Chapter 7 : Confess?

22 5 0
                                    

       Di kampus, Haura bersama Nadia berjalan janjian bersama dengan tujuan yang berbeda. Haura dengan tujuan mengumpulkan hasil revisian sidangnya kepada bu Elsa dan Nadia yang mau mendaftar wisuda karena selesai sidang lebih dulu.

"Bu Elsa lama banget ya, sebel dari tadi nungguin deh, Ucap Haura kepada Nadia yang berada di depan Badan Akademik Keuangan untuk memenuhi persyaratan daftar wisuda.

"Sabar, tahu sendiri kan kalau bu Elsa itu susah sekali di temui seperti mengalahkan presiden." Ujar Nadia Menambahkan.

Tak jauh dari tempat mereka berdua berdiri, Zaidan dan Farrel melihat dan langsung menghampiri keduanya.

"Assalamualaikum..Ngapain kalian di sini?" Tanya Zaidan Basa-Basi.

"Aku mau ketemu penguji mengumpulkan revisian, Nadia mau daftar wisuda." Jawab Haura.

"Wih... dah mau daftar wisuda saja nih" Tambah Farrel takjub pada Nadia. Dan di respon Nadia dengan sok cuek dengan ucapannya.

"Ra, ikut aku yuk sebentar saja." Ajak Zaidan.

"Mau ke mana emang? Aku kan ada perlu sama bu Elsa." Jawab Haura.

"Sebentar saja kok. Ayo..." Ajak Zaidan memegang secuil kemeja Haura dan mau menariknya. Namun tanpa di sadari, Nadia pun menarik tangan Haura juga.

"Eh gak bisa begitu, Haura sama aku di sini, kita janjian dari tadi dan juga dia ada perlu sama penguji." Ucap Nadia tidak mau jika Haura meninggalkan dirinya hanya demi ikut cowok seperti Zaidan.

"Enak saja, aku juga ada perlu sama Haura yang sangat penting dan mendesak. Sudahlah kalau cuma buat nemenin daftar wisuda, kan bisa sama si Farrel saja tuh yang nemenin." Tambah Zaidan tidak mau kalah.

       Nadia kesal kalau disangkutpautkan lagi dengan Farrel terus. Yang ada Farrel makin besar kepala dan kepedean. Dan terjadilah tarik menarik antara Zaidan dan Nadia dengan posisi Zaidan memegang secuil kemeja nya dan Nadia yang memegang tangannya sama-sama tidak mau kalah.

"Sudah stop. Kalian apa-apaan sih kok jadi rebutan seperti ini. Kamu juga Zaidan gak usah pegang kemeja aku. Bukan muhrim." Ucap Haura kesal.

       Akhirnya Haura berlari dari mereka terbirit-birit dan Zaidan pun tetap mengejarnya. Hingga dari lantai 1 ke lantai 2, Haura tetap berlari kencang dan Iqbal pun melihatnya. Lalu Haura terus sampai di gedung rektorat sembunyi di sebelah gedung itu. Lalu Zaidan pun tetap mengejarnya dan sampai di lantai 2 Zaidan bertemu Iqbal dengan nafas yang terengah-engah. Iqbal yang melihatnya bingung.

"Loe kenapa si bro kok lari kayak di kejar setan?" Tanya Iqbal.

"Loe lihat Haura gak bro lewat sini?" Tanya Zaidan kembali.

"Oh si Haura? Loe tuh emang ya kalau sama cewek bucinnya parah. Tuh dekat gedung rektorat. Ke sana saja sudah." Ujar Iqbal dengan menunjuk gedung rektorat.

"Ok. Thank's bro ya.." Ucap Zaidan dengan berlari lagi.

"Dasar pasangan aneh, main kucing-kucingan." Batin Iqbal sambil geleng-geleng kepala.

Zaidan berlari dan tepat di gedung rektorat, ia langsung melihat ke samping dan menemukan Haura yang sedang bersembunyi.

"Kamu kenapa sih ra? aku cuma mau ngomong serius sebentar kok malah mengajak lari-larian begini." Ucap Zaidan tiba-tiba.

       Haura langsung kaget dan seperti mau jantungan karena ketahuan tempat ia bersembunyi.

"Ngapain sih ikut-ikut aku terus? Please jangan seperti penguntit yang gila." Ucap Haura memaki.

"Sebentar saja ra, aku capek ngejar kamu ini". Ucap Zaidan.

       Tanpa memperdulikan Zaidan, Haura kembali berlari lagi meninggalkannya spontan dan sampai ke lantai 3 tetap berlari. Entah mengapa ia lebih memilih bersembunyi atau menghindar dari Zaidan. Karena malas sekali bertemu dengannya. Hingga sampai ia masuk di ruangan band tempat latihan musik. Dan ada Revangga yang sedang latihan bernyanyi, lalu berhenti karena kaget tiba-tiba ada Haura muncul. Revangga di kampus terkenal dengan vokalis band yang memiliki suara merdu yang selalu mengisi acara dengan band kampusnya. Tidak diragukan juga banyak fans yang mengidolakannya.

Suddent MarriageTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang