O.4

466 71 9
                                    


Setelah insiden kebakaran Laboratorium disekolah kemarin, yang ternyata tidak membakar seluruh ruangan Lab, hanya meja kayu saja yang terbakar disebelah stop kontak akibat konsleting listrik. Sekolah kembali menjalankan aktivitas belajar seperti biasa, hanya saja ruangan Lab tidak bisa dipakai karena masih perlu adanya perbaikan.

Yoonbin yang memang tidak mengikuti jadwal praktek kimia kemarin, dikarenakan seragamnya yang kotor akibat Junkyu pun terkejut mendengar kabar tersebut.

"Serius deh, tiba-tiba aja gitu ada bau gosong, gue kira apaan, ternyata itu apinya udah ngebakar meja kayu disebelah autoclave. Langsung aja gue buru-buru manggil bu Dara." Jelas Haechan, ia bercerita sambil menggebu-gebu.

Yoonbin kali ini sedang berada dikantin sekolah, dia udah punya temen walaupun cuma beberapa, dan temen-temennya ini lagi cerita soal kebakaran kemarin.

"Terus-terus gimana?" Tanya Renjun, dia sebenarnya bukan berasal dari kelas 12 IPA 2, tapi dari kelas 12 IPS 3. Cuma yaa karena dia orangnya kepo, jadinya dia nyamperin temennya itu.

"Ya terus bu Dara langsung nyalain alarm kebakaran, dia juga buru-buru madamin apinya pake apar dan untungnya berhasil. Coba deh bin kalau lo ikut praktek kemaren, karena sesuai nomor absen harusnya lo praktek di meja kayu, tapi untungnya lo izin gak masuk gara-gara sakit perut. Gue gak kebayang deh kalau lo luka-luka kena apinya." Jawab Haechan panjang lebar.

Yoonbin hanya terdiam saja mendengar ocehan Haechan, ia tiba-tiba teringat oleh kejadian kemarin, dimana Junkyu sengaja nimpuk dia pake tanah merah sampe ngomongin tentang Lab. Kayak ada yang aneh.

"Junkyu ikut praktek gak kemaren?" Tanya Yoonbin. Haechan tersedak mendengar pertanyaan Yoonbin, baso nya yang tadi lagi dia kunyah tiba-tiba ketelen gitu aja yang ngebuat dia buru-buru minum es teh manisnya.

"Lo kalau mau nanya tentang Junkyu aba-aba dulu dong!" Seru Jeno sembari menepuk-nepuk punggung Haechan keras, mencoba membantu meredakan batuk kecilnya.

"Santai dong anjir!" Haechan melirik sinis kearah Jeno, sedangkan Jeno hanya mengendikkan bahunya.

"Dia gak ikut praktek." Jawab Jaemin yang sedaritadi diam saja, Yoonbin menoleh kearahnya, "Kenapa?"

"Gak tau. Tapi gue rada kaget dia gak masuk pas jam mapel gitu, biasanya juga mau kepala dia bocor, itu bocah tetep aja dateng ke kelas buat belajar, kaga pernah absen."

Yoonbin meringis mendengarnya, "Serem amat."

"Hahaha nanti juga lo udah biasa bin, btw lo kan satu kamar sama dia, emangnya gak pernah ngobrol?" Tanya Haechan.

"Enggak. Dia jarang ada di kamar."

"Serius? Padahal dulu dia selalu ngebuat temen sekamarnya risih sampe mereka pindah sekolah." Kali ini Renjun yang berujar.

"Kok bisa? Emang dari dulu dia begitu?" Tanya Yoonbin, serius deh dia bener-bener penasaran. Emangnya ada apa sih sama Junkyu sampe semua orang yang dia temuin itu punya reaksi berlebihan kalau ngomongin Junkyu.

Keempatnya kini mulai menatap satu sama lain, saling melotot seakan mengatakan 'Lo aja yang ngomong' 'Lo aja' 'Gue gamau ngomong, mending lo aja'.

Renjun membuang nafasnya pelan lalu menatap kearah Yoonbin, "Enggak. Walaupun dari dulu dia selalu jadi korban bully nya Jihoon, tapi dia gak pernah kayak gitu,"

"Semenjak Asahi gaada. Sifatnya berubah drastis." Lanjut Renjun yang membuat Yoonbin menahan nafasnya.

◖ r e v e a l ◗

Brak!

"Bangun, gue gak ada waktu lagi. Gue mau olahraga."

Junkyu meringis sembari memegangi perutnya, ia dengan perlahan berdiri dari tempatnya, bertumpu pada dinding dibelakangnya.

Jihoon menggulung lengan baju kanan nya sampai siku, lalu tangan kirinya menarik kerah kemeja Junkyu, "Karena gue masih mau berbaik hati sama lo, jadi gue tanya, lo mau di muka lo atau di perut lo?"

"Perut."

"Bagus."

Bugh!

Bugh!

Bugh!

Jihoon memukul perut Junkyu berkali-kali, mengabaikan Junkyu yang mulai menahan ringisannya, ia juga mendengkul perut Junkyu sehingga laki-laki itu terjatuh kembali ke lantai. Baret yang sedaritadi menempel dikepalanya, kini sudah terjatuh dilantai kamar mandi.

Jihoon berjongkok didepannya sambil menatapnya sinis, "Denger ya. Ini emang pertama kalinya gue mukul lo, tapi jangan harap ini bakal jadi yang terakhir kalinya kalau lo berulah lagi!"

Sejujurnya, selama menjadi seorang 'Pembully'. Jihoon tidak pernah melakukan tindakan kekerasan seperti ini, hanya saja kelakuan Junkyu padanya beberapa saat yang lalu membuat emosinya memuncak. Bagaimana tidak? Laki-laki itu dengan sengaja mengunci Jihoon diruang ganti laki-laki, sehingga Jihoon memerlukan waktu setengah jam lebih untuk keluar darisana. Tak sampai disitu, ia juga sengaja menabrak Jihoon sampai baju olahraga milik Jihoon kotor karena terkena es coklat miliknya.

Walaupun Jihoon sudah membalas perbuatannya itu dengan memaksa Junkyu memakan makan siangnya yang sudah dicampur jus jeruk, tapi Junkyu tak tinggal diam. Saat Jihoon hendak kembali berganti baju nya dengan kaos agar tetap mengikuti jam olahraga, Junkyu dengan sengaja melempar kepala Jihoon menggunakan bola basket yang sedang dipakai anak kelas 10, sehingga Jihoon terjatuh ke lantai. Maka dari itu tanpa berbasa-basi lagi, Jihoon segera menyeret Junkyu ke kamar mandi untuk menghajar pemuda itu.

"Sekarang gue tanya deh, lo sengaja nyari perkara sama gue itu biar apa?" Tanya Jihoon, melihat Junkyu yang hanya diam saja sembari menunduk membuat Jihoon menjambak rambutnya agar Junkyu mendongak.

"Kalau orang nanya itu dijawab goblok!"

"Bi-biar enggak mati."

"Hah?"

Oke, orang didepannya ini emang aneh, sedari dulu sampe sekarang. Tapi jawaban yang dia kasih atas dasar pertanyaan beserta sikapnya itu justru ngebuat Jihoon bingung. Literally, Junkyu yang dari awal nyari perkara sama dia, kenapa bisa dia bilang ngelakuin itu biar Jihoon engga mati?

"Lo gila ya?" Sarkas Jihoon, ia melepaskan tangannya lalu melirik kearah jam tangannya, seketika Jihoon mendengus kesal. Jam pelajaran olahraga sudah selesai, dan Jihoon tidak bisa bermain basket bersama teman-temannya itu karena harus meladeni Junkyu.

Bruk!

Suara sebuah tiang besar yang jatuh terdengar sampai dalam kamar mandi, Jihoon segera keluar dari kamar mandi dan meninggalkan Junkyu untuk melihat kearah lapangan yang berjarak sekitar 10 meter dari posisinya.

Beberapa anak kelasnya yang berada disekitar sana sedang berkumpul mengerubungi sesuatu. Jihoon berjalan kearah mereka lalu bertanya pada salah satu temannya itu.

"Kenapa?" Tanya Jihoon sembari memegang bahu Hyunjin.

"Anjir ji! Lo kemana aja? Untung tadi gue sama yang lain gak jadi main basket gara-gara gak ada lo. Itu, tiang ring basket jatoh tiba-tiba!"

Jihoon melototkan matanya lalu menoleh kearah lapangan, disana terdapat tiang ring basket yang sudah terjatuh ditengah lapangan. Tidak ada murid yang terluka, namun ada beberapa guru yang sudah berdiri disamping tiang tersebut.

Jihoon terdiam sebentar. Ia lalu menoleh kearah belakang, dapat ia lihat Junkyu sedang berjalan keluar dari kamar mandi sembari tangan kanannya memegangi perutnya lalu tangan kirinya bertumpu pada tembok disebelahnya. Dirinya sudah mengenakan kembali baret nya yang jatuh. Seketika ucapan laki-laki itu terngiang-ngiang dikepala Jihoon.

Sedangkan ditempat Junkyu, laki-laki itu kini melirik kearah seseorang disebelahnya yang baru saja menampakkan dirinya.

"Kenapa baru dateng pas gue udah dipukulin?" Tanya Junkyu sinis. Laki-laki itu tersenyum kikuk sambil mengusap belakang kepalanya.

"Engga tega ngeliatnya."

Junkyu menggelengkan kepalanya pelan lalu mendengus, "Lain kali, jangan pernah keluyuran tanpa gue, Asahi."

◖ r e v e a l ◗

kayaknya ada yang masih gatau kalau asahi udah gaada 😭 kalian bisa liat lagi di chap cast ya 😉

reveal | treasure Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang