1. agreement

4.1K 385 12
                                    

Radeva masih sibuk mengerjakan setumpuk berkas yang ada di mejanya. Sepertinya ia akan sering mengambil lembur demi menutupi uang UKT sang adik. Ia juga sempat meminta saran kepada sahabatnya yang bernama Haidar. Pemuda itu menyarankan untuk ia meminta bantuan saja kepada atasan mereka. Tapi masalahnya Radeva tak seberani itu untuk berbicara dengan atasan mereka. Alhasil ia tadi berbicara dengan kepala divisinya terlebih dahulu.

"Mau lembur??"

"Kayaknya sih iya, emang kenapa??"

"Minta tolong pak bos aja, gue kemaren mau nyicil mobil aja minta tolong dia" Radeva mendengus. Ia baru bekerja beberapa bulan yang lalu. Berbeda dengan Haidar yang sudah bekerja 1,5 tahun di sini. Ia tak seberani itu.

"Radeva Angkasa??"

"Ahh iya saya pak, ada apa ya??" Tanya Radeva.

"Silahkan temui pak Jefri, tadi saya sudah membicarakan tentang mu" Radeva hanya mengangguk.

"Lah beraninya lewat pak Mahen, mentang-mentang pak Mahen rumornya deket sama pak Jefri tuh" sindir Haidar. Radeva tak peduli. Lagipula memangnya salah meminta tolong ke kepala divisinya?? Pak Mahen saja tidak keberatan kok Haidar jadi keberatan??

"Udah deh, gue mau ke ruang pak bos aja biar semua masalah idup gue kelar" ucap Radeva lalu beranjak dari tempat duduknya. Meninggalkan Haidar yang tak menyadari kehadiran dari kepala divisinya yang menenteng banyak berkas.

"Mau kelar?? Nikah sama konglomerat hahaha" balas Haidar.

"Haidar, lanjutkan pekerjaan mu" Haidar berbalik sambil menggaruk tengkuknya. Rupanya Mahen berdiri di belakangnya menatap ia yang tengah merecoki Radeva tadi.

"Iya pak ini juga mau ngerjain kok"

"Tunggu!" Mahen memberikan berkas-berkas yang ia bawa.

"Susun laporan ini secara berurutan" Haidar dengan tak percaya menatap laporan itu. Tebal dan berat. Rasanya ia malas mengerjakan itu. Jangankan untuk mengerjakan itu. Melihatnya saja sudah membuatnya muak.

"Kenapa malah diam??"

"Oh ngga kok pak, ini mau saya kerjain" Haidar pun langsung duduk di kursinya.

••••••

Tok tok tok

"Masuk!"

Dengan perlahan Radeva membuka pintu ruangan itu. Pintu berwarna hitam yang terlihat kokoh dan mahal. Radeva memperkirakan jika harga pintu itu bisa membayar UKT adiknya selama 2 semester.

"Siapa dia Jeff??" Radeva terpaku di ambang pintu. Ia melihat sosok wanita paruh baya yang duduk di sofa yang berada di ruangan itu. Radeva pernah duduk di sana. Dan rasanya sangat nyaman, pasti harganya ratusan juta.

"Kemari" suruh Jefri. Radeva pun masuk dan berdiri di samping sofa.

"Dia kekasih ku"

"Hah?"

"Ya Tuhan manis sekali, jadi ini alasan mu menolak mama jodohkan?? Mama yakin kakek dan ayah mu akan setuju, siapa namamu nak??" Tanya mamanya Jefri dengan menangkup pipi berisi Radeva.

"Radeva Angkasa"

"Mama bertanya pada calon menantu mama, bukan padamu!"

"Nama saya Radeva nyonya" jawab Radeva. Ia bingung. Beginikah permainan orang kaya?? Main seenaknya mengatakan seseorang pasangannya??

Handsome Demon'sTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang