Silvia melempar tatapan penuh kekesalan pada sosok remaja laki-laki berambut gondrong itu. Baru saja satu hari dia datang tepat waktu, hari ini dia malah terlambat lagi.
"Kali ini apa lagi yang bikin lo telat?" Tanya gadis berambut sepinggang itu agak kasar.
Sambil menatap ke samping Dion membalas, "ada masalah dikit. Biar cepet, langsung kasih hukuman aja." Diakhir kata Dion mengangkat sedikit dagunya angkuh tentu hal itu buat Silvia jengkel.
"Seneng banget kayaknya kalo dihukum. Yaudah hormat bendera sana. No debat, cepetan!"
Tanpa mengatakan apa-apa Dion langsung berjalan ke tengah lapangan dan menjalankan hukumannya. Silvia memijat pelipisnya sebentar.
Anak itu sepertinya sudah terlalu sering hormat bendera makanya otaknya korslet kali, dia kelihatan biasa saja saat menjalankan hukumannya. Beda lagi dengan anak-anak lain yang langsung mengeluh panas atau capek padahal mereka berdiri belum sampai 5 menit.
Dari pada makin pusing lebih baik dia masuk saja ke kelas. Lagipula mereka tidak mungkin akan melarikan diri dari hukuman kecuali kalau ada yang pingsan. Lagipula ada pak satpam yang berdiri tak jauh dari sana sedang mengawasi mereka, mau lari kemana coba.
Dion menatap Silvia yang mulai menjauh dengan raut datar padahal dalam hati dia sedang mengumpati nama seseorang tanpa henti.
"Ckk, Theo sialan, awas aja lo." umpatnya pelan.
{♡♡♡}
Seperti biasa Silvia, Karin, dan Adel pergi ke kantin bersama. Tapi kali ini yang makan hanya Karin dan Adel saja karena Silvia bilang masih kenyang. Dia ikut mereka saja karena bosan sekalian mau beli minum.
Tiba-tiba meja mereka dihampiri tiga siswa lainnya. Silvia yang sadar duluan dengan kehadiran mereka tentunya kaget.
"Hai, boleh gabung?" Tanya Dirga ramah. Tampaknya Dirga dan kedua temannya itu tidak mendapat tempat kosong lagi.
Sontak Karin dan Adel yang tadi sibuk makan langsung menatap si pemilik suara.
Silvia langsung menjawab, "boleh kok."
"Boleh apa? Kalian ngomong apa tadi?" Tanya Karin yang kelihatan bingung dengan respon Silvia. Ya wajar sih, dia kan sibuk makan jadi tidak connect.
"Dirga ijin join."
"Oh kirain, yaudah sini."
Ketiganya langsung duduk tepat di depan ketiga gadis tersebut. Mereka semua tampak fokus dengan makanan masing-masing, kecuali Silvia yang kini main hp-nya karena merasa canggung. Apalagi sekarang Dirga berada tepat di depannya. Rasanya mau meninggoy, racaunya.
"Dir, lo yakin gak salah ngasih gue nomor kan?"
Beruntung sekali Karin tiba-tiba mengajak Dirga bicara. Setidaknya aura canggung agak berkurang.
"Nggak kok. Emang napa?"
Kedua alis Karin menukik dalam, "tapi kok pas dihubungin gak bisa. Jangan-jangan Haris udah ganti nomor?"
Dirga mengendikan bahunya, "mungkin."
Karin kelihatan lesu setelah Dirga membalasnya. Adel yang disebelah Karin, langsung menepuk bahu gadis itu, sontak membuatnya menoleh.
KAMU SEDANG MEMBACA
DIVIA || On Going
Teen Fiction[DIHARAPKAN FOLLOW SEBELUM MEMBACA!] Silvia Priscilla tidak pernah menyangka bahwa dalam hidupnya dia akan terikat oleh hubungan asmara dengan Dion dan Dirga. Kisah cinta ini semakin rumit dengan disertainya sebuah kenyataan bahwa Dion dan Dirga ada...