Shei, Lo? Fakk!

1K 60 0
                                    

Geo meraih pisau lipat itu lalu melemparkannya asal, ditariknya lengan Shei agar lebih dekat dengannya. "Siniin tas lo."

"Buat apa?" tanya Shei bingung.

"Ck, udah cepet siniin tas lo!"

Dengan bingung, Shei memberikan tasnya itu. Dengan cepat Geo menggeledah, bahkan menjatuhkan semua alat tulis milik Sheirna ke rerumputan. "Lo ngapain sih, Ge?!"

"Cari sajam lagi, lo umpetin dimana?!"

Shei menganga tak percaya, direbutnya kembali tas miliknya itu. "Lo pikir gue tukang jagal yang selalu bawa banyak sajam?!"

"Jangan bawa kaya gituan lagi, Shei, lo gak tau apa yang bakal terjadi kedepannya!"

"Justru karena gue gak tau apa yang bakal terjadi dimasa depan, jadi gue jaga-jaga bawa gituan. Lagian lo tuh freak banget sialan, tadi ngamuk-ngamuk, sekarang cosplay guru BK!"

Geo menghembuskan nafas kasar, entah kenapa, ia tak bisa kembali merasakan amarah pada Sheirna. Aura yang gadis itu pancarkan membuat dirinya sedikit terintimidasi dan bingung, Shei tak pernah menunjukkan sifatnya yang tidak bisa ditebak seperti ini. "Gue mau bicara baik-baik sama lo, gue harap lo mau dan gak banyak tingkah."

Shei mengerutkan kening sesaat, setelah itu mengangguk lalu duduk di rerumputan tanpa memperdulikan jika roknya akan kotor. "Gue tau, pembicaraan kita gak akan jauh-jauh dari perjodohan dan pacar kesayangan lo itu."

"Kenapa lo berubah, Shei?" tanya Geo membuat Shei tersedak ludahnya sendiri.

"B-berubah apa maksud lo? Gue gak berubah, gue bukan ultragirl!"

"Kenapa lo jadi berani sama gue? Kenapa lo jadi gak bisa ditebak? Kenapa lo jadi berani natap gue, bahkan dengan tatapan permusuhan. Apa yang lagi lo rencanain?"

Shei tersenyum miring, "Kenapa lo jadi kepo? Bukannya selama ini lo acuh?"

"Lo gak inget persyaratan yang gue bilang waktu itu? Gue minta lo jadi perempuan yang pendiem dan gak berulah, tapi sekarang? Emangnya lo udah gak berusaha memantaskan diri lagi biar bisa jadi tipe gue?"

"Dulu gue terlalu naif, gue bodoh. Padahal, dulu gue adalah tipe pacar gue banget, tapi gue berubah demi lo. Dan sekarang, gue udah sadar, ternyata gue cuma harus jadi diri sendiri, dengan itu gue bisa tahu mana orang yang beneran suka dan nerima gue apa adanya. Buat lo yang selalu jahatin gue, gue rasa, gue harus jadi orang yang paling lo benci." Jawaban Shei jelas membuat Geo marah, tak hanya itu, entah apa yang terjadi, tapi hatinya bergemuruh hebat.

"Kenapa gak bujuk orang tua lo buat batalin perjodohan ini?"

Sheirna mengelus rambut Geo lembut, "Harusnya lo berterima kasih ke gue, Ge. Berkat gue, lo jadi bisa berjuang sama Resha buat dapetin restu dari orang tua lo. Bayangin, siapa tahu nanti akhirnya mereka tahu apa yang udah gue lakuin dan berakhir kasih restu buat lo berdua."

Geo menutup matanya sebentar, ia merasa sedikit nyaman saat jemari Shei tak berhenti mengelus rambutnya. "Gue gak percaya sama lo!" Sangkal Geo masih dengan pikiran negatifnya tentang Shei.

"Terserah"

"Besok malem, ada ulang tahun perusahaan salah satu rekan kerja daddy sama papa, daddy minta lo buat dateng sama gue. Kalau lo nolak, lo bilang langsung ke daddy gue." Shei mengatakan permintaan ayahnya tadi pagi. Geo hanya bisa mengangguk kecil, percuma juga menolak. Ia tak sekuat itu untuk menolak perintah ayahnya Sheirna.

"Gue mau balik, lo mau anterin gue atau nggak?" Tanya Shei membuat Geo menahan lengan Shei. "Baliknya nanti, makan malem disini, gue yakin mama udah masak buat lo."

Shei terdiam sebentar lalu mengangguk kecil, "Baju ganti?"

Geo membawa Shei masuk kerumah dan menyeretnya ke kamar miliknya. "Semua baju ganti lo ada di lemari yang itu." Tunjuk Geo pada salah satu lemari yang berada dipojok ruangan. Saat Shei membukanya, ia terkejut melihat banyak pakaian wanita disana. "I-ini semua punya gue?"

"Lo amnesia atau bodoh? Jelas-jelas lo yang masukin semua baju itu ke lemari gue!"

Kay merutuki Shei dalam hati, bagaimana mungkin tubuh yang ia tempati saat ini begitu brutal? Memasukkan pakaian di kamar milik Geo? Apa Shei berpikir ia akan berakhir menjadi milik Geo? Bodohnya.

Dengan asal ia mencomot baju ganti dan membawanya ke dalam kamar mandi, tak lama, ia keluar menggunakan sebuah kaos hitam kebesaran dan celana pendek sebatas lutut. Rambut ungu-hitamnya sudah dibalut handuk pertanda bahwa ia baru saja keramas. "Ada hairdryer, gak?" Tanya Shei pada Geo yang tengah rebahan di kasur.

"Semua perlengkapan hidup lo ada di laci sana, Shei. Lo tuh kenapa sih?"

Shei terbengong ditempatnya, "Apa selama ini gue hidup berdampingan sama lo? Kenapa semua barang-barang gue ada disini? Kita cuma sekedar tunangan paksa kan, Ge?!" Pekik Shei heboh.

Dengan Geram, Geo mendekati Shei lalu dijitaknya kepala Shei yang terlapis handuk. "Kayaknya lo udah mulai gila! Minggir, cukup ngalangin hubungan gue sama Resha aja, jangan ngalangin jalan gue!" Geo mendorong pelan Shei lalu berganti ia yang memasuki kamar mandi setelah menyambar sebuah kimono. "Lo keluar Shei, gue mau ganti baju!" Teriakan Geo membuat Shei langsung ngibrit keluar kamar hingga melupakan hairdryer yang sempat ia tanyakan.

"Sheirna kurang ajar, bisa-bisanya lo gak ngasih ingatan tentang sisi jablay lo ini ke gue! Lagian nih orang tolol banget sih, gimana kalo nantinya dia diapa-apain sama Geo karena semua kelancangannya? Apa Shei gak berpikir sejauh itu? Apa pikirannya cuma tentang gimana caranya buat Geo jatuh cinta padanya? Jika iya, tolong teriakkan pada gadis itu untuk berpikir dengan otaknya!" Kayara terus menggerutu dan menyumpah serapahi Sheirna yang begitu naif dan bodoh.

"Jangan lari-lari ditangga, Shei!"

Shei menyengir lebar pada Reno yang tengah duduk di ruang tengah, disampingnya ada Vena yang baru saja datang dengan nampan berisi teh dan beberapa cemilan. "Itu kenapa masih pake handuk? Kenapa gak dikeringin rambutnya?"

"Alatnya mati, ma, boleh pinjem punya mama?" ia sengaja berbohong, tak ingin mengatakan jika ia takut berlama-lama berada satu kamar dengan Geo.

Vena mengangguk kecil, "Ayo mama bantu keringin rambut kamu." Vena menggiring Shei pelan kearah kamarnya.

"Mau dicurly sekalian, gak?" tanya Vena setelah selesai mengeringkan rambut Shei. "Gak usah ma, Shei gak mau kemana-mana juga. Repot."

Vena sedikit terkejut, biasanya Shei itu selalu mau tampil dengan sempurna. Mau dirumah atau tidak, rambutnya selalu badas, make-up nya selalu nampak, dan gayanya? Vena baru sadar jika hari ini Shei menggunakan kaos biasa. Kemana dress yang selalu gadis itu kenakan? Apa calon menantunya itu mulai bosan dengan dress yang itu-itu saja? Haruskah ia membelikannya lagi? Sepertinya iya!

"Shei lagi pengen pake kaos aja, ma, jangan borong dress buat Shei lagi." Seperti bisa membaca pikiran Vena, tapi Shei bisa melihat dengan jelas arti tatapan calon mertuanya itu.

"Mama pikir kamu bosan, Shei."

Shei tersenyum lembut, "Mana mungkin Shei bosen sama barang-barang yang mama kasih."

Kayara TransmigrasiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang