Setelah perdebatan di meja makan, Galen segera menyambar kunci motornya mengabaikan teriakan Fira yang mencoba membujuknya
Di perjalanan pikiranya masih terus memikirkan rencana rencana yang bisa membuat ide kaburnya ini berhasil dengan baik
Galen tidak bisa meremehkan Abraham dan keluarganya dia pasti mudah menemukan Galen, jika dia tidak memikirkan rencana ini matang matang
"Apa gua minta bantuan Ravi aja ya buat cariin kosan atau apa ke gitu? " Monolognya
Sibuk dengan segala macan rencananya Galen ternyata sudah sampai di halaman sekolah
Galen berjalan ke arah kelasnya, dengan wajah sedikit emosi, lalu dia tidak sengaja menabra seseorang
"eh, sorry, gua kurang fok-"
Galen belum selesai berbicara dengan entengnya orang itu menempeleng kepala Galen pelan
"Begayaan lu sora sori"
Galen menoleh, mendapati orang yang dia kenal yang ditabraknya, itu adalah Ravi, orang yang berada di pikirannya ketika berangkat sekolah
Galen cengengesan, lalu Ravi menatap Galen dengan tatapan yang aneh, tapi ingin tau
"Lo.. Kenapa kayak terburu-buru banget gitu? Udah muka mirip panci gorengan, sungut-sungut kayak kucing lagi birahi"
Galen menatapnya nyalang
"Korelasi nya panci gorengan sama kucing apa"
Dia terheran dengan Ravi, lalu tiba-tiba Ravi menatapnya serius
"Jawab pertanyaan gua, kenapa lu?"
Galen terkesiap ketika dia sadar apa tujuannya dengan Ravi, dia dengn lihai mengambil kesempatan sekarang, dia pikir "mumpung orangnya di depan mata"
"anu, Rav.. Lo.. bisa bantu gua ga?"
Ravi mengangkat satu alisnya, menelaah, seakan-akan matanya membaca tujuan Galen
"Bantu apa? Kalau gua bisa bantu, ya gua bantu semampu gua"
Galen menghela nafas, dia tau jika Galen bilang ke Ravi, kalau dia mau kabur, pasti Ravi marah semarah-marahnya
"Jadi gua mau kabur dari rumah, lo.. Bisa kasih saran ga?"
Ravi terkejut, temannya memang gila
"Maksud lu? Motivasi lu kabur dari rumah apaan? Terus lu mau tinggal dimana? Mau jadi gelandangan lu ntar? Iya? Dipikir lagi anjir, lu masih muda. jangan cetek pikirannya"
Galen menghela nafas, tapi dia dengan nada tenangnya menjawab Ravi, dia tau temannya akan memarahinya seperti ini
"kalau gua nanti beneran kabur, enaknya gua tinggal dimana gitu"
Ravi berpikir sejenak dan menghela nafasnya
"kalau lu yakin, gua bisa bantu. tapi dengan syarat, kalau sampai lu kena masalah, jangan bawa-bawa nama gua, paham?"
Galen terkesiap, Ravi memang orang yang begitu tegas
"iya deh, iya"
Akhirnya Galen pasrah, tujuan dia sekarang hanyalah bisa kabur dari rumah . Tanpa memikirkan resiko yang akan terjadi selanjutnya
"Paman gua punya kontrakan, kayaknya masih ada yang kosong deh. Lu mau ga kalo tinggal disitu? " Tawar Ravi
"Mau deh mauu daripada bingung mo kemana"
"Yaudah nanti gua kasih kontaknya, lu coba hubungi aja nanti"
"Siapp, terimakasih kawann kaulah sahabatku yang paling pengertian" Ucap Galen legaa, setidaknya dia sudah sedikit menemukan titik terang dari rencananya ini
KAMU SEDANG MEMBACA
Galendra Emilio
Teen FictionGalen hanyalah remaja biasa yang hidup tanpa pengawasan orang dewasa. hidupnya yang dahulu penuh kasih sayang dari kedua orang tuanya hilang semenjak ayahnya meninggal dunia, dan ibunya yang memilih pergi tanpa pernah memberi kabar kepadanya Lalu ba...