16: Semangat Para Pemuda

117 77 27
                                    

Halo rek👋

Udah lama ga up

Janlup vote

Hepi riding yaa

☟☟☟☟

"Assalamualaikum."

Nazril beberapa kali mengucap salam di depan rumah Sanjaya.

"Jaya, ayo main, yuk," teriak laki-laki tersebut.

Kemudian, pintu rumah terbuka dan munculah seorang laki-laki dengan penampilan yang acak-acakan seperti baru bangun tidur.

Sembari mengucek matanya, Sanjaya pun bertanya, "Waalaikumsalam. Onok opo, Naz? Sek isuk loh iki," (Ada apa, Naz? Masih pagi loh ini)

"Sek isuk, ndasmu. Saiki wes jam songo, Jay," (Masih pagi, kepala kamu. Sekarang sudah jam sembilan, Jay) balas Nazril.

"Lho iyo, ta? Hehe ... Aku sek tas tangi turu." (Loh iya, kah? Hehe ... Aku baru bangun tidur) Sanjaya tertawa kecil diakhir ucapannya.

Setelah sadar sepenuhnya, Sanjaya tampak sedikit terkejut ketika mendapati gadis yang berada di samping Nazril, "Lho, Kania?"

"Halo, Jaya," sapa Kania seraya melambaikan tangannya kepada Sanjaya.

Raut wajah Nazril lantas menjadi datar, "Hm, wong e segede iki awakmu lagek sadar," (Hm, orangnya sebesarnya ini kamu baru sadar) ujarnya.

"Awakmu rene sakjane lapo seh? Anak e wong yo digowo sisan," (Kamu ke sini sebenarnya kenapa sih? Anaknya orang ya dibawa juga) tanya Sanjaya sambil menggaruk kepalanya.

"Ndang adus sek kono," (Mandi dulu sana) Bukannya menjawab pertanyaan Sanjaya, Nazril malah memerintah pria itu.

"Siap bolo," Sanjaya mengacungkan jempolnya ke arah Nazril sebelum ia beranjak dari ambang pintu rumah.

15 menit berlalu. Sanjaya pun keluar dengan diikuti oleh gadis berambut gelombang di belakangnya yang terus melemparkan pertanyaan kepada Sanjaya.

"Mas Jaya, aku melok yo?" (Mas Jaya, aku ikut ya?)

"Mas Jaya mau kemana?"

"Mas gak ngerti, Dek." (Mas tidak tau, Dek)

"Yo harus ngerti lah." (Ya harus tau lah)

"Meksoan." (Pemaksaan)

Kania sontak menyapa Anantha ketika gadis itu dan Sanjaya tengah berjalan ke arah dirinya dan juga Nazril.

"Hai, Anantha kan? Perkenalkan, namaku Kania." Kania tersenyum sumringah sambil mengulurkan tangannya, berniat untuk berkenalan dengan Anantha.

Dengan ramah, Anantha pun menjabat tangan Kania, "Iya, salam kenal ya."

Nazril lantas mendekati Sanjaya lalu berbisik kepadanya, "Koyok e arek loro iku cocok deh, Jay." (Kayaknya anak dua itu cocok deh, Jay)

"Ngawor ae! Mosok wedok karo wedok," (Sembarangan saja! Masa perempuan sama perempuan) jawab Sanjaya.

Mendengar hal tersebut, Nazril langsung memukul lengan Sanjaya pelan, "Maksudku, arek loro iku cocok lek koncoan. Soale koyok nyambung ngunu ngomonge." (Maksudku, anak dua itu cocok kalau berteman. Soalnya seperti nyambung gitu pembicaraannya)

Sanjaya pun mengamati Anantha dan Kania yang sedang asik berbincang sendiri.

"Iyo seh. Padahal lagek kenalan, lho." (Iya sih. Padahal baru kenalan loh)

Tak lama, Sanjaya berteriak, "Woy! Kon melok ta gak, arek loro iku." (Woy! Kamu ikut apa tidak, anak dua itu)

Mendengar suara Sanjaya, seketika Kania dan Anantha menoleh secara kompak.

Sanjaya & SurabayaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang