"Happy Ending, Hahahaa!"

873 50 2
                                    

Shei mendekatkan wajahnya pada Cakra, kini posisi mereka saling berhadapan dan dipisahkan oleh meja panjang. "Ayo ceritain ke gue, Kra, gue lupa dikit."

Cakra menatap Shei aneh, "Lo beneran lupa? Lo amnesia atau gimana sih, Shei? Lo banyak lupa sama kejadian yang udah lalu akhir-akhir ini."

Shei diam menegang, tapi tanpa mau berlama-lama Shei langsung menenangkan kembali raut wajahnya. "Otak gue penyimpanan memorinya kecil, Kra. Alasan gue baca ulang ya karena itu, sering lupa." Sahutnya dengan sedikit bercanda berharap Cakra menghentikan pemikiran curiganya.

"Seinget gue, lo bilang kalo novel itu bercerita tentang seorang gadis bernama Kayara Fakhrani yang ceria, lucu, friendly, humble dan banyak tingkah. Semua orang berpikir dan bilang dia adalah perfect material girlfriend and friend for relationship, but they are don't know something about her. Dia hampir punya segalanya, keluarga harmonis, kaya, dan bahagia. Circle pertemanannya yang nggak pernah fake, dan juga pacar yang selalu menjadikan dia sebagai ratu dalam hidupnya. Kayara sangat-sangat bahagia dengan kehidupannya, ia dikelilingi orang-orang yang mencintai dia. Sampai akhirnya, semuanya berputar 180° derajat."

"Someday, she's a feeling lonely, messy, and bad. Ada banyak masalah yang menghadang jalan bahagia yang dia ambil, salah satunya tentang relationship. Dia kehilangan satu-satunya orang yang dia harapkan buat jadi masa depan dan tempat menghabiskan sisa waktunya di dunia ini."

Shei membeku mendengar cerita Cakra, kenapa semuanya terasa familiar dengannya? Kayara Fakhrani? Itu namanya! Rasa itu? Rasa yang Kayara rasakan semasa hidupnya, Shei get deja vu with the story. "S-siapa nama laki-laki itu, Kra?" Tanya Shei dengan nada yang bergetar. Pikirannya melayang entah kemana, yang pasti ia berharap jika ini semua adalah mimpinya. Dan jika benar ini mimpi, tolong bangunkan dia, mimpi ini sangat menyakitkan.

"James. James Arkean Darko, seinget gue sih itu namanya, Shei." Sahut Cakra setelah terdiam beberapa detik mengingat tokoh didalam novel.

Deg

"James? Sial, apa-apaan ini?! Gue bukan fiksi! Gue nyata!" Teriak Shei refleks dengan air mata yang mulai mengalir membasahi pipinya.

Beberapa orang menatapnya aneh, tak lama datang seorang petugas perpustakaan yang datang menghampiri meja dan menegurnya.

"Maaf, miss." Lirih Shei masih dengan tangisnya.

Setelah petugas itu pergi, Cakra dengan segera berpindah duduk disamping Shei. "Lo kenapa, Shei? Do you have a problem? You can share with me, i'll stay with you in here." Ditariknya tangan Shei yang menutupi wajahnya. Bisa Cakra lihat jika Shei menangis sesenggukan, tak pernah ia lihat Shei menangis separah ini.

"Are Geo hurt's you, again?" Tanya Cakra lagi. Tapi yang ia dapatkan hanya gelengan pelan dari sang empu.

Shei mendongakkan kepalanya, "Bisa tolong ambilin novel yang lo maksud, Kra? Gue perlu baca dan pastiin sesuatu disana." Ujar Shei membuat Cakra bingung tapi tak ayal menganggukkan kepalanya dan bergegas mencari novel yang Shei maksud.

"Gue bukan fiksi, gue nyata!"

"Gue adalah kehidupan, gue bukan sebatas karangan!"

"Kay mau pulang, bunda, ayah!"

"Shei, tolong balikin gue kekehidupan gue yang sebenernya. Ini bukan tempat gue, dan gak seharusnya gue ada disini. Gue punya kehidupan nyata sendiri."

"Shei"

"Shei!"

"Sheirna!"

Cakra menepuk pundak Shei lumayan kencang hingga membuat gadis yang masih dalam lamunan itu terlonjak kaget, "Jangan ngagetin, Kra!"

"Dari tadi gue panggil gak nyaut, nih novelnya." Cakra menyodorkan sebuah novel bersampul biru dan ungu khas warna galaksi. Terlihat seorang perempuan memeluk seorang laki-laki yang tubuhnya mulai mengabur.

"Makasih, Kra."

Dengan terburu-buru Shei membuka novel itu lembar perlembar, dibacanya dengan teliti berharap jika pemikirannya salah. Cakra melihat Shei seperti itu kebingungan, "Tenang Shei, lo nggak biasa-biasanya baca novel nggak tenang kaya gini. Lo kenapa sih?"

Shei menghiraukan pertanyaan Cakra, matanya kembali memanas dan meneteskan air mata, Shei menahan isak tangisnya. "Jadi siapa yang sebenernya fiksi? Gue, atau lo, Shei? Kenapa semuanya jadi serumit ini? Apa nggak cukup kegilaan yang gue alami? Kenapa ada hal yang lebih gila lainnya?"

Benar saja, meski Kayara belum membacanya secara keseluruhan, tapi semua nama dan beberapa kejadian didalam novel itu adalah kehidupan miliknya. Kehidupan bahagia Kayara sangatlah unreal, dikelilingi banyak orang-orang yang mencintainya. Jauh berbanding terbalik dengan Shei, sahabat dan pasangannya adalah orang yang paling dalam menyakiti hati dan mentalnya.

"Lo selalu bilang mau jadi kaya MC dinovel itu, dan lama kelamaan gue ngerasa kalo lo jadi dia. Lo jadi sedikit mirip sama karakter Kayara, lebih berani, percaya diri, dan nggak menye-menye." Ujar Cakra semakin membuat Shei menangis.

"G-gue gak mau jadi Shei, gue cuma mau jadi diri gue sendiri."

"Balikin kehidupan normal gue, Shei, gue mohon."

"Ini terlalu gak masuk akal dan gila, gue masih waras. Tolong hentiin semuanya, siapapun tolong gue."

Shei bergumam lirih sambil masih terus menangis, otaknya dipenuhi banyak sekali pertanyaan dan pemikiran aneh. Hatinya sesak, ia merasa tengah ditiban batu besar hingga ia kesulitan bernafas. "Lo adalah karakter paling brengsek, Shei. Lo buat gue jadi manusia paling menderita disini."

Tak tahan dengan suara tangisan Shei yang semakin keras, Cakra segera membawa Shei pergi meninggalkan perpustakaan dan memilih untuk menenangkan diri ke rooftoop.

"Lo bisa nangis sepuas lo disini, Shei, jangan ditahan-tahan. Keluarin semuanya, biarin semua beban dihati lo keangkat. Kalau lo gak bisa cerita ke gue, ceritain semuanya ke tuhan. Manusia bisa meninggalkan yang lainnya, tapi tuhan nggak. Dia selalu menemani dan ada untuk hambanya." Kata Cakra membuat Shei tanpa ragu semakin mengeraskan tangisannya.

"Gue benci kehidupan Shei, Kra. Ini semua terlalu menyakitkan buat gue, gue nggak sekuat dia. Buat gue, jadi Shei adalah sebuah kesialan. Dia adalah karakter paling bodoh dan goblok, gue nggak suka dia." Racau Shei membuat Cakra kebingungan.

Shei menatap mata Cakra lekat, "Tapi lo tahu apa yang lebih gila dari karakter Shei?"

"Yang lebih gila adalah gue, gue dengan bodohnya berpikir kalo gue bisa jadi dia. Gue nggak sekuat dia buat ngadepin semuanya sendirian. Gue mau pulang, gue gak mau disini!"

Kayara TransmigrasiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang