19. shopping together

2K 261 8
                                    

"Bawa ke meja makan mas, tolong" pinta Radeva. Dengan senang hati Jefri membawanya ke meja makan. Ia benar-benar menyukai waktu-waktu seperti ini. Tanpa kecanggungan diantara mereka. Biasanya mereka terkesan canggung dan kaku.

••••••

Tak terasa hari semakin cepat berlalu. Kandungan Radeva sudah masuk ke bulan ke-6. Jefri akhir-akhir ini juga sering sibuk. Banyaknya proyek baru membuatnya sering pulang telat. Bahkan tak jarang Jefri pulang ketika Radeva sudah terlelap. Biasanya Radeva meninggalkan notes di kulkas supaya Jefri bisa menghangatkan makanan yang sudah ia masak.

Jefri sempat melarang Radeva untuk memasak karena 2 minggu lalu Radeva hampir terpeleset karena lantai licin yang terkena tetesan minyak. Tapi Radeva tetaplah Radeva. Pemuda itu sangat keras kepala, jadi Jefri tak bisa melarang banyak.

Ceklekkk

Jefri baru keluar dari kamar mandi. Badannya sudah terasa segar. Ia melihat Radeva yang sudah bergelung dengan selimut. Mendekatinya dan mengelus dahinya. Tapi dengan cepat Jefri tersadar.

Ia tidak boleh seperti ini. Lelah bisa membuatnya menjadi gila ternyata. Ia pun berjalan keluar kamar. Menuju ke dapur untuk menghangatkan makanan. Ia belum makan malam omong-omong.

"Mas?" Panggil seseorang. Sudah jelas itu Radeva. Pemuda itu berdiri dengan muka bantalnya.

"Kenapa??"

"Laper" jawab Radeva jujur. Ia benar-benar lapar sekarang. Padahal tadi ia sudah makan malam.

"Duduk, sebentar lagi siap makanannya" Radeva pun menurut. Ia berjalan ke meja makan dan duduk. Menunggu Jefri selesai menghangatkan makanan.

"Makanlah" suruh Jefri. Ia sudah tak heran dengan Radeva yang terbangun di tengah malam hanya untuk makan. Ia juga tak keberatan. Justru ia senang jika Radeva banyak makan.

"Mas baru pulang??" Jefri mengangguk. Ia masih menikmati makanannya. Tidak ada obrolan berarti diantara mereka. Hanya beberapa pertanyaan dari Radeva yang memecah keheningan diantara mereka. Selebihnya mereka hanya fokus dengan makanan masing-masing.

"Balik tidur sana, biar besok bibi yang beresin" suruh Jefri. Ia tahu pasti Radeva akan membereskan bekas makan mereka. Radeva terlalu sungkan untuk merepotkan orang lain. Dan Jefri tak suka itu.

"Tap-"

"Tidur" tegas Jefri. Radeva tak bisa melawan. Aura Jefri benar-benar mengerikan. Ia rasa jika Jefri terus-terusan mengeluarkan aura seperti ini maka ia akan mati ketakutan. Karena jujur saja Jefri bersikap biasa saja sudah mengerikan apalagi seperti ini. Sangat-sangat mengerikan.

•••••••

Pagi ini kota Surabaya diguyur hujan deras. Membuat Jefri yang sebelumnya memiliki niatan untuk marathon pagi mengurungkan niatnya dan kembali bergelung di bawah selimut bersama Radeva. Pemuda itu juga nampak sangat nyaman, biasanya jam segini ia sudah bangun tapi hari ini tidak. Mungkin cuaca dingin membuatnya betah tidur.

Drttt... Drttt... Drttt....

Jefri menghela nafasnya malas. Tangannya terulur mengambil ponselnya yang berada di atas nakas.

"Mama di ruang tamu, katanya kamu belum bangun" Jefri mengernyitkan dahinya.

"Kenapa ngga panggil aja ke kamar sih mah??" Kesal Jefri. Ia pun menyibakkan selimut lalu memakai sandalnya dan berjalan menuju ruang tamu.

Handsome Demon'sTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang