11: Valerie dan Pak Jojo

122 71 3
                                    

Tengskyuh buat yang udah vote+komen

Hepi riding ya teman

☟☟☟☟

Di salah satu kamar yang ada di rumah sakit terlihat seorang wanita paruh baya yang terlarut dalam tidurnya. Namun, wanita yang tengah menyenderkan tubuhnya ke sofa itu pun perlahan-lahan membuka matanya ketika menyadari bahwa ponsel miliknya terus bergetar.

Wanita tersebut lantas mengambil ponselnya yang berada di atas meja. Saat ponselnya dinyalakan, layar ponsel menampilkan beberapa pesan dan panggilan tak terjawab dari seseorang.

Kemudian, seseorang kembali menelpon. Dengan cepat, wanita paruh baya tersebut menekan tombol untuk mengangkatnya.

"Halo?"

"Kamu kemana saja sih? Saya sudah menghubungi kamu beberapa kali tapi tidak diangkat! Dasar wanita bodoh!" Valerie memijat dahinya disela-sela sang lawan bicara sedang berkata.

"Maaf, saya ketiduran. Saya sedang menemani Anan—"

"Kasian sekali kamu, harus mengurus anak sialan itu. Untung saja saya sudah menceraikan kamu. Jadi saya tidak ikut terkena sial," potong pria yang ada di telpon.

"Sudah tidak usah banyak bicara. Cepat katakan apa yang ingin kamu sampaikan!" tegas Valerie.

"Besok jangan lupa datang ke pengadilan ya, Valerie." Sang pria tertawa setelah mengatakan hal itu.

"Selamat hidup sengsara bersama anak sialan itu. Karena sekarang, kamu tidak akan lagi mendapatkan uang dari saya. Yahh ... Walaupun kamu masih mendapatkan sebagian harta saya, tapi lama-lama akan habis untuk biaya rumah sakit anak kesayanganmu," lanjutnya.

Dari seberang, Valerie mendengar suara si pria cekikikan, "Tau dari mana kalau saya akan hidup sengsara?" sahut wanita paruh baya itu.

"Valerie, Valerie. Selama ini kamu kan hanya seorang ibu rumah tangga, bagaimana mau tidak hidup sengsara, hah?!" Nada bicara pria tersebut terdengar seperti meremehkan.

"Kamu hanya tau itu saja, kan? It's okey. Tapi mari kita lihat kedepannya siapa yang akan hidup sengsara—"

"—saya yang hanya seorang ibu rumah tangga dan mengurus anak yang kamu sebut sialan itu, atau kamu yang memiliki jabatan tinggi tapi korupsi dan juga mengedarkan narkoba?" Valerie menyeringai diakhir ucapannya.

Dia tau bahwa orang yang saat ini tengah berbicara dengannya sedang merasa gelisah, hingga tak mengeluarkan sepatah katapun selama beberapa detik.

"T-tutup mulutmu, Valerie! B-bagaimana kamu bisa mengetahuinya?!" Benar dugaan Valerie. Bahkan pria tersebut sampai terbata-bata saat berbicara.

"Kamu sudah lupa ya? Saya itu pernah menjadi istri kamu, jadi tidak usah heran jika saya tau tentang semua kebusukan kamu," balas Valerie.

"Awas saja kamu!" ancam sang pria.

"Saya tidak takut, Pak Jean Zamora."

Tutt

Panggilan pun ditutup oleh sang penelepon. Valerie hanya bisa menghela napas dan menggeleng. Lalu, diliriknya seorang gadis yang terbaring lemah di atas ranjang rumah sakit.

Lagi-lagi air matanya menetes. Hatinya terenyuh, melihat kondisi putrinya yang entah akan diberikan kesempatan sekali lagi untuk hidup di dunia atau tidak oleh Tuhan.

Valerie melangkahkan kakinya mendekati kasur rumah sakit. Tangannya tergerak untuk membelai rambut sang anak yang memejamkan matanya.

"Kamu bukan anak sialan, Nak, kamu adalah anak Mama. Maaf, Mama dulu sempat dibutakan dengan harta Papa kamu hingga tidak memperdulikan kamu. Tapi sekarang, Mama akhirnya tau betapa kejamnya Papa kamu. Mama janji, kalau nanti kamu sudah sembuh, Mama akan berusaha untuk membahagiakan kamu," tutur Valerie.

Sanjaya & SurabayaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang