17

47 18 0
                                    

"Mau selelah apapun gue, gue gak akan pernah ngeluh. Karena dalam hidup gue, ada adik kecil yang   kekurangan kasih sayang orang tua. Yang berusaha bertahan hidup dalam trauma dan rasa sakit. Lelah yang gue terima gak sebanding dengan apa yang dialami adik kecil gue."

-Arkanza-

______________________

Lapangan sudah dipenuhi oleh siswa siswi dari kelas  X-XII, riuh nya tepuk tangan memenuhi area tersebut. Kini masih acara pembukaan, sesi pemilihan akan dilakukan di akhir. Hafiz menggenggam tangan Anantha, Anantha hanya menurut tak banyak bicara. Hafiz mengantarkan dirinya pada Isabella dan Vina yang tengah duduk di sebuah kursi yang disediakan, beruntung nya tersisa satu kursi yang kosong untuk Anantha.

"Gue kesana dulu ya, jangan lupa pilih gue." Bisik Hafiz, Anantha meremang mendengar bisikan itu. Dia mengangguk malu-malu, Hafiz mengacak rambutnya gemas, lalu Hafiz pergi meninggalkan nya.

"Ekhem...ekhemm! Aduh... Tenggorokan gue kenapa ya?" Isabella terus berdehem, sesekali menatap ke arah dirinya yang tengah salah tingkah. Vina juga ikut-ikutan menggoda Anantha.

"Ekhem..kayaknya, batuk gue juga kambuh nih." Vina dan Isabella berpura-pura batuk di depan Anantha, Anantha langsung menatap dingin pada mereka.

Isabella langsung meninterogasi Anantha. "Tha, lo kemana aja sih? Dari tadi kita cariin, di chat gak aktif, lo kemana? Mana dianterin cogan lagi!" Anantha menghela nafas pelan, tak mungkin juga kan dia menceritakan yang sebenarnya. Dia menatap ke arah kedua sahabatnya itu.

"Gue di taman belakang sekolah." Jawab Anantha singkat. Keduanya menatap Anantha seolah bertanya "ngapain?", sebisa mungkin dia tidak ingin cerita tapi hati nya tidak tenang merasa ingin menceritakannya.

"Nenangin diri." Anantha sekilas menatap mereka dan langsung menunduk. Keduanya langsung memeluk Anantha erat.

"Lo ada masalah? Lo bisa kok cerita ke kita, kita ini sahabat lo! Siapa tau kita bisa bantu masalah lo, tha. Plis...selama kita sahabatan lo gak pernah cerita masalah apa yang lo alami, selama ini selalu kita yang cerita sama lo, kenapa lo gak mau cerita ke kita tha?" Jelas Vina panjang lebar.

"Tha, lo lagi ada masalah sama nyokap dan bokap? Atau diputusin pacar lo?" Tanya Isabella. Anantha masih diam menunduk, tak ada suara tetapi air mata nya terus mengalir deras. Saat ini dirinya tidak bisa berpikir jernih, bagaimana dengan kakaknya. Anantha akui dia memang egois, dia masih sakit hati dengan perkataan dan bentakan kakaknya. Hingga kini dia masih bersikap dingin dan acuh pada kakaknya.

Anantha menyeka air matanya dia mengdongak menatap sahabatnya, keduanya memeluk Anantha di sisi kiri dan kanan.

"Gue...lagi berantem sama bang Arka." Isabella dan Vina mengdongak secara bersamaan.

"Apa?" Keduanya bersuara lumayan keras. Orang-orang yang di depan mereka menatap mereka dan meletakkan telunjuk nya di bibirnya. Menandakan untuk diam. Isabella dan Vina terkekeh dan langsung meminta maaf dan kini beralih menatap Anantha, mereka bersuara pelan.

"Gue kira sama nyokap, kok bisa? Gimana ceritanya?" Bisik Isabella.

Anantha menghela nafas kasar, dia mulai menceritakan awal kejadian sampai akhir.

"Saran gue, mending lo maafin abang lo tha. Gimana pun juga dia abang lo." Saran Vina, yang disetujui eh Isabella.

"Iya tha, eh... Bentar! Kok cuman abang lo yang marah? Nyokap sama bokap nggak?" Tanya Isabella, dia penasaran kenapa orang tua Anantha tidak ikutan marah. Anantha terdiam sejenak.

ONCE AGAIN {ON GOING}Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang