6

62 16 0
                                    

Happy Reading🤍

.

.

.

Hafiz sedang bercermin melihat penampilan nya saat ini. Dia terus berkali-kali menatap cermin, agar penampilan nya kali ini tidak gagal. Entah mengapa dia begitu semangat dengan hal ini. Sampaikan, dia beberapa kali meminta pendapat pada Zaidan tentang penampilannya.

"Zai, video call." Ucapnya dalam telpon, Zaidan pun langsung mengalihkan nya pada panggilan video.

"Gimana, bagus gak?" Tanya Hafiz sambil memperlihatkan nya pada Zaidan.

"Bagus sih! Itu noh rambut lo rapihin, biar keliatan cool gitu!" Ucapnya di seberang sana, sambil mengoreksi penampilan Hafiz.

"Oke deh, Anantha gak bakalan malu kan kalo penampilan gue begini?" Tanya Hafiz sedikit ragu.

"Ya elah fiz, ya enggak lah! Lo aneh sih, semangat bener hari ini gak kayak dulu Lo terpaksa!" Ujar Zaidan yang diakhir dengan kekehan. Hafiz yang mendengar Zaidan membahas hal masa lalu nya langsung mematikan telponnya.

Sore ini, Hafiz memakai kaus oblong warna putih, dan dipadukan dengan celana jeans hitam nya yang bermodel sobek-sobek kecil. Di sisi lain, sore ini Anantha benar-benar dilanda kebingungan. Bagaimana jika Hafiz datang pikirnya.

"Itu Hafiz beneran gak ya? Gimana kalo dia cuman modus?" Tanya Anantha pada diri nya sendiri.

"Tapi, kayaknya seriusan deh! Ah, udahlah gue siap-siap aja dulu! Eh....bentar! Gimana gue izin sama bang Arka ya, kalo dia larang gimana?" Anantha semakin overthinking dengan semuanya, dia terus mondar mandir memikirkan nya. Lalu ia memutuskan untuk menghubungi Arkanza dahulu.

"Halo bang?"

"Ada apa? Abang lagi meeting nih!"

"Bang aku boleh kan keluar? Gak bakalan lama kok, paling 1 jam an!" Ucap Anantha yang terdengar ragu.

"Sama siapa?"

"S-sama...." Anantha menggantung kalimatnya, ia takut Arkanza melarangnya. Di seberang sana, Arkanza menunggu perkataan adiknya yang terhenti.

"Sama Hafiz bang!" Arkanza yang mendengar itu langsung terdiam, antara senang dan takut Anantha bertemu dengan Hafiz lagi. Selama bertahun-tahun Arkanza mencari keberadaan Hafiz, dan kali ini dia berhasil. Bertemu secara tiba-tiba dengan Hafiz membuat nya tidak tenang, dia takut akan trauma Anantha kembali dan ingatannya kembali.

"Bang? Di izinin gak nih?" Tanya Anantha.

"E-em, iya boleh kok! Ingat, Jangan pulang terlalu malem. Udah dulu ya, abang mau lanjut meeting!" Telpon pun dimatikan sepihak langsung. Anantha pun merasa lega, lalu dia segera bersiap-siap. Arkanza gelisah takut terjadi sesuatu dengan Anantha, andai saja dia menyusul adiknya. Namun, dia sedang mengadakan yang meeting penting. Akhirnya dia memutuskan untuk menelpon seseorang.

"Halo, tolong awasi adikku!" Ucap Arkanza pada seseorang di telponnya.

.

.

Hafiz menuruni tangga nya dengan langkah yang sangat semangat, tak memperdulikan kakaknya yang sedang menatapnya.

ONCE AGAIN {ON GOING}Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang