17. Bersamanya

70 11 0
                                    


Sabar itu ada dua, yaitu sabar terhadap sesuatu yang kita benci, dan sabar terhadap apa yang kita sukai.” ~Sabar

” ~Sabar

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

_____

Awan mendung di atas langit bergerak begitu lambat menutupi cahaya mentari sore. Semburat bewarna jingga diatas langit sore hari ini sangatlah cantik untuk di pandang. Hembusan angin sore menerpa permukaan kulit seorang gadis yang sedang berjalan seorang diri di trotoar. Kulit pucat milik Kalara Andrina seakan bersinar dibawah cahaya matahari sore.

Kedua tangannya di ketatkan di ujung tali tasnya. Dibalik wajah tenang milik Lara ia menyimpan rasa kecewa, marah dan bingung menjadi satu pada benaknya. Ia sangat kecewa dan marah kepada sosok teman yang sudah ia anggap abang sendiri tersebut. Dan bingung mengapa Dave akan melakukan hal tersebut? Lara menggelengkan kepalanya sembari beristighfar di dalam hati. Ia terlalu ber negative thinking kepada Dave hingga tak sadar sudah berada di area halaman kosan.

Lara menarik napasnya dalam dalam sebelum membuka pintu kosannya. Ia berdiri di depan pintu kosan menatap sunyi dan sepi pada sebuah ruangan yang sudah ia tempati tiga tahun belakangan ini.

***

Pagi ini, Lara sudah siap dengan seragam olahraga yang dikenakannya dan juga tas yang sudah berada di punggungnya. Semalaman penuh Lara kembali harus berhadapan dengan bayangan halusinasi dan suara berisik yang membuat dirinya kembali harus bergadang. Cape, satu kata yang selalu Lara rasakan dimana bayangan halusinasi dan suara berisik hadir.

Suara riuh murid SMA Satu mulai memasuki indra pendengarannya. Sekarang jam setengah tujuh, dimana para murid SMA satu mulai berbondong-bondong memasuki area sekolah. Seperti Lara sekarang gadis berpakaian olahraga tersebut melangkahkan kakinya memasuki area sekolah yang sangat ramai. Ada yang sedang bercanda gurau, berlarian dan ada pula yang sedang membaca buku sembari berjalan memasuki area sekolah.

Lara yang dibuat terkejut saat sebuah tangan merangkul bahunya. Membuat Lara menghentikan langkahnya, menolehkan kepalanya menatap seorang pemuda berlesung pipi yang sedang tersenyum manis ke arahnya. Wajah putih khas pemuda tersebut seakan bersinar dibawah teriknya matahari pagi. Setelah sadar siapa pemuda tersebut Lara langsung melepaskan tangan Dave yang merangkul bahunya.

“Ra, maafin gua soal kemarin,” ucap Dave sedikit mendudukkan kepalanya, kedua tangan ditautkan menjadi satu.

Kenapa Dave justru seperti Dave kecil? Pikir Lara saat melihat tingkah Dave seperti dulu waktu mereka masih kecil. Dulu....

“Hahaha....kamu kaya kurcaci, pendek hahaha....” tawa anak laki laki berumur sekitar 7 tahun memakai kaos oblong, memegangi perutnya sendiri.

Anak perempuan dengan hansaplast di wajahnya, menatap cemberut kepada anak laki laki yang sedang menertawakan dirinya. “Biarin, walaupun aku pendek aku engga cengeng kaya kamu.” bangganya.

Anak laki laki tersebut menghentikan tawanya menatap melotot ke arah anak perempuan berwajah manis di depannya. “Aku engga cengeng ya, kemarin kan aku nangis gara gara engga sengaja ke patuk ayam.” elaknya sambil menunjukkan jari telunjuknya yang terbalut hansaplast barbie.

Anak perempuan tersebut menyipitkan matanya menatap anak laki laki tersebut dengan selidik. “Iyadeh.” balasnya.

“Kamu marah?” tanya anak laki laki tersebut, dibalas gelengan cuek oleh anak perempuan di hadapannya.

“Bohong, kamu marahkan sama Dave? Maafin aku nyebut kamu kurcaci.” Anak laki laki tersebut mendudukkan kepalanya sembari memilin jemarinya yang bertautan.

Lara tersenyum simpul mengingat masa kecilnya dulu. “Udah gua maafin.” balas Lara membuat Dave menatapnya dengan senyuman manis.

“Terima kasih, Ra.” Dave tersenyum manis ke arah Lara.

“Dave! Kemarin kenapa lo engga ikut kumpul?” tanya seorang gadis yang tiba-tiba datang dari arah gerbang menuju mereka.

Lara dan Dave mengalihkan pandangannya kepada seorang gadis berbando merah muda yang sedang tersenyum cerah ke arah Dave. Lara hanya dapat menatap mereka secara bergantian. Beginilah dirinya jika ditempatkan di tengah tengah orang pintar dan aktif. Lara hanya dapat tersenyum kecut, seharusnya ia langsung menuju kelas saja.

“Emang gua kelas sepuluh?” tanya Dave sambil menaikkan satu alisnya membuat gadis berbando merah muda kelabakan sendiri dibuatnya lalu menyengir ke arah Dave.

Vea, gadis berbando merah muda tersebut mengalihkan pandangannya ke arah gadis berwajah pucat. “Lo? Bawain tas gua, nih.” Vea menyerahkan tasnya kepada Lara.

Saat Lara akan mengambil tas tersebut tiba-tiba suara Dave menghentikan pergerakan tangan kanannya.

“Apa hak lo nyuruh nyuruh Ara? Lo masih diberi kesehatan, semuanya masih lengkap bukan?” Dave menatap datar ke arah Vea, senyum miring terpampang di wajah Dave menatap Vea yang sedang menatapnya terkejut.

Dave mengalihkan pandangannya ke arah Lara yang sejak tadi diam. “Sekarang gua antar lo ke kelas, ayo.” Sambil menarik pelan tangan kanan Lara membawanya pergi dari sana.

Vea menatap punggung lebar Dave dengan tatapan takut, ia menelan ludahnya kasar mengingat ucapan Dave tadi. “Engga lagi lagi gua ganggu Lara.” gumamnya.

***

Setibanya di depan kelas XII IPA 3 yang ramai karena sebentar lagi akan memasuki jam pelajaran pertama. Dave menarik tangan kanan Lara saat gadis tersebut akan pergi dari hadapannya. Dave menarik napasnya dalam dalam sebelum berujar.

“Lo harus lebih tegas lagi jangan mau kalau di suruh suruh kaya tadi, paham? Kadang seseorang sudah terlanjur menikmati zona nyamannya sehingga belum berani untuk melangkah pada perubahan. Belajarlah untuk menikmati hidup di saat ini, jauhkan diri dari rasa khawatir akan masa depan ataupun penyesalan akan masa lalu.” jelas Dave menatap dalam pada kedua manik mata Lara.

Lara menatap tenang ke arah manik hitam pekat milik Dave. Beda dengan pikirannya yang sedang memikirkan ucapan Dave. Dirinya memang terlalu terpuruk dengan kejadian dua tahun lalu yang mengakibatkan dirinya menjadi introvert, menarik diri dari sosial dan selalu diam. Kalara Andrina, gadis yang selalu berteman dengan kesunyian, kesendirian dan kesepian.

___

Salam hangat dari AN 🤎🥧

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


Salam hangat dari AN 🤎🥧

BERISIK (END) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang