30. give up?

468 68 6
                                    

Sorry kalo ada typo

••••••

"

Tapi aku sempet kirimin nomor orang yang terakhir ditelpon sama kak Hima, tapi dari profilnya bukan kak Deva deh" ucap Nalen yang membuat Jefri semakin penasaran. Ia harus menanyai Nalen lebih lanjut nanti. Saat ini mereka harus menyuapi twins supaya keduanya tak mengamuk karena lapar.

••••••

Saat ini Nalen tengah berjemur dengan kedua keponakannya. Beberapa waktu lalu Jefri pamit pergi ke Inggris untuk mencari Radeva. Nalen tentu saja tak memberatkan itu, ia justru senang jika nanti Jefri dapat bertemu dengan Radeva.

"Doain daddy kalian supaya bisa ketemu sama mama kalian" ucap Nalen. Saat ini mereka berada di taman komplek. Nalen cukup terkenal di komplek tersebut karena siapa lagi pemuda yang mengajak twins jalan-jalan selain Nalen?? Tak ada.

"Ehh nak Nalen, lagi sama twins ya??" Sapa seorang ibu-ibu yang menggandeng bocah 5 tahunan. Nalen tentu tersenyum dan mengangguk. Memangnya wanita itu tak melihat apa ia tengah bersama twins di sini??

"Twins makin gembul ya, kamu kasih apa nak??" Nalen menghela nafas. Ibu-ibu ini sangat penasaran. Ini adalah sekian dari banyaknya ibu-ibu aneh di komplek ini. Dan Nalen harus terbiasa dengan itu.

"Dikasih makan sama minum susu bu, anak ibu dulu waktu bayi juga begitu kan?" Balas Nalen dengan cukup ketus. Ia suka mengobrol dengan orang tapi ibu-ibu ini pengecualian.

"Anak saya dari dulu kecil, beda sama twins" Nalen hanya menganggukkan kepalanya saja. Bagaimana tidak kecil jika ibu nya hanya hobi bergosip? Pikir Nalen.

"Mungkin keturunan kak Jef, kan kak Jef gede" jawab Nalen dengan terpaksa. Hell!! Ia tak mau dicap jelek di sini. Bisa-bisa para tetangga rese Jefri melaporkan dirinya ke Jefri.

"Kasian ya pak Jef, ganteng begitu tapi ditinggal istrinya" Nalen menahan amarahnya. Andai saja ibu-ibu itu tau dirinya adik dari Radeva. Mana mungkin ibu itu berani mengatai kakaknya.

"Kami tidak pernah bermasalah dengan itu, namanya rumah tangga pasti ada pasang surutnya" balas Nalen. Enak saja kakaknya dijadikan kambing hitam. Memang ia akui Radeva juga salah tapi bukan berarti semua kesalahan ada di Radeva. Ini hanya kedua orang itu kurang komunikasi. Memang aneh keduanya ini.

"Kenapa nak Nalen kayak marah?? Tapi saya lihat-lihat nak Nalen sama pak Jefri cocok lhoo" Nalen terdiam. Ternyata banyak yang memperhatikan dirinya dengan Jefri ya selama ini. Tapi ia tak setuju dengan tanggapan itu. Jefri takkan pernah cocok dengannya, mereka tidak setara. Usia mereka terlalu jauh bagaimana bisa ibu-ibu itu berfikir seperti itu??

"Sebenarnya nak Nalen ini siapa sih? Pengasuh twins bukan, tapi pacar pak Jef juga bukan" arghhh dasar ibu-ibu pengganggu - batin Nalen. Lagipula pertanyaan apa itu?? Ia bukan pacar Jefri dan takkan pernah mau menjadi pasangan dari kakak iparnya sendiri.

"Siapa saya dan apa hubungan saya dengan kak Jef itu penting ya? Maaf bu saya permisi" Nalen pergi dengan mendorong stroller milik twins. Ia menggerutu sepanjang jalan. Nasib baik ia hanya bertemu ibu itu saja. Tidak bertemu dengan ibu-ibu lain. Tinggal di komplek elite tidak menjamin kehidupan kalian akan aman dari orang-orang penasaran.

••••••

"KAK DEVA!!" Jay berteriak dari atas yacht milik kakeknya dan melambaikan tangannya. Ia baru sadar jika Arkan bukanlah orang biasa yang sengaja bekerja di Inggris untuk menghidupi dirinya tapi Arkan adalah pria kaya ayahnya bahkan memiliki perusahaan pariwisata.

Ia jadi paham, mungkin selama ini Arkan memang melatih Jay untuk hidup sederhana. Lihat saja sekarang, Jay sangat bahagia dengan kehidupan hedonnya. Bahkan belum tepat 1 bulan mereka di Spanyol, Jay sudah merengek minta menginap di yacht milik kakeknya. Tentu saja bersama Radeva kakak kesayangannya. Dan apakah kakek dari bocah itu menolak?? Tentu saja tidak.

"Ayo naik" ajak Arkan. Pria itu mengulurkan tangan untuk membantu Radeva naik ke atas yacht. Ini mungkin kali pertama Radeva naik yacht - pikir Arkan.

Setelah ketiganya naik ke yacht, Arkan pun meminta kapten untuk menjalankan yacht milik sang ayah.

"Kamu suka?" Tanya Arkan ke Radeva yang dibalas anggukan. Dia masih canggung berada di sini. Apalagi ketika pertama kali orangtua Arkan melihatnya dan mengira ia kekasih Arkan. Itu benar-benar membuatnya canggung.

"Sebenarnya ini hadiah ulang tahun ku ke-18" ucap Arkan memberitahu. Radeva tercengang. Hadiah ulangtahun saja sebuah yacht dengan ukuran besar. Tapi tak heran, jika dipikir-pikir keluarga Arkan lebih kaya daripada keluarga Jefri. Dan Arkan merupakan anak sulung yang diharapkan dapat meneruskan perusahaan milik sang ayah. Itulah mengapa ia menjadi anak kesayangan namun itu tak lantas membuat adik-adiknya merasa iri. Radeva juga dapat merasakan keluarga yang benar-benar hangat di keluarga Arkan. Mereka benar-benar menyambut Radeva dengan sangat baik.

"Ayah ayah!!" Panggil Jay anak itu sekarang terlihat sangat bahagia. Lagipula siapa yang tak bahagia menjadi keluarga kaya?? Jay bahkan terkejut ketika Arkan mengatakan rumah dengan halaman besar yang mereka tinggali adalah milik sang kakek. Itu artinya kakeknya benar-benar sangat kaya begitu pikir Jay.

••••••

Jefri menyusuri jalanan London bersama dengan Mahen. Sekarang pemuda itu sudah menggantikan Yudhis sebagai sekretaris pribadinya. Sudah 10 hari mereka di Inggris dan mulai mencari dari London, Bristol, sampai ke Nottingham pun sudah coba mereka telusuri. Tidak ada penduduk atas nama Arkan dan Radeva. Jefri yakin mereka sudah pindah dari Inggris. Karena jika Radeva masih mungkin memalsukan namanya tapi bagaimana dengan Arkan?? Pria itu seorang psikolog yang harusnya terdaftar. Info terakhir yang ia dapatkan adalah, Arkan merupakan psikolog di sebuah rumah sakit besar di London. Tapi untuk alamat tempat tinggal tidak dapat ditemukan.

"Perkara 2 orang aja pusing sampe keliling Inggris" gumam Mahesa yang sudah mulai lelah. Lagipula siapa yang tak lelah?? Sudah 10 hari mereka terjebak di daratan Britania Raya namun tak menemukan hasil signifikan. Jefri sudah menanyakan Arkan ke pihak rumah sakit namun pihak rumah sakit tempat Arkan bekerja justru mengatakan jika pria itu mengundurkan dirinya. Dan lagi-lagi tanpa alasan yang jelas. Bagaimana Jefri dan dirinya tak pusing??

"Ku rasa Arkan bukan orang sembarangan" ucap Jefri dengan pelan. Mahesa cukup setuju dengan statement itu.

"Tapi sekarang dimana mereka??"

"Masih ada beberapa kota besar yang belum kita telusuri, bagaimana menurut mu?" Saran Mahesa. Tapi ia juga tak yakin mereka masih di Inggris. Dalam perkiraannya mereka pergi dari Inggris. Entah karena kebetulan atau memang sudah direncanakan. Yang jelas ia tak yakin mereka masih berada di Inggris.

"Sepertinya mereka di tempat lain"

"Tapi dimana?" Jefri menggeleng. Untuk pastinya ia tak tau. Karena ketika nomor Arkan ditelusuri pun, nomor itu sudah tidak aktif mungkin saja Arkan sudah membuang nomornya. Jadi ia tak bisa memperkirakan dimana kemungkinan mereka berada sekarang.

"Lalu kita bagaimana? Sudah 10 hari kita melakukan pencarian namun stuck di sini" Jefri menghela nafas. Apakah ia harus melupakan Radeva?? Namun tak semudah itu. Radeva terlalu berbekas di hatinya.

"Kita pulang ke Indonesia" final Jefri. Dan benar di hari itu mereka benar-benar pulang ke Indonesia. Mahesa cukup senang karena itu artinya ia takkan berada terlalu lama di negara itu.

•••••

Hi, ada yang nungguin??

Jangan lupa votement guys
Tbc

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Oct 27 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Handsome Demon'sTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang