Jangan pernah menganggap tenang itu lemah dan keras kepala itu kuat.
_________________
Start : 29 September 2023
Final : 10 November 2023
Sumber foto : Pinterest 📍
"Saat-saat bahagia datang dan pergi, tetapi kenangan masa kecil yang terbaik tetap selamanya." ~Teman Kecil
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
____
Suasana kelas pada pagi hari ini seperti biasanya saat jam kosong yaitu, ramai. Memang seharusnya hari ini jadwal kelas XII IPA 3 untuk olahraga tetapi karena semua guru rapat jadilah jam kosong. Lara mengedarkan pandangannya ke seluruh penjuru kelas. Lalu kembali fokus ke kertas berisikan coretan yang Lara buat untuk menyalurkan ke bingung rasa khawatirnya. Lara akui dirinya memang introvert yang selalu berada di zona nyamannya, ditemani oleh kesunyian, kesendirian dan kesepian. Tidak ada teman, mudah dimanfaatkan dan selalu menghindari konflik.
Satu pertanyaan muncul dibenaknya saat Dave mengatakan melangkah pada perubahan. Apakah dirinya harus mulai keluar dari zona nyamannya?
Lara menghentikan aksi mencoret kertas lalu atensinya teralihkan kepada segerombolan anak laki laki yang sedang bermain bola basket. Memang lapangan basket terdapat di samping gedung IPA. Kedua mata Lara terkunci saat melihat sosok yang jarang dilihatnya saat dulu dan akhir akhir ini selalu menganggu dirinya. Siapa lagi kalau bukan Dave Anggara.
Pemuda berlesung pipi tersebut terlihat sangat lihai memainkan bola basket di kedua tangannya. Wajah datar dan tatapan tajamnya terlihat cukup mengesankan. Lara menggelengkan kepalanya sebentar setelah sadar, bukannya. “Dave udah sembuh dari asma?” gumam Lara kembali fokus ke arah Dave. Ia baru teringat bahwa Dave teman kecilnya memiliki riwayat penyakit asma.
***
Lara menyeka keringatnya yang mengalir dari pelipisnya. Lara membuang napasnya kasar, melihat dari ujung kanan ke ujung kiri ruang kelasnya. “Sudah bersih.” gumam Lara lalu kembali berjalan ke arah pojok ruangan untuk meletakkan pel lantai dan ember.
“Woy! Bawain tas gua dong!” teriak Vea, mengejutkan Lara yang sedang menutup pintu kelas.
Lara membalikkan badannya menatap Vea, biasanya dirinya langsung mengambil tas Vea tanpa ingin membuat keributan. Tanpa ingin? Lara jadi ingin terkekeh sendiri, biasanya juga dirinya tidak akan mencari namanya keributan. Tetapi pikirannya memikirkan setiap perkataan yang keluar dari ucapan Dave, yang menyuruh dirinya untuk keluar dari zona nyaman.
“Bawain! Tuli lo?!” bentak Raya, menatap tajam ke arah Lara yang mematung di depan pintu ruang kelas yang tertutup.
“Bawa sendiri, kalian semua masih diberi kesehatan dan kedua tangan, kaki kalian masih berfungsi dengan baik, bukan? Satu lagi, apa hak kalian untuk mengatur dan nyuruh gua? Engga ada kan? Jadi, jangan ngatur dan nyuruh gua lagi. Gua disini untuk belajar bukan jadi babu kalian!” jelas Lara, walaupun wajah Lara tenang dalam mengatakannya dan terkesan dingin tetapi kedua tangannya dan kedua kakinya sekarang mulai bergetar. Ini awal dirinya keluar dari zona nyamannya. Rasanya, seperti Lara menjadi seseorang yang hebat karena memenangkan sesuatu hal.