7. Halusinasi

114 16 0
                                        

____

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

____

Halusinasi adalah gangguan persepsi yang menyebabkan seseorang melihat, mendengar, atau mencium sesuatu yang sebenarnya tidak ada. Halusinasi adalah sensasi yang diciptakan oleh pikiran seseorang tanpa adanya sumber yang nyata. Halusinasi dapat dipicu oleh kondisi medis tertentu, baik itu gangguan mental maupun fisik. Orang yang mengalami halusinasi, pengidapnya sering berbicara sendiri, tertawa sendiri, ketakutan tanpa alasan, dan sebagainya. Kondisi ini juga bisa menjadi gejala dari penyakit skizofrenia.

Penyebab halusinasi pun bermacam-macam, mulai dari pengaruh obat-obatan, alkohol, kurang tidur, mengidap penyakit berat, depresi, dan masih banyak lagi. Penyebab yang berbeda, membuat tindakan pengobatan yang diperoleh juga akan berbeda. Ada beberapa cara menghilangkan halusinasi dalam pikiran. Yang pertama, tidur yang cukup dengan tidur yang cukup sekitar 7-9 jam per harinya, aturlah pola tidur sebaik mungkin. Kedua, kurangi stres Halusinasi bisa saja disebabkan oleh stres yang dirasakan sehari-harinya. Ketiga, melakukan olahraga dan aktivitas fisik melakukan berbagai macam olahraga ataupun aktivitas fisik untuk mendukung pengobatan halusinasi yang sedang dijalani.

Kesehatan bukan hanya tentang apa yang kita makan setiap harinya. Juga tentang apa yang kita pikirkan dan rasakan juga.

Seorang gadis berwajah pucat yang berjalan menulusuri koridor puskesmas. Tangan kanannya memegang satu kresek bewarna putih berisikan obat. Pandangannya menatap kosong ke arah koridor puskesmas yang ramai. Langkahnya terhenti seketika saat pandangannya teralihkan kepada sosok berkursi roda. Pandangannya kembali memancarkan sebuah kerinduan yang amat sangat dalam di lubuk hatinya. Sosok yang selalu mendukungnya sosok nenek yang paling dirindukan oleh seorang Kalara Andrina.

Lara ingin melangkah maju tetapi ia masih ingat sekali kepada sebuah kejadian dua tahun lalu. Lara tidak ingin kejadian tersebut terulang kembali. Lara mendudukkan kepalanya lalu memasang kupluk hoodie menutupi wajahnya. Berjalan sedikit mendudukkan kepalanya. Lara harap neneknya tidak menyadari kehadirannya.

Harapan Lara ternyata salah. Neneknya yang Lara rindu justru tersenyum sembari berucap 'Cucuku.' Suara lirih sang nenek membuat Lara membalikkan badannya menatap rindu kepada neneknya.

“Ara?” panggil Nenek - Dera. Tangannya yang lemah tersebut berusaha menyentuh tangan cucu ketiganya. Cucu yang paling ia tunggu kepulangannya di rumah.

“Nenek.” gumam Lara, berjongkok tersenyum kecil kemudian langsung memeluk tubuh ringkih sang nenek. Gadis yang jarang tersenyum tersebut sekarang tersenyum seakan bebannya hilang begitu saja di dalam dekapan sang nenek.

“Gimana keadaan kamu Ra? Ayo, pulang ke rumah, nenek rindu.” Nenek Dera mengelus punggung cucunya pelan.

Lara mendongakkan kepalanya menatap sang menatap nenek. Saat Lara ingin menjawab 'tidak bisa.' Tetapi ada sesuatu yang tulus dan senyuman yang selalu membuat seorang Kalara Andrina merasa nyaman dan aman. Membuat Lara mengurungkan niatnya untuk menolak dan akhirnya Lara menyetujui permintaan dari neneknya.

Di dalam mobil, Lara menatap pemandangan luar jendela yang berubah dari cerah menjadi mendung. Setiap Lara ingin menenangkan dirinya sendiri, pikirannya kembali ke rasa khawatir apa yang mungkin terjadi nantinya.

Sesampainya di rumah bertingkat dua dengan halaman yang cukup lebar, dikelilingi tembok keliling dan sebuah pintu gerbang menjulang tinggi. Beberapa mobil mewah terparkir di parkiran depan rumah bertingkat dua tersebut.

Lara menatap rindu dan takut secara bersamaan kepada rumah tepatnya sejak kecil hingga remaja. Lara melangkahkan kakinya berjalan sembari mendorong pelan kursi ronda milik neneknya. Memasuki rumah bertingkat dua tersebut yang langsung disambut oleh suara ceria milik adiknya - Lisa Andriska. Gadis berumur 14 tahun yang sangat ceria dan bisa dibilang sosok extrovert beda sekali dengan dirinya yang sering dibilang introvert.

“Kakak!” seru Lisa berlari ke arah Lara ingin memeluknya.

Lara hanya diam dengan senyum kecil terbentuk pada kurva bibirnya. Lara merasa kerinduannya semakin berkurang saat bertemu kembali dengan orang-orang yang ia rindukan. Lara membalas pelukan adiknya. Adiknya yang cengeng, manja, cerewet dan bawel sekarang menjadi lebih cerewet lagi saat mendengar pekikan dan bertanya tanya dengan kecepatan super cepat kepada dirinya.

“Kakak di sana gimana kabarnya?”
“Kakak tau engga selama kakak disini aku merasa sendirian.”
“Kakak tau engga aku usah bisa nuangin air ke termos tanpa kena tangan lagi.”
“Kakak tau engga aku udah bisa cuci baju sendiri tanpa dibantu bibi.”
“Kakak tau engga aku kemarin habis jatuh gara gara engga sengaja mau nginjak tai ayam.”

Dan masih banyak lagi lainnya. Yang mampu membuat Lara tersenyum kecil saat mendengar hal tersebut. Senyumannya kembali luntur, saat pandangannya jatuh kepada bundanya yang sedang menuruni tangga. Bunda - Lasya terlihat cukup terkejut melihat kehadiran dirinya. Lara menatap rindu ke arah Bundanya. Bundanya tersenyum senang menutupi keterkejutannya lalu menyambut Lara dengan baik.

Selang beberapa waktu, Lara kembali lagi ke kamarnya yang dulu pernah ia tempati. Rasa sakit karena demam  dan pusing seketika hilang saat bertemu dengan orang-orang yang ia sayang. Lara menatap sekitar kamarnya, kamar yang sama. Sebuah kamar bercat cream dan sebuah pot bunga dengan jenis lidah mertua di ujung kamar. Kamar yang terlihat ceria beda sekali dengan kosannya yang sepi dan sunyi yang terlihat sangat monoton dengan benda bewarna putih dan  hitam.

Rasa nyaman dan nyaman hilang seketika saat kedua telinganya menangkap pembicaraan Bunda dan Neneknya. Di dalam dia mendengar suara Bunda dan neneknya di depan kamarnya yang tertutup. Neneknya membawa Lara pulang  tanpa memberi tahu Bundanya, dan itu membuatnya kesal.

“Ibu terlalu memanjakan Lara,” kata Bundanya dengan nada tegas. “Lara seharusnya belajar untuk menjadi seorang yang mandiri.”

“Kamu tau, anakmu itu sedang sakit.” balas Nenek Dera. Mampu membuat Bunda - Lasya terdiam sejenak mendengar putri sulungnya sedang sakit.

“Kalau sedang sakit seharusnya urus diri sendiri dengan baik bukannya manja dengan pergi ke rumah.” Mendengar jawaban dari Bunda - Laysa membuat Lara di dalam kamar tersenyum hambar, sakit yang paling Lara benci adalah sakit hati mendengar hal tersebut.

_____

Salam hangat dari AN 🤎🥧

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


Salam hangat dari AN 🤎🥧

BERISIK (END) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang