Chapter 20 : Karunia (END)

45 5 4
                                    

Setelah Haura dan Zaidan melewati masa-masa kesedihan mereka yang kurang lebih 2 tahun lebih tidak memiliki keturunan lagi selain devan meski dengan penuh kesabaran dan kepedihan. Mereka mendapatkan kejutan yang tak terduga dari sebelumnya yang di luar ekspektasi dan kendali mereka.

"Kamu baik-baik saja kan ya? Mualnya gak selesai dari tadi. Ayo ke rumah sakit." Ucap Zaidan.

Lalu keduanya pun berangkat untuk periksa. Dan alangkah kagetnya mereka ternyata allah masih memberikan amanah lagi dengan keduanya di beri keturunan lagi. Padahal secara logika kalau sudah keguguran akan sulit memiliki anak lagi.

"Selamat ya pak, bu...ternyata ada janin yang tumbuh sudah 1 bulanan." Ucap dokter yang memberi kabar bahagia tersebut yang membuat Zaidan dan Haura masih tetap tidak percaya dengan apa yang mereka dengar.

"Beneran dok?" Tanya Zaidan masih tidak percaya dan kaget.

"Ya, alhamdulillah masih bisa subur istrinya pak. Ini merupakan suatu keajaiban. Allah masih memberikan rezeki pak, bu." Ucap dokter.

"Alhamdulillah, selamat ya yang... masyaallah ini di luar dugaan dan ekspektasi kita." Ucap Zaidan dengan masih terharu. Begitupula Haura sangat terharu. Karena sudah sangat yakin tidak akan bisa memiliki anak lagi.

"Ya, yang. Aku gak menyangka allah sangat sayang dengan kita. Buktinya masih mau memberi amanah pada kita." Ujar Haura dengan masih terharu.

Keduanya pun pulang menuju rumah dan memberi kabar bahagia tersebut kepada ibu dan ayah Haura. Semuanya masih tidak menyangka dan kaget juga setelah sekian lama menanti.

"Selamat, ya nak. Allah baik banget masih memberikan kesempatan lagi kepada kalian untuk menjaga dan merawat anak lagi. Serta umi sama abi senang akhirnya di beri kepercayaan untuk menjaga cucu lagi." Ucap Ibu Haura dengan penuh haru.

"Terimakasih banyak umi dan abi. Haura juga tidak menyangka sekali. Haura akan menjaga buah hati ini dengan sebaik mungkin dan lebih hati-hati dari sebelumnya." Ucap Haura.

"Sudah, yang. Ayo istirahat sudah." Ajak Zaidan.

"Umi, abi... kami ke kamar dulu ya." Pamit Zaidan.

"Ya, silahkan. Jangan lupa ya, istrimu itu di jaga sebaik mungkin. Makanannya juga kamu harus lihat detail apa saja." Ucap ayah Haura.

"Ya, pasti abi." Ujar Zaidan.

Keduanya pun menuju kamar dan rebahan serta istirahat di dalam kamar setelah dari rumah sakit. Zaidan selalu berada di sisi Haura dan terlebih kehamilan yang sekarang ini ia waktunya lebih banyak menjaga Haura daripada di konter dan sangat over protektif padanya. Karena ia tidak mau mengulang kejadian yang sama terulang kembali dengan kondisi yang terjadi sebelumnya hanya karena kecerobohan dirinya.

*****

Tak terasa kehamilannya sudah semakin membesar dan sudah mencapai 9 bulan. Haura masih terasa deg-deg an terus dan bercampur dengan keringat dingin serta gelisah. Tak lupa pula devan yang tidak menyangka akan segera memiliki adik dan sangat tidak sabar menunggu adiknya keluar.

"Umi, dedek bayi akan keluar ya. Gak sabar biar cepat punya teman main." Ucap devan.

"Devan pengen dedek bayi apa?" Tanya Zaidan usil.

"Cowok, biar bisa tanding main game dan mobil-mobilan." Jawab devan semangat.

"Apapun itu, yang penting dedek bayi nya sehat ya, devan." Ucap Haura.

"Ya, umi. Gak apa-apa. Biar gak seperti kemarin lagi." Ucap devan yang masih ingat waktu Haura keguguran ia sedih sekali kehilangan adiknya.

"Yang, kok aku sakit banget ini, ya. Kayaknya mau lahiran sekarang deh." Ucap Haura panik dan merasakan kesakitan.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Oct 13, 2023 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Suddent MarriageTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang