8

57 17 0
                                    

________

Seseorang mengepalkan tangannya emosi, foto yang memperlihatkan seorang laki-laki yang tengah bertatapan dengan seorang wanita yang tengah memakan es krim. Ya, dia Arkanza. Arkanza yang tengah menghafal materi untuk ulangan kelulusannya mendapat kan informasi dari mata matanya yang mengirim foto Anantha. Dia ingin marah pada sang adik karena berbohong, tetapi seseorang yang menjadi mata-matanya menyebutkan bahwa ada salah satu teman Anantha yaitu Vina.

"Bohong enggak, tapi jujur juga enggak." Arkanza berusaha tenang, dan positif thinking. Dia pun kembali melanjutkan menghafal, dan tak lama kemudian ada seseorang yang mengetuk pintu dan juga memanggilnya.

"Abang! Adek pulang!" Teriak Anantha. Arkanza segera bergegas membukakan pintu, dia mengekspresikan wajahnya biasa saja seolah tidak terlihat seperti marah.

"Pulang juga nih bocah! Mandi dulu gih, bau matahari.." Jawab Arkanza di iringi tawa kecil, Anantha langsung mendengus kesal.

"Iya deh, si paling wangi!" Anantha pun meninggalkan Arkanza dan langsung memasuki kamarnya.

.

.

.

"Dek, abang keluar bentar ya! Gak lama kok!" Ucap Arka sambil mengelus puncak kepala Anantha.

"Mau kemana bang?" Tanya Anantha. Arkanza terdiam sejenak lalu tersenyum.

"Biasalah, kumpul sama temen! Gapapa, kan?" Jawabnya terpaksa berbohong, Anantha pun tersenyum dan mengangguk.

"Jangan takut ya, ada bi Shani kan? Terus, pintu nya kunci ya? Abang masih punya pintu cadangan kok, buat buka!" Pesan Arkanza, Lagi-lagi Anantha hanya mengangguk kan kepalanya. Anantha yang sedang menonton televisi itu hanya bisa menatap kepergian kakak nya, sejujurnya saja dia takut sendirian di rumah mengingat banyaknya kejadian ketika Arkanza lembur atau pulang tengah malam.

.

.

Banyak tanda tanya muncul di pikiran Hafiz, tentang Arkanza kakak kelasnya yang tiba-tiba saja mengajaknya bertemu di sebuah cafe.

"Gue duluan ya, ada yang mau ketemu." Ucap Hafiz pada ketiga sahabatnya.

"Widih! Siapa tuh?!" Alfian langsung heboh.

"Bang Arkanza, lo pada tau kan." Ucap Hafiz sambil memasang helm nya. Zaidan dan Rasya saling tatap, heran dengan kakak kelasnya yang terkenal misterius itu mengajak bertemu dengan Hafiz.

"Tumben si misterius itu ngajak lo, apa lo sama dia punya masalah?" Tanya Alfian yang sama hal nya heran. Hafiz hanya mengedikkan bahu nya acuh, dan menyalakan klakson nya bertanda pamit.

.

Hafiz membuka helm full face nya dan sampai di cafe yang telah Arkanza janji kan. Dia memasuki cafe yang cukup ramai itu, matanya memindai setiap keliling nya dan menemukan Arkanza yang tengah memainkan ponsel nya.

"Bang, cepat juga ya lo!" Ucap Hafiz menghampiri Arka. Arkanza tak menggubris nya, dia menatap dingin Hafiz.

"Saya sudah pesan kan minuman untukmu!" Arkanza menyodorkan satu minuman yang masih utuh pada Hafiz.

"Thanks." Jawab Hafiz. Hafiz merasa canggung dengan Arkanza yang berbahasa formal.

"Saya tidak suka basa-basi, to the point saja!" kalimat yang terlontar dari mulut lelaki di depannya ini, membuat Hafiz menelan saliva nya kasar. Bagaimana tidak, cara bicara dan pandangannya seperti penuh dendam.

"Kamu jauhi adik saya, saya tidak mau dia terluka lagi." Hafiz masih diam karena tidak mengerti apa yang diucapkan Arka.

"Maksudnya, apa ya bang?"

ONCE AGAIN {ON GOING}Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang