Chapter 8

1K 176 80
                                    

Waktu telah menunjukkan pukul 18.15. Namun Lisa masih setia duduk di halte bis. Padahal sudah ada beberapa bis yang berhenti di sana namun Lisa sama sekali tidak beranjak dari duduknya. Pikirannya kembali teringat kejadian satu jam lalu yang dimana ia bertemu dengan sang mantan kekasih. Ia tidak tahu apakah ia harus senang bertemu kembali dengan seseorang yang selama ini ia rindukan atau justru sebaliknya. Sebenarnya ia tahu jika mantan kekasihnya seorang idol di agensi Garva Entertainment, dan ia juga tahu konsekuensinya jika ia bekerja di sini. Namun ia tidak bisa menolak, selain karena atasannya dulu yang memintanya dimutasi ke sini, tuntutan ekonomi juga menjadi salah satu alasannya. Karena mereka menawarkan gaji yang lebih besar dari tempat sebelumnya. Sebisa mungkin ia harus mengesampingkan egonya demi masa depannya.

Saat ia tengah sibuk bergulat dengan pikirannya, tiba-tiba sebuah mobil berhenti tepat di hadapannya. Si pengendara mengklakson mobilnya beberapa kali, namun ia memilih mengabaikannya. Karena ia sudah bisa menebak siapa pelakunya. Siapa lagi kau bukan atasannya.

"Kau tidak lupa arah pulang kan?" tanya Seungcheol saat berdiri tepat di hadapan Lisa.

Lisa hanya meliriknya sekilas lalu mengalihkan pandangannya ke arah lain. Sepertinya ia tidak memiliki tenaga untuk merespon Seungcheol.

"Kau pura-pura tidak mendengarku?"

"Sajangnim sedang apa di sini?" Bukannya menjawab pertanyaan pria itu, Lisa malah mengajukan pertanyaan lain pada Seungcheol.

"Melihatmu yang sedang melamun. Kau tidak takut dirasuki penghuni di sini?"

Lisa berdecak. "Bisa tidak jangan menakut-nakutiku."

"Aku hanya memberitahumu sebelum hal itu terjadi. Lagi pula apa yang sedang kau pikirkan? Bukankah tadi kau senang karena aku menaikan gajimu?"

Lisa menghela napas panjang. Ia menatap jalanan yang ramai kendaraan berlalu lalang di sana.

"Sepertinya aku patah hati, sajangnim."

Seungcheol menaikkan sebelah alisnya. Apakah ia tidak salah dengar? Sekretarisnya sedang patah hati.

"Aku pikir kau tidak punya hati."

Lisa membulatkan matanya saat pria itu dengan santainya berucap demikian.

"Tidak salah kau berbicara seperti itu padaku? Bukankan kau sendiri yang tidak punya hati?" sungut Lisa.

"Kenapa kau jadi menuduhku?"

"Sudahlah aku malas bertemu denganmu."

Lisa beranjak dari duduknya lalu berjalan menjauhi Seungcheol yang masih mematung dengan wajah bingungnya.

"Kenapa dia sangat sensitif?" gumamnya.

"Hey tunggu!" Seungcheol berjalan dengan tergesa mengikuti langkah Lisa. Setelah mensejajarkan langkahnya, ia menahan pergelangan tangan gadis itu lalu menariknya untuk segera memasuki mobilnya.

"Lepaskan tanganku!"

Seungcheol menahan pergerakan Lisa yang terus saja memberontak. Ia baru tahu ternyata tenaga gadis itu cukup kuat meskipun badannya sangat kecil.

"Sudahlah kau ikut saja denganku. Kau mau diikuti penunggu halte di sini. Lagi pula ini juga sudah malam, kendaraan umum sangat jarang di sekitaran sini."

Lisa menghentikan pergerakannya. Dipikir-pikir ada benarnya juga apa yang diucapkan Seungcheol. Akhirnya ia mengalah, tangannya ditarik oleh pria itu untuk segera masuk ke dalam mobilnya. Setelah memasuki mobil, pria itu menyalakan mesin mobilnya dan berlalu meninggalkan halte.

Sepanjang perjalanan Lisa hanya menatap ke samping kaca mobil seraya memperhatikan bangunan-bangunan yang dilewati. Ia tidak menghiraukan pria di sampingnya yang sedari tadi curi-curi pandang ke arahnya. Bahkan ia sampai tidak sadar jika ini bukan arah jalan menuju flatnya.

My Lovely SecretaryTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang