Dare!

807 53 1
                                    

Aku gatau apa yang bikin kalian suka baca tapi males ngevote, aku juga gak akan maksa kalian buat vote, udah capek juga. Aku juga gatau cerita ini bakal aku lanjutin atau nggak karena aku udah gak ada niatan sedikitpun buat nulis. Selamat menikmati tulisan absurdku semuanyaaa💗






Senin telah menyambut pagi Shei, dengan malas ia menuruni tangga siap berangkat sekolah. "Selamat pagi dunianya, Sheiii!" Sapanya dengan riang saat melihat Adhi dan Luna tengah duduk diruang makan menunggu kedatangannya.

Saat mendekat ia dikejutkan dengan kehadiran Geo yang duduk disamping daddy-nya. "Kok ada Geo, mom?" Tanya Shei yang mendapat tatapan tajam dari Luna.

"Gak sopan kamu, Shei. Duduk disamping Geo, sarapan abis itu berangkat sama dia." Suruh Luna yang diangguki pasrah oleh Shei.

"Geo bilang kamu nolak dia anter-jemput kamu, kenapa, Shei?" Tanya Adhi membuat Shei menghentikan aktivitas meminum susunya.

"Shei nggak nolak, dad. Shei cuma takut kalo dia jadi sering terlambat kalau harus jemput Shei dulu, emang sih rumah kita searah kalo pulang, tapikan kalo berangkat nggak. Shei kasihan sama Geo, takutnya dia kecapekan." Jawabnya pelan membuat Adhi menggeleng pelan.

"Kalau gak sama Geo, kamu mau berangkat sama siapa? Kantor daddy kan gak searah sama sekolah kamu, daddy gak bisa anter-jemput kamu."

Shei melirik Geo yang sibuk memakan nasi gorengnya, "Geo,"

Geo menoleh kearah Shei, lalu beralih pada Adhi. "Geo gak keberatan kok dad, malahan Geo seneng bisa bareng sama Shei. Geo juga nggak bakal izinin Shei berangkat selain sama Geo atau daddy." Ujarnya membuat Shei mendelik sebal.

"Kalau nggak ada mommy sama daddy, gue pastiin nih piring nasi melayang ke kepala lo, Geovano!"

Setelah itu hening, mereka makan dengan khikmat hingga selesai. Adhi dan Luna lebih dulu berangkat ke kantor menyisakan Geo dan Shei didepan rumah.

"Cepetan Shei, udah mepet nih jam masuk!" Seru Geo yang sudah nangkring diatas motornya. Shei yang masih mengunci rumah hanya bisa melirik malas.

"Pagi non, sudah mau berangkat?" Sapa pak Rudi sang satpam.

Shei tersenyum ramah, "Iya nih pak, nitip rumah ya."

Pak Rudi terkekeh kecil lalu mengangkat tangannya hormat, "Siap non! Aman pasti kalo saya yang jaga."

"Shei!"

Shei memutar bola mata malas, "Shei duluan ya pak, macannya udah ngaum!" Ujar Shei dengan penuh penekanan yang bisa didengar oleh Geo.

"Lo tuh yang macan! Manusia-"

"Cantik!" Sahut Shei cepat memotong ucapan Geo.

"Cantik? Yang bener aja! Muka kaya saringan tahu gitu."

Tak terima mendengar hinaan dari mulut kotor Geo, dengan cepat Shei berjalan mendekati Geo. Dijambaknya rambut laki-laki brengsek didepannya itu, "Sekolahin mulut goblok lo itu!"

"Nyenyenyee"

Keduanya pun berangkat menuju sekolah dengan sangat ngebut dan ugal-ugalan, hal itu membuat Shei merasa jika isi perutnya tengah diaduk dengan kecepatan flash.

"Huekkk"

"Geovano anjj, huekk... Huekkk..."

Shei memuntahkan isi perutnya setelah turun dari motor dakjal tunangan gobloknya itu. "Gue laporin ke mama kalo lo bawa motornya kaya mau COD nyawa dan bikin gue mabok!" Ancam Shei setelah dirasa cukup dengan mualnya.

Mendengar itu Geo mendelik, "Cepu lo, gak asik!"

Shei membalas delikan Geo dengan pelototan setannya, "Bodoamat, kalo abis ini motor lo dijual jangan salahin gue, satt!"

"Taik lo!"

"Sheirna!"

Mendengar teriakan melengking itu, Shei segera membalikkan tubuhnya mencari asal suara. Setelah menemukan toa itu, Shei segera menghampiri teman curutnya meninggalkan Geo yang masih sibuk mengunci motornya.

"Haloo haiii, sistaqueee!" Sapa Shei setelah sampai didepan Aurel.

Aurel menatap Shei menyelidik, "Sehat lo? Tumben banget nyapa gue. Biasanya diem-diem aja."  Beberapa bulan ini sikap dan sifat Shei berubah 180° menurutnya. Gadis yang biasanya cuek, emosional, dan pendiam itu kini menjadi sangat-sangat aktif. Ya, dulu Shei memang aktif, aktif mengejar Geo. Sisanya? Ia hanya gadis pendiam yang hanya tahu soal bagaimana mendapatkan hati Geovano.

"Lo berubah ya, Shei? Ini trik baru lagi buat narik perhatiannya Geo?" Tanya Aurel memelankan suaranya.

Shei dengan cepat menggelengkan kepalanya, "Gue lagi pengen aktif aja, capek cuma diem-diem kaya orang goblok. Ya emang sih gue goblok, apalagi soal Geovanjing."

Aurel syok mendengar Shei menghina tunangan yang dikejar setengah matinya, "G-geo apa tadi, Shei?!" Tanya Aurel memastikan pendengarannya.

"Geoanjing"

Aurel menepuk-nepuk pundak Shei dengan keras hingga membuat sang empu menghempaskan tangannya kasar. "Sakit, goblok!"

Aurel mencibir pelan, tapi kembali fokus pada Shei yang kini sibuk meggerai rambut sepundaknya. Tadi malam Shei memotong rambut sepunggungnya hingga tersisa sebatas pundak, setelah itu ia meluruskannya. Shei juga mewarnainya menjadi cokelat tua, sangat jauh dari Shei yang sangat menyayangi rambut hitamnya.

"Lo potong sama ngewarnain rambut, Shei? Kapan? Kok tiba-tiba?" Tanya Aurel lagi.

"Tadi malem, abis pulang dari puncak gue langsung eksekusi nih rambut. Biar lebih fresh aja." Jawab shei sekenanya.

Aurel memegang ujung rambut Shei, "Ngapain sih lo gini, Shei? Bukannya lo bilang gak mau potong dan warnain rambut karena Geo gak suka? Kalo nanti Geo makin ilfeel gimana?"

Shei tersenyum lebar, "Justru karena itu, Aurel sayang. Gue mau dia ilfeel. Gue bakal lakuin semua hal yang dia gak suka, dengan begitu gue bisa bales dendam sama dia."

"WHAT?!"

"Gimana sih maksud lo, Shei? Lo mau buat Geo jauhin lo? Gak salah? Bukannya selama ini lo selalu berusaha buat deket sama dia? Beberapa bulan terakhir dia udah mulai gak terlalu nolak kehadiran lo, kok sekarang malah lo yang mau dia jauhin lo?" Tanya Aurel bingung.

"Udahlah, lo cuma perlu tahu kalo gue udah gak mau berurusan sama dia. Gue udah muak dan capek. Toh gue udah jalanin dare dari lo, jadi masalah gue lanjut atau nggak, itu urusan gue."

"Dare apaan, anjir?" Tanya Aurel kebingungan.

Shei menggetok kepala Aurel pelan, "Waktu masa orientasi sekolah itu loh, lo lupa? Bisa-bisanya lo yang ngasih tantangan, lo juga yang lupa."

Aurel melongo, "M-maksud lo selama dua tahun ini? Lo masih lanjutin dare dari gue? Anjir, parah banget lo, Shei! Gue pikir lo beneran cinta sama Geo, kena prank gue, satt." Aurel memegang dadanya dengan dramatis. Ia hanya bisa terdiam syok, memang dua tahun yang lalu dia pernah membuat tantangan untuk Shei. Tantangan darinya adalah memaksa Shei untuk berpacaran dengan salah satu teman MOS selama mereka menjalankan masa orientasi sekolah saat SMA. Dan Shei memilih Geo, karena ia sedikit tahu tentang laki-laki yang berstatus anak dari rekan kerja mommy and daddy-nya.

"Kita lanjut ngobrol ditaman aja, yuk, jam pertama kosong nih." Ujar Aurel yang baru mendapat pesan dari salah satu rekan OSIS-nya. Mereka berdua berjalan kearah taman yang berada disamping kelas mereka.

"Kalau lo nggak beneran suka sama Geo, terus pertunangan itu? Nggak mungkin kalo cuma gara-gara masalah tantangan dari gue dong, Shei?" Tanya Aurel penasaran. Gadis yang biasanya dikenal cuek dan tidak peduli sekitar pun kini mencair.

Finish!

Kayara TransmigrasiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang