cepetan sana keburu Bu Lili ngamuk." Desak Silvia.
Dengan amat sangat terpaksa Dion turun dari motor lalu melepas helm-nya. Sebelum beranjak dari sana, Dion menyodorkan tangannya ke depan Silvia.
"Apa?"
"Kunci motor gue ogeb. Lo mau gue pulang jalan kaki?"
Silvia malah tersenyum tanpa dosa setelah menyadari hal itu. Silvia pun mengembalikan kunci motor Dion. Laki-laki itu menerimanya dengan kesal lalu pergi.
Sementara Silvia berjalan menuju gerbang sambil mengotak-atik Hp-nya. Dia ingin menelpon sang kakak untuk menjemput dirinya.
"Bisa jemput gak?"
"...."
"Trus gue pulangnya gimana?"
"...."
"Nggak ah, malas sama si Kevin. Anaknya nyebelin." Silvia mulai merengek.
"...."
"Yaudah deh. Hati-hati dijalan, jangan ngebut, jangan tawuran lagi, jangan balapan juga. Awas aja kalo ngelanggar!"
Tut
Setelah sambungan telepon terputus, Silvia langsung menghela napasnya. Ternyata kakaknya sedang ada urusan dan tidak bisa menjemputnya. Akhirnya mau tidak mau dia harus mencari tumpangan.
Silvia tidak punya uang lebih untuk ia gunakan sebagai ongkos naik transportasi umum, jadi disinilah dia sekarang. Berdiri didepan gerbang sekolahnya lalu menoleh ke kanan dan ke kiri mencari tumpangan. Demi apa, Silvia sekarang kelihatan seperti orang tersesat.
Tin tin
Silvia menoleh saat mendengar bunyi klakson didekatnya. Ah ternyata Dion. Sepertinya dia sudah selesai berurusan dengan Bu Lili.
"Ngapain?"
Pertanyaan Dion bikin mood Silvia makin hancur saja.
"Salto. Nggak rabun kan lo? Pake nanya segala."
"Santai dong."
"Sintii ding, cih. Ngerusak suasana aja." Usir Silvia lalu menatap sekitarnya mencari tumpangan.
"Lagi cari tumpangan?" Tanya Dion lagi.
Silvia yang malas menjawab hanya berdehem.
"Mau bareng?" Tanya Dion lagi.
KAMU SEDANG MEMBACA
DIVIA || On Going
Ficção Adolescente[DIHARAPKAN FOLLOW SEBELUM MEMBACA!] Silvia Priscilla tidak pernah menyangka bahwa dalam hidupnya dia akan terikat oleh hubungan asmara dengan Dion dan Dirga. Kisah cinta ini semakin rumit dengan disertainya sebuah kenyataan bahwa Dion dan Dirga ada...