Setelah selesai sarapan dengan ditemani sumpah serapah tadi, kini Galen tengah bersantai ria sembari bermain ponsel
"Enaknyaa hidup gini, sepi sih tapi gua lebih suka sepi kaya gini daripada rame tapi ga bikin gua merasa rame" Galen tentu merasa perbedaan suasana di kostnya dan di mansion Abraham jelas berbeda
Disini Galen kalau lapar ya masak sendiri, makan pun juga sendiri semua serba sendiri berbeda dengan di mansion Abraham disana semua serba disiapkan
Tapi siapa peduli, toh dirinya juga sudah terbiasa melakukan apa apa sendiri suasana sepi seperti ini sudah menjadi temanya selama ini
"Huhh kebiasaan banget kalau kaya gini pasti kangen ayah dehh" Ucapnya menyendu
Sejujurnya galen memiliki sifat yang manja dan ceria, mungkin efek dari dulu dia yang anak tunggal dan dimanja
Tapi itu semua berubah setelah mommynya meninggalkanya sendiri, membuat dirinya yang manja dan selalu bergantung dengan orang mau tidak mau harus mandiri
Kaget, tentu saja untuk umurnya yang masih terbilang terlalu dini melihat kejamnya dunia luar
||||||||||||||
Kini Abraham dan Ansel telah bersiap untuk menjemput Galen, niatnya yang ingin membebaskan Galen dulu tidak jadi karena Fira yang terus uring uringan tentang keadaan Galen
"Daddy dan abang ingin kemana? Kaleel ingin ikutt" Rengekan dari bungsu Abraham terdengar
"Daddy hanya sebentar adek, adek di rumah saja temani mommy ya" Abraham yang mendengar bungsunya, langsung menggendongnya dengan penuh kasih sayang serasa menjelaskan
"Tapii kann kaleel ingin ikutt daddy, kaleel nanti mauu beli es krim teruss beli gulaa gula kapass, beliii apa lagi yaa" Kekehnya mencoba menjelaskan tentang niatnya yang ingin ikut
"Nanti kalau kaleel ikut mommy dirumah sendiri dong, mommy kan jadi kesepian" Fira mencoba membuat raut wajah yang menyedihkan
Abraham dan Ansel telah sampai di depan kost Galen, tentu bukan hal yang sulit bagi mereka untuk menemukan keberadaan Galen apalagi dengan kejadian bertemunya galen di arena balap kemarin
Tok
Tok
Tok
"Ngapain? " Tanya galen dengan raut wajah terkejut, tentu terkejut galen memang berfikir mereka akan segera menemukan keberadaanya tapi prediksinya tidak secepat ini
Dirinya belum siap jika harus dipaksa kembali ke rumah itu
"Seharusnya daddy yang bertanya seperti itu kepada kamu Galen,pulang sekolah bukanya pulang kerumah kenapa malah keluyuran sampai berhari hari" Jawab Abraham mencoba tenang, menghadapi anak seperti Galen memang membutuhkan kesabaran ekstra
"Ya ini gua lagi dirumah kan, dari kemarin juga gua udah pulang kerumah rumah yang sebenarnya" Tekan Galen
"Jaga bicaramu Galen, lihat dengan siapa kau sedang berbicara" Melihat jawaban Galen yang sedikit menyinggung, Ansel segera menengahi
"Ada yang salah dengan dengan jawaban gua? Dan apa tadi lihat dengan siapa gua bicara? Kayaknya ga perlu gua jawab juga kalian udah tau" Galen sekuat tenaga mencoba mengontrol emosinya yang mulai membludak
Berbicara dengan Abraham dan antek anteknya ini selalu membuat Galen emosi
Ingin sekali Galen berteriak di depan mereka bahwa mereka hanya orang asing yang memaksa masuk dalam kehidupannya
"Huhh okee, sekarang daddy hanya mau kamu kembali ke mansion" Nahkann apa kata Galen mereka ini memang tidak tahu diri
"Ngapain ha, ngapain buat apa gua kembali ke sana gua udah nyaman disini gua lebih suka disini " Sebisa mungkin Galen menjelaskan kepada mereka
"Mana bisa gitu, tolong dong kali ini jangan egois pikirin juga orang lain, lu ga kasian sama mommy yang dari kemarin uring uringan cuman karena khawatir sama anak tersayangnya ini? " Emosi Ansel dengan menekankan kalimat anak tersayangnya.Galen ini menurutnya sangat bertele tele sekali membuat dia emosi
"Egois ya? Kalo cara ini egois gua lebih milih egois dengan cara ini dari pada gua harus ngalah lagi" Ucap Galen tenang
"Sudah cukup, daddy tidak mau bertele tele lagi, niat daddy hanya untuk menjemput galen pulang bukan untuk bertengkar. Sekali lagi daddy tegaskan ayo kembali galen" Tegas Abraham
"Sekali lagi juga gua tegaskan gua ga mau kembali Tuan Abraham yang terhormat" Jawab Galen membalikan kata kata Abraham
"Huhh dua pilihan sukarela atau paksa Galen" Sorot mata Abraham menajam mencoba menenangkan dirinya yang mulai di emosi
Berbicara dengan galen perlu membutuhkan kesabaran ekstra, tapi sayangnya Abraham bukan orang yang memiliki kesabaran ekstra tersebut
"Ayo Galen sebelum daddy marah dan kamu sendiri yang menerima akibatnya" Ansel yang melihat daddynya mulai kehabisan kesabaran segera memperingati galen
Dirinya tahu betul daddynya ini tipikal orang yang mudah tersulut emosi, tapi daddynya bersikap seperti ini bukan tanpa alasan
"Terserah ya, kalian pikir gua takut sama ancaman bocah kalian" Jawaban yang tidak sesuai dengan hatinya saat ini, kata kata yang keluar memang seperti berani tapi dalam hatinya terbesit rasa sedikit rasa takut
Bagaimana tidak, dia hanya bocah ingusan yang melawan dua orang dewasa jadi wajar saja kan rasa takut itu muncul hanya karena sebuah ancaman kecil?
"Baik jika itu pilihanmu" Final Abraham
Tidak lama Abraham segera memukul tengkuk Galen
Duk
"Akhhs" Ringis Galen merasa nyeri dan merasakan kepalanya yang berputar putar
Ansel yang melihat segera menggendong galen menuju mobil, mereka sengaja tidak membawa bodyguard atas perintah Abraham
"Sorry son" Gumam dengan berjalan menyusul Ansel yang menggendong Galen
Abraham kira cukup dengan dirinya dan Ansel bisa membuat Galen kembali ke mansion dengan baik baik, tapi ternyata anak itu cukup pembangkang dan keras kepala
Hal itu membuat Abraham dengan terpaksa menggunakan cara paksa. Dirinya cukup menyesal telah melalukan hal seperti itu apalagi Galen yang masih terbilang belum dekat denganya sudah harus melihat amarahnya
Hallo guysss, gimana kabar kaliannn!!
Masih pada ingat ga nih sama ceritanya Galenn, sorry yaa author udah lama ga upp hehehe
KAMU SEDANG MEMBACA
Galendra Emilio
Teen FictionGalen hanyalah remaja biasa yang hidup tanpa pengawasan orang dewasa. hidupnya yang dahulu penuh kasih sayang dari kedua orang tuanya hilang semenjak ayahnya meninggal dunia, dan ibunya yang memilih pergi tanpa pernah memberi kabar kepadanya Lalu ba...