"Hahh..." Junkyu membuang nafasnya kasar, ia membaringkan kepalanya diatas meja dengan kedua tangannya sebagai tumpuan."Gimana?" Tanya sosok disebelahnya.
"Engga ada. Tapi yang gue bingungin nya itu, kenapa dia nyimpen diary lo?" Tanya Junkyu.
Sosok disebelahnya, atau bisa dipanggil Asahi, menggelengkan kepalanya.
"Gatau, hubungan gue sama dia kan sebatas pembully sama korban bully an."
"Sahi, coba lo inget-inget lagi."
"Gak bisa kak, semuanya abu-abu."
"Kalau gitu lo emang beneran bunuh diri kali."
"Kalau gue bunuh diri, udah lama gue ngilang, engga keluyuran begini."
Junkyu tertawa kecil mendengarnya. Baginya, Asahi yang dulu masih hidup maupun sudah menjadi hantu seperti ini tetap sama, tetap memiliki selera humor yang berbeda dari yang lain.
"Mending kita pinjem pintu ajaib doraemon." Sahut Junkyu main-main, Asahi menaikkan sebelah alisnya, "Terus dateng ke masa lalu dan ngeliat siapa yang bunuh gue?"
"Betul."
"Kenapa gak sekalian aja lo nyelametin gue dari orang yang mau bunuh gue?"
"Oh iya yah."
Keduanya tertawa bersama mendengar kebodohan mereka sendiri, mungkin jika orang lain yang lihat, mereka akan melihat Junkyu yang tertawa sendirian seperti orang gila.
"Kak Junkyu?"
Junkyu menoleh kala mendengar seseorang memanggil namanya, dapat ia lihat Haruto tengah berdiri didekat rak buku perpustakaan sedang menatap kearahnya.
Haruto segera berjalan menghampirinya lalu berdiri tepat disebelah Junkyu yang sedang duduk di kursi perpustakaan.
"Kena—"
"Gue bakal bantuin lo nyari buku diary kak Asahi." Potong Haruto. Junkyu membolakan kedua matanya, ia melirik kearah Asahi yang juga meliriknya.
"Gue tau kalau lo mau buat ritual—"
Grep
"Diem." Junkyu segera menutup mulut Haruto menggunakan kedua tangannya, ia mendudukkan Haruto ditempat duduk sebelahnya lalu menatap Haruto tajam.
"Lo tau darimana?" Tanya Junkyu menatapnya curiga, seketika ia teringat kalau cuma satu orang saja yang mengetahui ini selain dirinya.
Junkyu membuang nafasnya pelan, "Junghwan?"
Haruto mengangguk, "Gue gak sengaja ketemu dia di ruang musik, lagi nyari benda, jadi... Yaa gitu... Gue ancem." Jawab Haruto dengan nada yang kecil diakhir kalimatnya.
"Terus kenapa mau bantuin?"
"Karena gue yakin, kak Asahi gak mungkin bunuh diri." Haruto menjawab dengan nada dan tatapan yang sangat yakin, Junkyu tahu kalau orang didepannya ini memang mempunyai hubungan dekat dengan Asahi, apalagi keduanya sama-sama dari Jepang, pasti punya sifat kekeluargaan yang kuat.
Junkyu menyenderkan badannya kebelakang kursinya, ia melirik kearah Asahi yang sedang menatap Haruto dengan tatapan sedih.
"Tuh, denger kan sahi?" Ujar Junkyu tiba-tiba. Haruto melototkan matanya lalu celingak celinguk, "Hah? Ada kak Asahi disini? Lo bisa liat dia kak?" Tanyanya panik.
Junkyu tersenyum miring lalu mengangguk, "Itu, orangnya dibelakang lo."
"AAAAAAAAA!!!!!"
"SSSTTTTT!!!" Suara dari penjaga perpustakaan yang sedang berjalan mengelilingi perpustakaan pun terdengar, ia memberikan gestur seperti menyuruh Haruto untuk diam karena ia berada didaerah perpustakaan, dimana tidak boleh berisik disini.