06: Keributan

117 74 2
                                    

Sanjaya berjalan menuju Anantha yang tengah duduk di kursi ruang tamu. Kemudian, lelaki tersebut mendaratkan pantatnya di kursi yang satunya sembari melenguh panjang.

"Ini gada kerjaan yang harus dilakuin apa ya?" tanya Anantha. Sanjaya hanya menggeleng.

Mendapat jawaban seperti itu, Anantha sontak menyenderkan kepalanya ke kursi seraya menghela napas gusar.

Sanjaya melirik Anantha, "Aku juga bingung harus ngapain," ujarnya.

Sanjaya dan Anantha lantas menghela napas bersama. Meluapkan rasa frustasi mereka yang tidak tau harus melakukan apa guna menghilangkan kebosanan.

Hening seketika melanda ruang tamu. Sanjaya memandangi langit-langit atap sambil memikirkan sesuatu.

Tiba-tiba Sanjaya menyeletuk sembari menatap Anantha dengan antusias, "Mancing, yuk?"

Anantha membalas, "Males ah! Pasti ikannya kalo makan umpan lama, bosen."

"Yakin nih tidak mau ikut? Kalau begitu aku pergi ya." Sesudah melontarkan kata tersebut, Sanjaya berlalu meninggalkan Anantha dan mengambil pancing miliknya.

"Apa gue ikut aja ya? Daripada gak ngapa-ngapain di sini. Gabut juga," gumam Anantha.

Pada saat Sanjaya keluar rumah, dengan cepat Anantha menyusul pria tersebut.

"Aku ikut," ucap Anantha.

"Ayo."

Ketika mereka berdua akan berangkat untuk memancing, seorang laki-laki yang tinggi badannya sedikit lebih pendek dari Sanjaya datang sambil membawa pancing.

"Lho, Naz? Awakmu arep mancing sisan, ta?" (Loh, Naz? Kamu mau mancing juga, kah?) tanya Sanjaya kepada lelaki itu.

"Sakjane iki mau aku arep nyeluk awakmu, arep ngejak mancing. Lah kok tepak awakmu wes siap." (Sebenarnya ini tadi aku mau manggil kamu, mau ngajak mancing. Lah kok pas kamu sudah siap) Pria tersebut terkekeh.

"Wes takdir, Naz." (Sudah takdir, Naz) Sanjaya dan Nazril sontak tertawa keras bersama.

Usai bergurau bersama Sanjaya, Nazril yang merasa penasaran dengan seorang gadis yang ada di sebelah Sanjaya sontak memberikan beberapa pertanyaan kepada sahabatnya tersebut.

"Eh, ngomong-ngomong. Arek wedok iki sopo, Jay? Kok aku gak tau eroh. Pacar anyar mu, ta? Bukane awakmu wes dijodohno karo si Kaili Kaili iku yo?" (Eh, ngomong-ngomong. Gadis ini siapa, Jay? Kok aku gak pernah tau. Pacar barumu, kah? Bukannya kamu sudah dijodohkan sama si Kaili Kaili itu ya?)

"Critone dowo, Naz. Aku gak iso crito saiki. Sepurane yo," (Critanya panjang, Naz. Aku gak bisa crita sekarang. Maaf ya) jawab Sanjaya.

Nazril pun mencibir Sanjaya, "Kon iku ancene nemen karo koncone dewe, Jay. Crito diluk ae mosok gak iso seh?" (Kamu itu emang kebangetan sama teman sendiri, Jay. Cerita bentar aja masa gak bisa sih?)

"Intine ae yo?" (Intinya aja ya?)

"Yowes, gapopo." (Yaudah, gapapa)

"Jenenge, Anantha. Jarene teko Jakarta, tapi aku gak iso mastino langsung lek dek e ancen asli Jakarta temenan opo gak." (Namanya, Anantha. Katanya dari Jakarta, tapi aku gak bisa memastikan langsung kalau dia asli Jakarta beneran atau gak) Sanjaya menjelaskannya dengan berbisik.

Nazril lantas mengerutkan dahinya setelah mendengar penjelasan dari Sanjaya, "Lapo awakmu bisik-bisik lek ngomong?" (Kenapa kamu bisik-bisk kalau bicara?)

"Oh iyo yo, lapo mau aku bisik-bisik. Arek e yo gak bakal eroh ae kok." (Oh iya ya, kenapa tadi aku bisik-bisik. Anaknya ya tidak bakal tau saja) Sanjaya pun terkekeh.

Sanjaya & SurabayaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang