24. undecided

2.6K 261 30
                                    

'Semoga keresahan mu itu tidak menjadi nyata, kakak ngga tau harus bereaksi apa jika semua itu terjadi'

•••••

Setelah 3 hari berada di rumah sakit, Radeva pun diperbolehkan pulang. Saat ini Radeva tengah berdiri di depan pintu rumah dengan Jefri yang mendorong stroller twins. Jefri memang melarang Radeva terlalu lelah.

"Mas" panggil Radeva yang membuat Jefri langsung menengok.

"Tugas ku udah selesai kan??" Bak disambar petir. Kebahagiaan yang baru Jefri rasakan setelah kelahiran Jericho dan Javier, kini berubah menjadi perasaan cemas. Ia tak siap. Sekalipun ia yang dulu membuat kontraknya, tapi ia sendiri tak rela jika harus kembali asing dengan Radeva.

"Tapi twins-"

"Kan mas Jef udah dapet apa yang mas mau kan?? Aku memang ibu mereka tapi mereka hak kamu mas" cukup. Jefri bisa gila. Ia takkan rela jika itu terjadi. Tapi melarang juga tidak mungkin. Ia terlalu gengsi melakukan itu.

"Twins masih butuh ASI, kamu yakin?"

"Aku uda bilang kan mas?? Mas bisa bawa twins ke aku kalo mas memang butuh tapi kan pernikahan kita cuma sampe sini" balas Radeva. Keras kepala. Itulah yang bisa mendeskripsikan Radeva. Jefri tahu sekali pemuda itu juga tak rela meninggalkan Jericho dan Javier.

"Kamu egois"

"Mas yang egois! Perjanjian kita cukup sampai sini tapi mas justru melarang ku, kamu egois mas!" Jefri terdiam. Ia melarang Radeva juga karena ia mulai jatuh dalam pesona pemuda itu. Ia tak menampik jika ia semakin nyaman dengan kehadiran Radeva tapi ia juga tak berani mengungkapkan semua itu.

"Lalu apa bedanya sama kamu?? Mereka masih butuh kamu, tidak kah kamu mau menunggu mereka sedikit lebih besar??" Radeva membuang nafasnya lelah. Melawan orang seperti Jefri takkan membuatnya menang. Pria itu selalu punya cara supaya ia bisa menuruti apa kemauannya.

"Lagipula kamu tau kan Javier ada masalah kesehatan?? Kamu tega meninggalkan dia?!" Radeva tau. Ia tau itu, ia juga tak tega harus meninggalkan dua anaknya itu bersama dengan Jefri tapi ia tak mungkin terus berlama-lama disini. Sama saja ia menyiksa dirinya sendiri.

Mereka saling berpandangan dengan sengit. Mengabaikan anak-anak mereka yang sudah ingin menangis. Hingga suata tangisan Jericho memecah keheningan diantara kedua orangtuanya itu. Dengan cepat Radeva menggendong tubuh putranya itu dan menenangkannya.

Jefri pun meninggalkan Radeva dengan membawa Javier ke kamarnya. Anaknya yang malang, pikir Jefri. Tapi ia tak bisa memungkiri betapa brengseknya ia sampai semua ini terjadi.

"Maafin daddy nak" gumam Jefri sembari menatap wajah Javier yang tak berdosa. Anak kedua mereka yang terlahir dengan penyakit jantung bawaan. Jefri begitu hancur mendengar pernyataan dokter saat itu. Dunia seakan runtuh begitu saja. Meskipun dokter mengatakan jika penyakit ini masih ada kemungkinan untuk sembuh, tapi orangtua mana yang tidak hancur mengetahui putra kecilnya mengalami penyakit seperti itu?? Tapi Jefri berusaha ikhlas. Ia berjanji akan menjaga dan akan selalu mendukung putranya itu.

"Ganteng banget sih kamu, mirip daddy" ucap Jefri dengan gemas. Ia mencium pipi sang putra. Jika orang yang tidak tau kebenarannya mungkin akan menganggap jika Jefri lebih menyayangi Javier ketimbang Jericho tapi semua itu tak benar.

••••••

Kini rumah Jefri dan Radeva tengah ramai karena teman-teman Jefri dan Radeva datang untuk mengunjungi anak-anak mereka.

"Bang Jo udah pantes jadi daddy" ucap Mahen ketika melihat Jonathan menggendong Javier dan bayi itu nampak tenang. Javier memang jarang menangis berbeda dengan Jericho yang mudah menangis.

"Tinggal cari jodoh dia mah" balas Hima yang ikut berkumpul dengan mereka. Jonathan langsung melirik Yudhis yang tengah bercengkrama dengan Jericho. Entah apa maksud dari tatapan pria itu.

"Anak lu gemes banget sih Jef, gue culik satu ya?" Ucap Yudhis yang langsung membuat Jefri merasa kesal. Enak saja.

"Kenapa semua mirip pak Jef?? Radeva cuma kebagian hikmahnya kah??" Celetuk Haidar yang membuat Radeva kembali meneliti wajah kedua putranya itu. Benar. Mereka lebih mirip Jefri ketimbang dirinya.

"Biar si Jepri inget punya dua buntut ngga seenaknya godain orang" Jefri langsung menengok ke arah Yudhis. Dikira ia tak ingat dengan anak-anaknya sendiri kah??

"Gue inget anak-anak gue ya"

"Yaudah yang abang mana yang adek mana?!"

"Yang abang itu Jericho, dia lebih sering nangis tapi dia juga yang badannya lebih besar, yang adek itu Javier, badannya lebih kecil tapi dia jarang nangis, dikira gue ngga tau apa" sombong Jefri. Tanpa ia sadari seseorang tersenyum mendengarnya. Jefri bisa menjadi ayah yang baik.

"Yaudah gue culik Javier aja ya??" Jefri ingin sekali memukul kepala asisten pribadinya itu. Dikira anaknya ini apa?? Mau dibuat percobaan.

"Ngga ada, muka lu sangar"

"Yaudah deh sama gue aja bang" ucap Mahen yang membuat Jefri kembali menggeleng. Apa-apaan lagi ini?? Mahen masih muda dan menyebalkan, ia tidak ingin anaknya menjadi menyebalkan seperti Mahen.

"Mending sama uncle nya" tambah Jonathan yang rupanya tidak ditolak oleh Jefri. Ya bagaimana, Jonathan terlihat sangat siap jika mengurus bayi.

••••••

"Good night anak-anak daddy" ucap Jefri sebelum beranjak tidur. Ya, ia mencium pipi kedua putranya itu. Hal itu tentu dapat dilihat oleh Radeva yang memang memilih tidur di kamar twins ketimbang di kamarnya dan Jefri.

"Kamu beneran disini??"

"Aku mau jaga anak-anak" Jefri mengangguk paham. Ia pun keluar dari kamar namun tak lama kemudian ia kembali masuk lagi dengan membawa kasur lantai dan bantal. Ia berniat menemani Radeva menjaga twins.

"Mas kenapa balik lagi??"

"Mau menemani kamu, siapa tau twins rewel, kan biasanya bayi baru lahir itu rewel" jawab Jefri lalu terlelap tidur. Radeva yang merasa lelah pun ikut tertidur dengan membelakangi Jefri. Tanpa siapapun ketahui ia menangis.

Menangis mengingat ia harus segera meninggalkan kedua putranya seperti yang tertulis di kontrak. Bohong jika ia rela meninggalkan mereka, karena kenyataannya ia ingin memeluk kedua putranya erat dan meng-klaim mereka adalah anaknya. Tapi mereka milik Jefri, ia tak bisa mengambil mereka dari Jefri. Dan Jefri juga tak bisa menahannya terus menerus disini.

Semakin lama dirinya disini, semakin dalam juga rasa cintanya ke Jericho dan Javier. Dua bayi tampan yang baru saja ia lahirkan. Radeva mengusap lelehan liquid bening yang meluncur bebas di pipinya. Memejamkan matanya mencoba untuk tertidur. Ia tahu jika ia tertidur pun, ia pasti masih menangis. Seperti itulah kebiasaannya.

'Apakah menangis lebih membuat mu tenang daripada harus berbagi cerita?'

••••••

Edisi ak baik hati jadi up nya cepet

Anyway jangan lupa votement guys
See you😘

Handsome Demon'sTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang