Chapter 15 : Persiapan

23 5 3
                                    

       Kampus pun selesai UAS dan liburan selama 1 bulan sampai semester genap telah tiba. Haura pun pulang ke Yogyakarta dengan mengendarai mobilnya di sertai Zaidan pula yang mengawasi dari belakang untuk menjaganya. Sesampainya di rumah, Haura pun memarkir mobilnya dan di sambut abi dan uminya. Lalu Zaidan pun bersalaman kepada ayah Haura.

"Bagaimana perjalanannya Zaidan? Macet?" Tanya ayah Haura yang langsung menyambut Zaidan tanpa bertanya kepada Haura dulu.

"Abi, Haura baru sampai bukannya malah di sambut dulu, tapi langsung bicara ke Zaidan." Ucap Haura kesal.

"Alhamdulillah, om. Lancar. Jalanan juga aman. Kita kan berangkat nya langsung setelah shubuh." Jawab Zaidan.

"Oh ini toh yang namanya Zaidan, tante selama ini penasaran. Akhirnya melihat secara langsung. Makasih ya anak ganteng dan baik hati, sudah menjaga Haura selama ini. Sebentar lagi bukan cuma menjaga, tapi juga menafkahi lahir dan batin." Ucap ibu Haura yang seketika membuat Zaidan terperangah dan membuat Haura kaget serta menelan saliva nya dalam-dalam.

"Ayo Zaidan, masuk dan duduk dulu. Tante sudah menyiapkan minuman buat kamu. Pasti capek di perjalanan yang lumayan jauh." Tambah ibu Haura antusias.

"Abi dan umi kenapa sih. Anaknya sendiri gak di sambut heboh, malah Zaidan yang di sambut berlebihan." Ucap Haura.

"Eh kamu gak boleh begitu sama calon suami kamu. Sana Haura ambilkan minumnya di dapur." Perintah ibu Haura. Haura pun mengambil minuman dengan lunglai dan mengantarnya di ruang tamu depan. Tampaklah ibu dan ayah Haura yang tertawa-tertawa senang dengan Zaidan yang cepat akrab entah apa saja yang di bicarakan. Pastinya mengenai mereka. Lalu Haura pun duduk di sebelah ibunya. Tak berapa lama kemudian obrolan mereka pun selesai karena zaidan mau pulang.

"Om, tante.. saya mau pamit pulang duluan ya. Saya belum bertemu dengan abah dan umi saya. Pasti dari tadi menunggu. Maaf jadi merepotkan begini dan di beri hidangan." Pamit Zaidan.

"Gak apa-apa toh, nak. Kan kamu juga sebentar lagi akan tinggal di sini, ini juga akan jadi rumah kamu. Kamu akan menjadi penerus saya karena cuma Haura anak saya satu-satunya." Ucap ayah Zaidan.

       Haura menjadi salting mendengar ucapan ayahnya yang seperti itu dan benar-benar menaruh harapan kepada Zaidan untuk meneruskan pondok pesantren ini. Ia tidak tahu harus bagaimana setelah ini. Mungkin memang harus menerima Zaidan sepenuhnya meskipun ia sendiri belum bisa yakin sepenuhnya.

"Terimakasih banyak, om, tante dan Haura." Ucap Zaidan.

"Ya sudah seharusnya seperti itu memang." Tambah ibu Haura.

"Assalamualaikum.." Salam Zaidan Sambil berdiri dan pamit.

"Waalaikumsalam." Jawab Haura dan kedua orang tuanya bersamaan.

       Setelah kepergian Zaidan, Haura duduk di sofa langsung berbincang-bincang dengan kedua orang tuanya.

"Abi sama umi gak salah tiba-tiba menerima Zaidan seperti ini? Kalian kan belum mengenal jauh tentang Zaidan seperti apa dulu. Kan yang kenal lebih lama di kampus dari S1 itu aku." Ucap Haura tanpa bernafas.

"Ra, abi gak asal menerima orang sembarangan kalau tidak tahu seperti apa dia. Apalagi kamu sama dia juga akrab. Jadi abi Tambah yakin kalau dia cocok jadi imam kamu dan penerus pondok pesantren ini. Apalagi dia lulusan salah satu pondok pesantren di tegalrejo ini. Sudah pasti siapa yang mau menolak lamaran orang yang baik. Sudah alumni pesantren, baca kitab kuning pintar sekali, mengenai hukum juga sangat faham, sopan pula. Dan abi lihat juga dia sangat menyayangi kamu dengan tulus. Apapun mungkin masa lalu dia yang jelek yang kamu tahu tapi kami tidak tahu, itu anggap saja tidak ada sudah ra. Semua orang itu bisa berubah dan ada masanya." Ucap Ayah Haura panjang lebar.

"Tapi, bi... yang menentukan hidup ini kan Haura mau sama siapa." Ucap Haura.

"Yakin kamu gak menyesal nantinya kalau menolak lamaran dia? dia itu sudah sempurna dan cocok kata abi. Selalu juga menjaga kamu selama S2. Apa kamu ada calon yang lebih dari Zaidan? Kalau ada, abi pengen tahu dan kenal yang pasti harus jauh lebih pintar dari Zaidan serta bisa meneruskan pondok ini. Pastinya yang bisa meneruskan pondok ini adalah yang punya pengalaman mondok sebelumnya seperti Zaidan." Tambah ayah Haura panjang lebar.

       Haura hanya diam membisu, tidak bisa menjawab ayahnya dan membantahnya. Karena pasalnya meskipun ia bersama Zivan dan mengenalkannya, sudah pasti tidak di terima, karena Zivan saja belum pernah mondok, dan dia juga tidak tahu tentang kitab. Sudah pasti yang di pilih cuma Zaidan yang selalu di anggap sempurna dalam segala hal. Cuma kekurangannya adalah dia playboy. Itulah yang di takutkan dan di ragukan Haura dari awal jika Zaidan tidak berubah.

"Ingat juga ya ra, 1 minggu lagi tanggal 15 oktober dari sekarang, akan ada acara pesta besar-besaran antara kamu dan Zaidan. Yaitu lamaran antara kalian, mungkin sekalian sama akadnya juga. Semua sudah di persiapkan matang-matang juga sama keluarga Zaidan." Tambah ayah Haura.

       Haura cuma bisa diam dan tidak bisa membantah lagi. Mau tidak mau ia harus menikah dan menerima Zaidan untuk selama-lamanya dengan sepenuh hati. Mungkin sudah ia jodohnya dari allah yang sudah di gariskan. Apalagi mimpi berulang kali yang membuatnya sampai sekarang masih bingung namun juga mengartikan mungkin memang dari allah.

       Haura pun merebahkan tubuhnya ke dalam kamar, dan ia pun selalu berdoa kepada allah agar ia bisa yakin sepenuhnya pada Zaidan dan menerima nya dengan sepenuh hati. Terlebih selalu sholat malam tak ia lupakan selama 1 minggu berturut-turut menuju hari lamaran plus juga hari pernikahannya. Liburan yang ia pikir ingin bersantai dan senang-senang harus pupus dengan pernikahan yang serba dadakan menurutnya. Semua masih serasa mimpi dan mendadak bagi Haura. Namun ia berusaha untuk menerima semuanya dengan lapang yang mungkin sudah menjadi takdirnya untuk hidup selamanya meniti bahterai rumah tangga yang bahagia bersama Zaidan.

                               *****

Note: Sambil membaca bisa sama menikmati dan mendengarkan video klip bonus dari mimin ya🥰 yang mana setiap video klip sesuai dengan isi chapter.

Suddent MarriageTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang