Hari pertama masuk sekolah, selesai upacara anak-anak kelas 10 Farmasi pada lari masuk ke kelas.
Mapel pertama harusnya udah berjalan, tapi Bu Desi sebagai wali kelas bilang lewat grup chat kalo kelas mereka disuruh nyusun organisasi kelas dulu.
"Assalamualaikum." Bu Desi baru nyampe ke kelas.
"Waalaikumsalam."
"Kelas kalian panas banget ya?" Bu Desi udah ngeluh gerah padahal baru masuk.
"Iya Bu. Ac dua satunya ga nyala." Haga ikut ngeluh.
"Nanti bilang aja ke Mang Saeb biar dibenerin." Bu Desi ngambil tempat di meja guru.
"Udah ditentuin belum siapa yang nyalonin jadi ketua kelas?"
"Belum Bu. Ibu aja udah yang nunjuk," Jefri ngasih saran.
"Kalo ibu nunjuk ternyata anaknya gamau gimana? Mending ada yang ngajuin dulu, baru kita pilih." Bu Desi ngasih saran buat tiga calon ketua kelas. Yang gak kepilih nanti bebas mau pilih posisi apa atau mundur.
Karena nunggu lama belum ada yang ngajuin diri, terpaksa Bu Desi milih sendiri tiga anak dari laki-laki buat dijadiin calon ketua kelas. Itu ada Martin, Sean, Seno.
Pengambilan suara dimulai. Walaupun satu alumni, Junior gabakal milih Sean demi apapun.
Sean waktu smp pernah jadi ketua kelas. Dia pernah bilang ke anak kelasnya gaperlu ngumpulin tugas gara-gara dia belom ngerjain. Anak kelasnya manut aja ga sadar, terus baru tau pas akhirnya mereka dihukum berjamaah sama guru bersangkutan')
Martin: 10
Sean: 10
Seno: 9Martin sama Sean punya jumlah suara yang sama. Terus mereka berdua tatapan, kali ini lebih intens dari mpls kemaren.
Sebenernya Martin masih ada dendam sama Sean, napa harus dipertemukan lagi sih.
"Apa lu?" tanya Martin tengil.
"Suaranya sama gini nih, gimana terus ya?" tanya Bu Desi.
"Ibu pilih aja Buu."
"Tadi kan Ibu udah milih calon, masa Ibu juga yang harus milih ketuanya."
Sean dengan sikap heroiknya berdiri sambil ngangkat tangan. "Saya ada saran, Bu. Mending suit aja, saya sama Martin."
Martin ngangguk setuju, karena dia yakin bakal kalah lagi. Otomatis gabakal jadi ketua.
"Yang kalah nanti jadi ketua, yang menang nganggur." Sean ngelanjutin omongannya, bikin Martin kaget.
Ini mah ga sesuai rencana Martin. Mana temen-temennya ikut heboh pada dukung saran Sean.
"Sok yaudah suit aja kalian sini di depan," suruh Bu Desi setelah liat anak muridnya pada setuju.
Sean Martin kemudian maju berdua. Kesepakatannya tiga kali suit batu gunting kertas. Permainan pertama mereka sama-sama nunjukin kertas. Terus yang kedua kalinya sama-sama nunjukin gunting. Yang ketiga kalinya Martin nunjukin gunting lagi, Sean nunjukin kertas.
"YES!" Martin sorak kegirangan. Lupa dia kalo masih ada dua kali permainan lagi biar menang
Suit selanjutnya Sean kertas, Martin batu. Skornya 1-1, mulai babak penentuan.
"Gunting."
"Batu."
"Kertas."
"Suuiit."Sean Martin sama-sama merem ga pada berani liat hasilnya. Yang melek duluan Sean pas denger temen-temennya pada tepuk tangan heboh. Dia kemudian ngeliat tangannya yang nunjukin gunting, sedangkan Minjae kertas.
"Alhamdulillah! Selamet ya Martin." Sean nepuk-nepuk bahu Martin, nguatin.
Kapan lagi coba pemilihan ketua kelas ditentuin make gunting batu kertas.
Selesai milih ketua, Bu Desi nyuruh milih sekretaris. Udah tu kan dua orang ada yang sukarela mengajukan.
"Sekretaris 1 sama 2 udah, bendahara? Siapa di sini yang bisa nagih kas? Diutamakan yang mukanya serem." Bu Desi ngasih tau karena berpikir anak kelasnya pasti langsung pada nurut kalo yang nagihnya galak.
Semua mata tertuju sama satu orang di pojok depan. Yang ditatap gak sadar, orang dia lagi ngeliatin Bu Desi.
"Juan? Kamu mau jadi bendahara 1?" Bu Desi nawarin. Beliau emang ngerasa karakter anak ini cocok aja gitu buat figur bendahara.
Karena gak enak buat nolak Juan cuma ngangguk.
Pemilihan perangkat utama selesai dan mereka gak punya wakil ketua kelas. Anak kelas bilang gada gunanya juga. Untungnya Martin gak keberatan walau harus kerja sendiri tanpa wakil.
Perangkat lainnya kayak seksi-seksi juga udah dibentuk. Setelah pemungutan suara ketua kalah tipis, Seno nawarin jadi seksi keamanan. Junior dipilih jadi seksi kebersihan karena baru masuk tadi aja udah nyapu kelas sampe kinclong, terus Haga dijadiin seksi perlengkapan buat nyiapin proyektor kalo guru butuh pas ngajar. Sisanya jadi warga kelas yang harus patuh.
"Udah selesai ya berarti ngurus strukturnya. Martin, ada yang mau disampein ga buat temen kelasnya?"
"Yah, semoga bisa diajak kerjasama ya untuk tiga tahun kedepan."
"Pastiii," kata Juni.
"Santai aja," jawab Yasa.
"Ga janji," kata Sean.
"Kalo udah selesai, buruan siap-siap ya ke lab. Nanti kalian ketemu lagi sama Ibu di sana. Terima kasih," tutup Bu Desi sebelum pergi dari kelas.
"Makasih juga Ibuu."
***
Sehari gada drama Sean-Martin ga afdol.
Hadif soon muncul yah, ditunggu~
KAMU SEDANG MEMBACA
pharmacy school; xikers lokal
Teen FictionSebuah cerita dari penulis yang pengen ngeluarin keluh kesahnya 3 tahun sekolah di SMK jurusan farmasi. "Farmasi tuh mudah, mudah-mudahan kuat." start: 12-09-23 end: -