Perkara Bekas Makan

794 43 0
                                    

Minggu pagi adalah hari yang paling Sheirna tunggu, karena hari ini ia sudah duduk diteras villa yang keluarganya miliki

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Minggu pagi adalah hari yang paling Sheirna tunggu, karena hari ini ia sudah duduk diteras villa yang keluarganya miliki. Ya, setelah berunding akhirnya mereka setuju untuk berangkat sabtu sore agar esoknya mereka bisa menghabiskan waktu bersama seharian.

Sheirna menikmati paginya yang berbeda dengan biasanya, dikehidupan milik Kayara atau bahkan milik Sheirna asli, mereka sama-sama tidak pernah merasakan berlibur bersama keluarga. Satu dari banyak hal yang mereka sama-sama rasakan adalah hidup ditengah keluarga yang tidak memiliki waktu untuk keluarga.

"Pagi, Shei." Sapa Geo yang datang dari luar villa.

Shei tersenyum kecil, "Pagi juga, Geo. Dari mana pagi buta gini?" Tanya Shei melirik arloji miliknya yang masih menunjukkan pukul setengah enam. Bahkan kedua orang tuanya dan orang tua Geo pun belum bangun.

"Beli bubur, mau sarapan bareng?" Tawar Geo sembari mengangkat kresek bubur yang ia bawa.

Shei mengangguk sebagai jawaban, "Tunggu disini, aku ambil sendok sama mangkok dulu kedalem. Kamu sekalian bikin kopi? Atau teh?"

"Kopi aja, jangan terlalu banyak gulanya."

Setelah itu Shei masuk kedalam membuat kopi dan mengambil alat makan, beberapa saat kemudian dia datang dan menyiapkan bubur kedalam mangkok. Shei mengambil ponselnya yang berada diatas meja, ia memotret beberapa pemandangan villa dan bubur miliknya sebelum akhirnya memposting di ig miliknya.

"Kenapa cewek kalo makan harus foto dulu?" Tanya Geo menggeleng tak habis pikir.

"Gak harus, tapi kebanyakan iya. Kaya ada dorongan buat lakuin itu dari dalam jiwa raga ini, dan menurut gue itu normal." Sahut Shei sambil menyuapkan bubur kedalam mulutnya.

Geo menggeleng pelan mendengar jawaban Shei, "Kita sering makan bareng gini, tapi gue ngerasa kalo yang ada didepan gue itu bukan Shei. Aneh banget kan, Shei?"

Shei tersedak buburnya, dengan cepat ia menyambar segelas air putih yang tadi ia bawa. "Ngomong apasih, Ge, ngaco banget!"

"Ya aneh aja, biasanya lo manja banget, makan aja maksa buat disuapin."

Shei melotot mendengar itu, "Sealay itu? Najis banget, anjir!" Umpatnya tak sadar memaki sang pemilik tubuh.

Geo terkekeh kecil, "Alay dan ngeselin. Lo baru sadar?"

Dengan senyum yang dipaksakan, Shei mengangguk menyetujui ucapan Geo. "Tapi tenang, Shei yang alay dan najis udah nggak ada. Sekarang cuma ada gue, Shei yang bisa lakuin semua hal sendiri." Ujarnya dengan bangga.

"Yakin? Lo berubah kaya gini nggak cuma karena mau lakuin sesuatu, kan?" Selidik Geo serius.

"Kalo lo berpikir gue masih berjuang buat pertahanin perjodohan goblok ini, lo salah besar, Ge. Kita udah sepakat kemaren, kita bakal jadi temen, inget?" Shei kembali mengungkit pembicaraan mereka tempo hari membuat Geo terdiam lalu mengangguk kecil.

"Gue bakal ngejauh dari lo disekolah, dan diluar sekolah, gue bakal cari cara buat batalin perjodohan kita secepatnya. Dan setelah ikatan diantara kita udah gak ada, gue ataupun lo bebas dapetin kebahagiaan masing-masing."

Geo menghentikan kegiatan makannya, entah kenapa tiba-tiba selera makannya menurun drastis. "Gue selesai." Setelah mengatakan hal itu Geo berjalan memasuki villa meninggalkan Shei yang kebingungan.

"Napa tuh bocah? Prik banget tiba-tiba pergi gitu aja. Mangkoknya ketinggalan, Geovano!" Shei mendengus kesal karena Geo tidak kembali untuk membereskan peralatan makannya.

"Gue do'ain dia dapet jodoh yang cerewetnya gak ngotak!" Gerutu Shei yang mau tak mau membereskan bekas makanan miliknya dan Geo.

"Ngapain teriak-teriak gitu sih, Shei?" Tanya Luna yang tiba-tiba datang membuat Shei terlonjak.

"Aduhh, mommy ngagetin Shei aja sih. Ini lho si Geo, ngeselin banget gak mau beresin bekas makanan sendiri. Kan jadi Shei yang repot!" Adunya pada sang mommy berharap mendapat pembelaan.

Luna tersenyum sambil mengelus rambut Shei lembut, "Anggep aja latihan sebelum nanti beneran nikah sama Geo, biar nanti gak kaget sama kebiasaan dia. Sebagai istri, kita wajib loh melayani suami kita nantinya."

Shei merutuk dalam hati, "Boro-boro nikah, yang ada makan ati mulu si Shei kalo sama Geo."

"Ya tapikan harusnya dia bantuin Shei, setidaknya sebagai suami dia harus gentle dong, masa bantuin Shei gini aja gak mau." Bantah Shei membuat Luna menggeleng kecil.

Saat hendak membuka mulut, tiba-tiba Vena datang membuat keduanya mengalihkan pandangan. "Selamat pagi, ma." Sapa Shei dengan lembut.

Vena tersenyum lembut, "Selamat pagi sayang, kamu lagi ngapain?"

"Lagi beresin bekas sarapan sama Geo, ma."

Vena celingukan mencari sesuatu, "Terus Geo-nya mana? Kok kamu sendiri yang beresin?"

Shei tersenyum kecil, "Kayaknya kekamar deh, ma. Tadi abis makan langsung pergi gitu aja ninggalin Shei yang masih makan."

"Ini nih yang gue tunggu, kita liat, Ge, siapa pemenang sebenernya." Batin Shei senang.

Luna menyenggol lengan Shei pelan sambil melotot kecil, "Jangan bilang gitu, Shei." Bisiknya yang masih bisa didengar Shei dan Vena.

Vena menghembuskan nafas kasar, "Anak itu bener-bener, ya."

"Geovano, sini kamu!" Seru Vena saat melihat Geo yang baru turun dari tangga arah kamarnya.

"Kenapa, ma?" Tanya Geo bingung.

"Kenapa kamu ninggalin Shei gitu aja? Dia belum selesai makan, harusnya kamu tungguin dia sampe selesai. Dan bekas makannya juga jangan ditinggalin gitu aja, Ge, bantu Shei beresin." Omel Vena membuat Geo menatap Shei tajam. Sedangkan yang ditatap malah menundukkan wajahnya.

"Udahlah, Ven, ini cuma masalah kecil, gak usah diributin. Shei juga bisa kok beresin ini sendiri, iya kan, Shei?" Luna menatap Shei dengan isyarat agar mengiyakan ucapannya. Tanpa Luna suruh pun, Shei akan mengangguk untuk mendapatkan perhatian dari Vena.

"Iya, ma, Shei bisa kok beresin ini sendiri. Geo kan laki-laki, mungkin gak terbiasa beresin ginian. Udahlah, gak usah dipermasalahin." Ujar Shei dengan nada lembut.

Luna mengisyaratkan Shei agar segera masuk membawa alat makannya, "Udah, Ven, kasian Geo kamu pelototin gitu terus. Kita kepasar aja, yuk, beli bahan buat barbequean nanti. Aku masuk dulu ambil dompet, kamu ambil mobil aja." Luna segera masuk kedalam vilaa meninggalkan Vena dan Geo.

Vena menghembuskan nafas kasar, "Kamu bikin mama malu, Ge. Disaat kita lagi bareng-bareng kaya gini, harusnya kamu bersikap baik sama Shei dan keluarganya. Udah cukup semua kelakuan buruk kamu disekolah ke Shei, jangan perlakuin dia kaya gini lagi. Mau gimana pun dia itu tunangan kamu." Vena berjalan meninggalkan Geo yang masih terdiam ditempatnya.

"Cuma masalah beresin bekas makan, mama bilang aku bikin malu?" Tanya Geo membuat Vena menghentikam langkahnya.

"Ini bukan cuma tentang beresin bekas makan, Ge, ini tentang cara kamu memperlakukan orang yang udah sangat-sangat membantu kamu."

"

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Kayara TransmigrasiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang