Jangan pernah menganggap tenang itu lemah dan keras kepala itu kuat.
_________________
Start : 29 September 2023
Final : 10 November 2023
Sumber foto : Pinterest 📍
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
____
Self harm, adalah sebuah tindakan menyakiti diri sendiri untuk menghilangkan semua emosi yang sedang dirasakan. Setiap orang memiliki caranya masing-masing. menarik rambut, memukul, menelan zat berbahaya, dan menyayat anggota tubuh (cutting). Tujuan awalnya bukan untuk bunuh diri, akan tetapi akan menimbulkan luka yang parah jika diteruskan.
Cara mengatasi self harm sendiri dengan cara mengalihkan pikiran kita kepada hal hal yang bersifat positif. Teknik distraksi bisa menjadi cara berguna untuk menyelami emosi sekaligus mengatasi keinginan untuk menyakiti diri sendiri di saat yang bersamaan. Contohnya, menulis semua isi pikiran kita di sebuah kertas, berjalan jalan keluar mencari udara segar akan dapat mengurangi keinginan untuk melukai diri sendiri, bermain dengan hewan peliharaan dan masih banyak cara lainnya.
Lara meletakkan handphonenya ke atas meja belajar. Kedua matanya menatap lurus ke arah dinding bercat putih pada dinding kosannya. Lara sekarang sedang duduk pada kursi yang didepannya ada sebuah meja belajar bewarna hitam. Tiba-tiba bayangan bayangan sebuah kejadian yang belum pernah terjadi muncul begitu saja. Membuat Lara memejamkan kedua matanya sambil menggelengkan kepalanya ke kanan ke kiri agar bayangan tersebut hilang dari pikirannya.
Suara jarum jam memenuhi ruangan sunyi tersebut. Hening, kosong, sepi dan sendirian yang selalu dirasakan oleh Kalara Andrina. Besok adalah Hari Senin dan sekarang Lara sedang belajar. Lara menyiapkan diri untuk menghadapi Hari Senin sampai belajar larut malam. Jam sudah menunjukkan pukul 01.00 dini hari. Gadis berkaos putih lusuh hanya menatap kosong ke arah dinding kosan, beda dengan isi kepalanya yang sangat berisik. Sudah sejak setengah satu gadis tersebut hanya diam memandang dinding didepannya.
Atensinya teralihkan kepada sebuah silet yang berada di bawah rak buku. Kanan tangannya terulur mengambil silet tersebut, mengarahkan kepada lengan kirinya. Ia menatap sayu ke arah silet yang masih mengambang di atas lengannya. Sekarang ada dua yang sedang ia pikiran, bayangan kesedihan membuatnya ingin melakukan hal tersebut tetapi pikiran dan hatinya mengatakan jangan lakukan.
“Lara kuat, engga mungkin lakuin ini.” gumamnya lirih setelah tersadar apa yang ingin dilakukannya. Meletakkan kembali silet tersebut pandangannya kembali ke sebuah buku bersampul merah. Ia langsung mengambil buku tersebut membuka setiap lembar coretan coretan dari lembar awal hingga lembar tengah yang masing bersih.
Lara mengambil pulpennya lalu dengan gerakan cepat mencoret lembar tengah tersebut dengan gerakan dan sebuah tulisan kata 'Kuat'.
Kalara gadis berumur 17 tahun, sekarang ia sudah menginjak kelas dua belas. Ia sudah tinggal di kosannya sejak kelas satu SMA. Kosan dengan berbagai cerita kekosongan dan kesepian didalamnya. Kosan bercat putih tanpa ada tempelan apapun di dinding kosan kecuali jam dinding bulat bewarna hitam.
Setelah selesai mencoret kertas tersebut Lara menarik napasnya perlahan, mengusap wajahnya kasar. Kedua matanya yang kosong digantikan pancaran kelegaan. Ia bangkit dari tempat duduknya pergi ke arah kamar mandi untuk mengambil air wudhu. Terkadang ia terlalu fokus dengan bayangan tersebut hingga melupakan ia masih memiliki Allah subhanahu wa ta'ala untuk tempat berkeluh kesahnya. Cukup Allah subhanahu wa ta'ala yang menjadi pendengar setiamu disaat orang lain tidak mempercayai ucapanmu.
“Astaghfirullahalazim, Astaghfirullahalazim, Astaghfirullahalazim.” Lara gadis tersebut sudah terbalut cantik dengan mengenakan mukenah bewarna putih. Menadahkan kedua tangannya, mengucapkan istighfar dan berdoa agar ia bisa lebih baik lagi kedepannya dan berharap bayangan bayangan maupun bisikan yang selalu menganggu hari harinya cepat hilang.
Tanpa disadari air mata mengalir begitu saja dari ujung kedua matanya hingga menetes mengenai kedua tangannya yang sedang menadah. Ia menangis di sepinya malam, lampu kosan yang dimatikan dan hanya remang remang dari cahaya malam yang menembus celah ventilasi kosan. Terkadang menangis adalah salah satu cara matamu berbicara disaat mulutmu tidak dapat menjelaskan betapa hancurnya hatimu.
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.