Geo vs Naresh

904 51 0
                                    

Tak terasa satu bulan berlalu, Shei merasa sedikit tenang karena manusia-manusia dakjal yang menyebalkan itu tidak lagi berada disekitar dan membuat masalah dengannya. Naresh menepati janji untuk membantunya berpura-pura pacaran, dan hari ini perjanjian itu selesai. Shei sudah membuat rencananya sendiri, mulai dari memutuskan Naresh seperti dalam perjanjian, mencari cara untuk menyakinkan orang tuanya untuk memutuskan pertunangannya dengan Geo, dan fokus menikmati hidup seperti yang ia inginkan.

Shei mengajak Aurel dan Arkan untuk memetik mangga di halaman belakang sekolah, keduanya menyetujui ajakan Shei karena mereka juga menginginkan buah itu.

"Yang itu, Ar!"

Arkan yang berada diatas pohon hanya bisa mengelus dada sabar, sudah lebih dari sepuluh menit dirinya nangkring dipohon mangga karena paksaan Sheirna dan Aurel. Keduanya meminta Arkan untuk mengambil mangga untuk dijadikan asinan, ya, sebrutal itu memang. Salah siapa banyak pohon mangga mengelilingi sekolah, kan jiwa bar-bar Shei menggebu-gebu.

"Ar, yang itu, sebelah kanan lo!" Teriak Aurel membuat Arkan menoleh kearah kanan, dengan cekatan ia memetik mangga yang sudah sedikit kuning itu.

"Udahan Shei, Rel, udah berkilo-kilo itu!"

Shei dan Aurel mengangguk, "Oke, turun lo!"

Arkan menuruni pohon mangga itu dengan hati-hati, setelah sampai dibawah, ia melihat banyak kulit dan biji mangga berserakan. "Lo berdua makanin?!" Kesal Arkan membuat dua bestod itu menyengir lebar. "Abisnya nih mangga enak banget, manis kaya ayang!"

Shei mengangguk menyetujui ucapan Aurel, "Banyak banyak ini, Ar. Udahlah yok balik kekelas, nanti kita pesta mangga pas jamkos."

Ketiganya berjalan beriringan menuju kelas, ditengah perjalanan mereka menghentikan langkahnya karena melihat Resha yang tengah memungut banyak buku paket. Bisa dipastikan jika ini salah satu trik tolol yang dibuat bitch itu. "Ngapain lo ngegubrak disitu? Nggak dapet bangku sampe harus duduk dilantai kotor kaya gitu? Upss, lo sama lantai kan sama kotornya! Eh, mungkin malah lebih kotor mulut dan pikiran lo itu." Resha mendongakkan kepalanya menatap Shei.

"Tadi aku mau bawa buku ini ke perpus, tapi ditengah jalan bukunya malah pada jatuh." Sahut Resha lirih.

"O aja si gue"

Aurel menahan tawanya mendengar jawaban Sheirna, baginya, Shei yang sekarang lebih menyenangkan!

"Jadi sekarang lo mau minggir buat kasih gue jalan, atau lo mau gue yang bikin jalan sendiri dan injek-injek harga diri, ralat, tangan lo."

Resha segera meminggirkan tubuhnya, tapi tanpa diduga, Shei malah berbalik arah dan berjalan kedepan tanpa menengok lagi. "Cabut guys, kita muter, malesin lewat dijalan yang sama kaya bitch."

"Berharap gue lewatin tubuh lo ya, Res? Sorry, gue tau trik busuk najis lo." Gumam Shei terus berjalan yang diikuti Aurel dan Arka.

"Lo keren banget, Shei, gue sampe nganga!" Aurel yang mulai memuji dengan hiperbola.

"Kita ngantin dulu, beli bubuk cabe sama garem buat mangga." Ujar Arkan membuat mereka membelokkan langkahnya kearah kantin. Saat memasuki kantin, mereka dikejutkan dengan pemandangan yang sangat brutal dimana Geo dan Naresh yang sedang adu otot.

"Shiaaa!"

"Geovano, lo gila, ya?!" Pekik Shei kalang kabut, ia langsung menarik kerah seragam Geo yang hendak memukul Naresh lagi. "Lo bully dia, Ge?" Geram Shei melirik Naresh yang dicekal Aurel.

"Gak, dia yang cari masalah dulu!" Bantah Geo tak terima.

"Lo pikir gue percaya? Jelasin ke gue, kenapa lo mukulin dia?" Tanya Shei dengan nada datar.

Kayara TransmigrasiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang