"Thanks, Flo. Dadah, balik duluan, ya."
Flora melambai kecil sambil menampilkan senyum terpaksa pada teman-temannya begitu keluar kelas. Setelah mereka semua jauh, Flora langsung menghembuskan napas lelah dan melangkah lunglai menuju taman kecil di seberang kelasnya. Adel bilang dia menunggu Flora di sana sepulang sekolah.
Tidak memerlukan waktu lama bagi Flora untuk menemukan keberadaan Adel karena posturnya yang mudah dikenali. Adel duduk di bangku bawah pohon mangga yang rindang sambil mengamati lapangan. Flora duduk begitu saja di sebelah Adel dengan malas.
"Sehat?" tanya Adel melihat Flora sangat lesu.
Flora bersandar pada bangku taman dan menghembuskan napas panjang. "Gue sedang memikirkan cara kabur dari acara dies natalis."
Adel tertawa. "Disuruh ngapain lo?"
"Ck, kaya tahun lalu, ngisi pensi."
"Nyanyi?"
"Iya, kali ini sama bandnya si Badrun. Gue disuruh jadi vokalisnya." Flora mendelik tajam karena Adel kembali tertawa lebih keras. "Lo tahu anjing, Del?"
"Ahaha! Elah, Flo, galak amat. Bisa-bisanya, sih, Jessi naksir sama kunti bogel--ah! Pundak gue!" rintih Adel karena Flora tiba-tiba menggigit bahunya ganas. Mata Adel berkaca-kaca sambil mengusap bekas gigitan Flora. Ketika Adel menyingkap seragamnya, terdapat jejak gigi Flora di bahunya. "perih, bego!"
"Untung bukan pala lo gue patahin."
Adel merintih dan menangis yang dibuat-buat. "Padahal niat gue ke sini adalah menghibur lo, Flo. Gue mau ngajak lo ke event jejepangan ntar Minggu, kenapa lo malah menyakiti gue?" Adel melanjutkan aktingnya.
"Lah, hari Minggu? Di mana? Kok, gue gak tahu?"
"Lo sibuk sama Jessi mulu, sih. Makanya chat gue dari minggu lalu, tuh, baca."
"Mana pundak lo sebelahnya?!"
"Ampun! Mamah!"
Flora melepaskan pitingannya pada leher Adel kemudian mendengus kesal. Membiarkan Adel masih pura-pura menangis, Flora kembali bersandar pada bangku sembari merengut.
Adel mengusap air matanya yang benar-benar keluar lalu menggenggam sebelah tangan Flora sambil memelas. "Flo, please ikut, ya? Gue mau ajak Marsha jalan tapi takutnya dia risih kalau cuma pergi berdua bareng gue. Mau, ya, Flo?"
"Terus gue jadi nyamuk?" Flora melotot.
"Ajak Freya, deh."
"Freya gak doyan begituan," balas Flora. "kenapa gak ngajak Ashel, sih? Nah, itu dia lewat. Shel! Ashel!"
"Flo! Nanti gue gamon gimana, Bego? Nanti gue galau lagi, gue masih naksir Ashel tapi gue gak mau PDKT gue ke Marsha gagal," desis Adel panik melihat Ashel menghampiri mereka dari gedung seberang.
Flora semakin melotot. Daripada Jessi sebenarnya yang lebih maruk adalah Adel. Bisa-bisanya dia menyukai dua orang berbeda di saat bersamaan?
"Et, apaan, nih?" Ashel mengerutkan kening dalam melihat Adel memegang tangan Flora. Menyadari itu Flora buru-buru menampar tangan Adel dan mengibaskan tangannya ke udara dengan jijik.
"Sumpah, Flo, lo jahat banget," ucap Adel.
"Mending gue gandeng Ashel 100 tahun daripada sama lo," balas Flora ketus. Ia lalu menatap Ashel. "ini, Shel, si Adel ngajakin jalan ntar Minggu. Lo mau ikut gak?"