Chapter 4

1.1K 177 112
                                    

Semakin ke sini Lisa mampu beradaptasi dengan tempat kerja barunya. Ia juga sudah mulai sedikit memahami atasannya yang menurutnya sangat diluar dugaan itu. Terkadang pria itu bersikap tegas, keras kepala juga tak suka dibantah. Dan satu hal yang membuatnya sedikit terkejut dengan pria itu adalah sifat manjanya. Bagaimana bisa seorang pemimpin perusahaan yang terkenal dengan kewibawaannya, ketegasannya, wajah seramnya bisa berubah menjadi anak kecil yang merengek ketika menginginkan sesuatu. Lisa hanya bisa menggelengkan kepalanya atas perilakunya.

Seperti saat ini, Lisa kembali mendapat teguran dari perusahaan yang ingin bekerja sama dengan Garva. Mereka sudah menunggu hampir satu bulan namun belum mendapatkan kabar dari pimpinannya. Ia bergegas ke ruangan atasannya. Setelah mendapat izin dari dalam sana, ia membukakan pintunya dan didapati Seungcheol tengah berkutat dengan laptopnya.

"Sajangnim, apakah dokumen dari Redvi Group sudah ditandatangani? Mereka menginginkannya segera."

Seungcheol menoleh seraya menaikkan sebelah alisnya. "Redvi group?"

"Iya, sudah satu bulan namun belum ada konfirmasi katanya. Apa sajangnim lupa lagi?"

Seungcheol kembali mengeceknya dan benar saja. Ia melupakannya lagi. Untung saja sekretarisnya itu mengingatkannya.

"Saya lupa."

Lisa membuang nafas lelah. Ternyata selain keras kepala, pria ini juga pelupa. Sangat paket komplit sekali bukan?

"Kapan mereka akan mengadakan pertemuan?"

"Belum ada informasi lagi dari mereka." Seungcheol menganggukkan kepalanya.

"Sajangnim, tolong dicek lagi siapa tahu ada yang terlewat lagi. Saya sudah lelah karena sering mendapat komplenan dari mereka karena anda yang sering menunda-nunda," tegur Lisa. Ia tidak peduli jika pria itu akan memarahinya lagi karena berani menegurnya, dari pada ia yang setiap harinya mendapat komplenan. Namun jawaban dari Seungcheol cukup membuat Lisa mengernyitkan dahinya heran.

"Iya, terima kasih sudah mengingatkan saya," ujarnya dengan disertai senyumannya.

Lisa tertegun melihatnya. Ia akui cukup terpesona dengan senyumannya. Namun kalimat selanjutnya menyadarkannya kembali bahwa pria itu masih tetap menjadi atasannya yang paling menyebalkan.

"Tolong bikinin saya kopi sekalian beli makanan buat saya. Di rumah saya belum sempat sarapan."

"Anda kan bisa menyuruh office boy di sini."

"Saya maunya kamu yang bikin. Sudah sana jangan lama-lama, saya sangat mengantuk." Sungcheol menguap dihadapan Lisa. "Tuh kan saya sampai nguap begini. Cepat!"

Lisa merutukinya dalam hati namun tetap menuruti perintah bosnya itu.

Setelah kepergian Lisa dari ruangannya. Seungcheol masih setia menatap pintu ruangannya yang telah tertutup. Ia tersenyum kecil melihat Lisa yang yang terlihat kesal dengan dirinya. Ia memang sengaja melakukannya, menurutnya gadis itu berbeda. Sudah dimarahi, disuruh ini itu, diomeli pun tak pernah menyerah. Justru malah dirinya yang terkena omelannya. Setidaknya sekretarisnya kali ini sesuai dengan yang ia harapkan.

***

"Siang ini ada jadwal evaluasi bulanan trainee. Selepas itu akan ada pertemuan dengan Jiyong-ssi mengenai kolaborasi Dynamix dan peaceminusone," ujar Lisa setelah membaca jadwal yang ada di tabnya. Setelah membuatkan kopi dan membelikan makanan untuk Seungcheol, Lisa memberitahu jadwal atasannya untuk hari ini.

"Jam berapa evaluasinya?" tanya Seungcheol.

"Jam 11 siang pak."

"Baiklah."

My Lovely SecretaryTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang