Xiaojun x Hendery

516 49 10
                                    

Hendery sedang menunggu Jun disekitar gedung fakultas teknik. Tidak sendirian, tentunya ada Mark dan Jeno selaku teman kelas Hendery. Toh, mereka juga dimintai tolong untuk menjaga Hendery agar tidak berbuat aneh-aneh di dekat kolam fakultas teknik. Mengingat kembali Hendery pernah tercebur saat telat kelas pagi.

"Kalian duluan aja, Jun bentar lagi sampai kok."

"Ga dulu deh Hen, mandat Si Ajun tuh juga berpengaruh pada sirkel tampannya kita ini. Masa iya punya temen muka oke tapi kelakuan abstrak."

Mark hanya menjadi penonton dalam perdebatan kecil ini. Sudah biasa melihat kelakuan abstrak Hendery yang terus diwanti oleh Jeno.

"Udah, tuh lihat Jun dateng."

Jeno dan Hendery berhenti ketika Mark sudah turun tangan, mana mungkin berani macam-macam dengan si emas Mark.

"Nah, masing-masing satu. Thanks udah mau jagain kesayangan gue."

Jun menyerahkan dua  paper bag, diterima dengan hangat oleh temannya itu. Sementara Hendery sudah melihat dengan sinis merasa terabaikan. Apa-apaan itu, pacarnya yang menunggu kok malah yang lain diberi buah tangan. Kesalnya.

"Oke, duluan yaaa. Gih puas-puasin pacaran sebelum pembagian dosen pembimbing. Inget pakai pengaman ya!"

Jeno langsung menarik Mark untuk berlari. Sudah hafal dengan tabiat Hendery apabila digoda depan Jun akan meningkat galaknya. Benar saja sudah dapat dilihat sepatu Hendery sudah ditenteng untuk dilemparkan.

"Udah heh, lihat tuh dilihatin sama juniormu."

"Abisan mereka nyebelin tau Jun, oh iya hari ini gimana?"

"Kita pulangnya jalan kaki ga apa-apa kan? Maaf ya tadi di tengah jalan ban motorku mogok."

"Tenang aja, Aman kok. Aku ga bakal rewel kalau soal beginian. Sekalian biar bisa agak lamaan bareng Jun"

Sejujurnya Jun selalu tidak siap dengan reaksi Hendery yang kelewat spontan. Memang sudah dua tahun berhubungan. Tapi gelora itu masih ada. Jun selalu merasa, Hendery itu istimewa.

"Jun, telingamu merah sedikit. Apakah itu gatal?" Degan penasaran Hendery tidak sengaja menyentuh telinga Jun. Tentu saja Jun kelabakan, bisa-bisa yang merah adalah seluruh mukanya.

"Sudah ayo, nanti keburu malam."

Mereka berjalan beriringan. Bertautan pada kelingking. Sesekali Jun menanggapi celotehan Hendery. Terkadang bergantian. Hendery pas untuknya. Tidak terlalu berisik, tapi juga tidak terlalu sepi.

"Ah tunggu sebentar, Yang memintaku membeli pelembut pakaian. Ayo ikut masuk!"

Hendery menolak, ia lebih suka duduk di luar toko kelontong sambil melihat orang berlalu lalang. Tak sadar Jun sedikit berjongkok membenarkan poni Hendery serta memasang penutup kepala agar kesayangannya tidak terkena panas. Jun mencuri kesempatan, dikecupnya pucuk hidung Hendery yang mancung.

Hendery duduk dengan tenang. Sampai terdengar perbincangan dibelakangnya. Topiknya tidak jauh dengan Jun serta dirinya. Semua didengar Hendery tanpa cela. Tentang bagaimana tak seharusnya Hendery yang konyol bersama Jun yang penuh kharisma.

Jun telah kembali, tapi sudah terlambat. Dua orang disebelah Hendery sudah pergi. Tentu dia kebingungan melihat Hendery yang berubah menjadi diam.

Mereka masih berjalan beriringan, tanpa tautan, tanpa celotehan Hendery. Angin sore ini terasa lebih dingin. Jun tak menyukainya. Ia benci Hendery yang seperti ini.

"Pulanglah!"

Belum sempat Hendery masuk gerbang kos, tangannya sudah ditahan terlebih dahulu. Hendery tidaklah bodoh. Ia tau Jun pastilah mengerti ada sesuatu yang telah disembunyikan.

Hendery Uke -!!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang