"Ah, enaknya dapet jadwal piket hari Senin." Flora meregangkan tubuhnya dan bersandar nyaman pada kursi di balik meja UKS.
Flora membuka mata lalu tersenyum mengamati pemandangan murid-murid lain yang sedang melaksanakan upacara bendera di lapangan. Pasti panas dan gerah, untungnya di sini Flora mendapatkan pendingin ruangan. Tidak sia-sia Flora menuruti ajakan Ashel untuk bergabung dengan ekstrakurikuler PMR saat kelas sepuluh lalu--walau setelahnya Ashel malah keluar, memang teman kurang ajar.
Seperti sudah terbiasa, Flora segera bersiap begitu ia mendengar aba-aba bahwa pembina upacara hendak menyampaikan amanat. Banyak murid yang pingsan dan kelelahan di momen ini, meskipun tidak sesering itu tetapi tetap ada setidaknya satu atau dua orang.
Teman-teman PMR Flora menyebutnya: tumbal upacara.
Benar saja, dari kejauhan Flora melihat teman-temannya datang dengan membawa sebuah tandu. Flora segera membuka salah satu tirai yang menutupi bangsal dan membantu mereka memindahkan murid itu ke tempat tidur.
"Keringat dingin. Dia kayanya juga pusing sama lemes. Olla, tolong mintain teh manis ke ibu kantin kaya biasa," ucap Flora mengordinasi.
"Berangkat." Olla segera pergi ke kanti sesuai instruksi Flora.
Saat hendak beranjak, murid yang sudah berbaring lemas itu menahan Flora. "Kenapa tiap ada yang pingsan kalian kasih teh manis?" tanyanya lemah.
"Itu karena kadar gula darah lo turun, makanya jadi pusing terus lemes, apalagi dipaksa berdiri lama buat upacara. Belum sarapan, 'kan, tadi pagi?" jelas Flora.
"Iya, sih ..."
"Lain kali kata gue sarapan,"
Flora beranjak kembali ke meja dan mendata pengeluaran untuk membeli teh manis hari ini. Baru saja Flora mengambil pulpen, teman-temannya kembali datang membawa tandu.
"Flo, satu lagi! Pacar lo, nih!" ucap salah satu dari mereka begitu masuk ke UKS.
"Pacar?" Flora menoleh dan melebarkan mata melihat Jessi dalam keadaan pucat pasi baru saja dipindahkan ke tempat tidur. Flora menoleh galak pada teman-temannya. "Bukan pacar gue, anjing!" serunya malu.
Orang-orang itu tidak peduli dan kembali ke lapangan sambil menertawakan Flora. Flora membuang napas jengah. Mau tidak mau dia tetap menghampiri Jessi dan memeriksa keadaannya.
"Lo caper apa lagi, hah?" tanya Flora sembari memeriksa suhu tubuh Jessi. Normal, tetapi gadis wajahnya pucat sekali, Flora jadi bingung. Ini berbeda dengan gejalanya kemarin.
Tiba-tiba, Jessi menarik ujung seragam lengan Flora. Flora menunduk melihat itu dan kembali menatap Jessi, bibirnya bergumam sangat lirih.
"Hah?" Flora mencondongkan tubuhnya agar bisa mendengar lebih jelas. "Apa?"
Jessi semakin menarik Flora sampai dia bisa menjangkau telinga gadis berambut panjang itu. "Obat ... tas gue ..." guman Jessi sangat lirih.
Flora tertegun, dia menoleh dan memperhatikan muka Jessi untuk mencari kebohongan. Namun, dia malah mendapati Jessi mengerutkan kening kesakitan. Di bawah sana Flora bisa merasakan cengkeraman Jessi semakin mengendur.
"Jessi, Jessi, lo bisa denger gue? Jessi, sadar!" Flora segera menepuk-nepuk pipi Jessi panik. "Jes, tas lo yang mana? Jessi!"
"Ungu ... n-nomor dua dari belakang ... sebelah kanan,"
KAMU SEDANG MEMBACA
Flora
Fiksi PenggemarSuka menari dan akan selalu berusaha menjadi sumber energimu.