Chapter 11

999 174 129
                                    

"Kau sedang apa di sini? Aku mencarimu dari tadi."

Seungcheol menemukan Lisa tengah duduk termenung di bangku belakang gedung. Sedari tadi ia mencari keberadaan Lisa yang tiba-tiba saja menghilang. Ia mencari ke setiap sudut gedung acara namun tidak menemukannya. Khawatirnya gadis itu pergi, sedangkan Lisa tidak mengenal siapa pun di sini. Terlebih Lisa juga tidak tahu daerah Daegu. Sehingga ia bisa bernapas lega saat melihat keberadaan Lisa di belakang gedung tengah duduk seorang diri di sana.

"Kau tidak mendengarku?"

Saat ia mendekat untuk menatap lebih jelas wajah Lisa, ia mengerutkan keningnya mendapati gadis itu tengah meneteskan air mata seraya terisak kecil. Apa yang membuat Lisa menangis? Apakah gadis itu tidak tahu arah kembali sehingga menangis di sini? Atau justru ada orang jahat yang menyakitinya?

"Kau menangis? Siapa yang membuatmu seperti ini?"

Tangisan Lisa semakin pecah saat Seungcheol bertanya seperti itu. Ia mulai panik. Beruntungnya tak ada orang lain di sekitar belakang gedung. Khawatirnya jika ada orang lain yang melihat, ia bisa dituduh yang tidak-tidak karena membuat seorang gadis menangis di malam hari di tempat sepi pula.

"Yak, kau jangan menangis! Bagaimana jika ada yang ikut menangis juga?" pekik Seungcheol.

Bukannya berhenti, Lisa semakin mengeraskan tangisannya. Seungcheol menepuk dahinya, sepertinya ia salah membujuk gadis itu untuk berhenti menangis.

Perlahan ia menarik kepala gadis itu untuk bersandar pada bahunya. Mungkin Lisa sedang membutuhkan bahunya untuk bersandar, pikirnya. Dan benar saja, tangisan Lisa perlahan mulai berhenti.

Lisa mengangkat kepalanya saat dirasa ia cukup lama menangis. Saat ia sadar jika dirinya menangis di bahu Seungcheol, ia segera membalikkan badannya memunggungi pria itu. Ia malu jika pria itu melihat wajahnya yang berantakan setelah menangis.

"Sajangnim.." ucap Lisa lirih.

"Hmm.."

"Apa kau ada tisu?"

"Untuk apa?"

"Make up ku luntur."

Seungcheol menahan tawanya. Ia pikir gadis itu akan berterima kasih padanya karena telah meminjamkan bahunya untuk menangis. Namun ternyata dugaannya salah. Ia merogoh saku celananya dan memberikan sapu tangan yang selalu ia bawa pada Lisa. Gadis itu menerimanya dengan masih membelakanginya.

"Aku minta tisu bukan sapu tangan," protes Lisa.

"Kau pikir untuk apa aku membawa tisu di kantong celanaku. Sudah kau pakai saja dulu sapu tangan itu. Nanti kau cuci dulu sebelum dikembalikan padaku."

Lisa berdecak sebal. Namun tak ada pilihan lain, ia membersihkan make up yang berantakan itu dengan sapu tangan Seungcheol. Beruntung ia selalu membawa kaca kecil di tasnya.

"Untuk apa kau duduk di sini sendiri? Kau tidak takut tiba-tiba ada yang menemanimu menangis? Untung saja aku datang tepat waktu ke sini."

"Tadinya aku pergi ke toilet. Lalu aku ke sini karena di dalam sangat ramai dan membuatku pusing. Kau juga sibuk sekali sampai mengabaikanku. Kau tahu sendiri tak ada yang aku kenal di sini."

Lisa tidak mungkin memberitahu Seungcheol yang sebenarnya terjadi. Ia juga tidak mengerti kenapa Jaehyun bisa ada di sini. Padahal ia tidak menemukan tanda-tanda grupnya hadir di acara ini.

"Kau bisa bicara padaku jika bosan, jangan main kabur-kaburan seperti tadi. Aku khawatir terjadi sesuatu padamu. Terlebih kau tidak begitu tahu daerah sini."

Lisa membalikkan badannya seraya memicingkan matanya pada Seungcheol. "Kau mengkhawatirkanku?"

"Aniyo, aku–"

My Lovely SecretaryTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang