"Ji, lusa ada kumpulan ekskul, gue harap lo ikut kali ini."Jihoon hanya berdeham sambil menidurkan kepalanya diatas meja. Hyunsuk yang tak puas mendengar jawaban Jihoon pun segera menggebrak meja Jihoon tak terlalu kencang.
Brak!
"Gue serius! Lo gak pernah ikut kumpulan ekskul, absensi lo ditanyain mulu sama pak Hanbin."
Jihoon menegakkan badannya lalu menatap sinis kearah Hyunsuk, "Bacot ya lo! Iya iya nanti gue dateng."
Karena mood nya tiba-tiba jadi buruk gara-gara Hyunsuk, Jihoon segera berjalan keluar kelasnya lalu pergi kearah kantin. Sekarang memang sudah memasuki jam pelajaran, tapi beberapa guru sedang mengadakan rapat sehingga banyak kelas yang jamkos dan muridnya berakhir pergi ke kantin.
Saat memasuki area kantin, Jihoon tersenyum senang ketika melihat Junkyu sedang membeli minuman lewat vending machine. Ia berjalan kearah Junkyu lalu merangkulnya secara tiba-tiba.
"Wih, beli apaan tuh."
Junkyu melototkan matanya kala mendengar suara Jihoon disebelahnya, ia menoleh kearah Jihoon lalu menunjukkan minuman kaleng yang ia beli, "Teh."
"Buat gue boleh gak?" Tanya Jihoon main-main, namun Junkyu malah menganggukkan kepalanya, maka langsung saja Jihoon merebut minuman teh kaleng tersebut lalu membukanya, baru saja meminumnya dengan sekali teguk, ia sudah melepehkan sedikit minuman tersebut.
"Anjir, minuman apaan nih?" Tanyanya sambil menatap kearah Junkyu sinis.
"Teh krisan ji." Jawab Junkyu kecil.
Jihoon memutar bola matanya bosan lalu memberikan minuman tersebut kembali kepada Junkyu, Junkyu mengambilnya lalu membuang nafasnya pelan, ia kemudian membuang kaleng tersebut ke tong sampah sebelah mesin.
Jihoon kembali mengingat ucapan Junkyu padanya beberapa hari yang lalu, ia mendekat kearah Junkyu lalu menatapnya curiga, "Lo..." Ujarnya menggantung.
Junkyu menerjapkan matanya cepat, ia gugup, takut jika apa yang ia pikirkan akan terjadi.
Jihoon menahan omongannya, kemudian ia menggelengkan kepalanya, sepertinya asumsi yang ia pikirkan sekarang tidak terlalu mungkin bisa terjadi, atau bisa saja kejadian beberapa hari lalu itu hanya sebuah kebetulan.
"Gak jadi." Lanjutnya. Junkyu membuang nafasnya lega ketika Jihoon tidak jadi bertanya.
Karena merasa tak ada yang seru, Jihoon kembali melirik kearah Junkyu yang mulai menunduk, ia melihat kearah baret hitam milik Junkyu, lalu tanpa aba-aba, baret itu ia ambil sehingga membuat Junkyu mendongak terkejut.
"Ji!"
"Eits! Tar dulu, gue mau nanya deh. Lo kenapa selalu pake ini sih?" Jihoon menyembunyikan baret milik Junkyu dibelakang tubuhnya. Tapi Junkyu hanya diam saja, enggan menjawab pertanyaan Jihoon.
"Gak mau jawab nih? Apa gue bakar a—"
"Jangan!"
Junkyu berseru tepat didepannya, ia menggeleng kencang saat tau apa yang akan Jihoon katakan, "Lo, lo boleh mukul gue sepuas lo. Tapi jangan ambil baret gue."
Jihoon menaikkan sebelah alisnya, nampak tertarik dengan ucapan Junkyu.
"Serius nih?"
"I—iya."
Baru saja Jihoon hendak kembali berbicara, tiba-tiba tubuh Junkyu tersentak, mata laki-laki itu menelusuri area kantin, ada beberapa murid yang menatap kearahnya dan Jihoon, namun bukan itu yang ia permasalahan, yaitu adanya sesosok bayangan hitam besar yang selalu ia hindari sedang berjalan kearahnya. Sosok itu sangat menakutkan, bahkan beberapa hantu disekitarnya pun mulai menghilangkan diri.