Don't Make Me Let You Go - Chapter Fourteen
Mataku menyipit. Aku menatap Drake seolah-olah ia sudah kehilangan akal sehatnya. Sungguh, hanya dia yang bisa membuat percakapan biasa berubah menjadi luar biasa tidak masuk akal.
“Kita sudah sangat terlambat…“ aku mengingatkan sambil melihat ke sekeliling. Aku tidak merasakan adanya kehadiran orang lagi di lorong kelas tempat kami berdua berdiri.
“Kenapa kau selalu melakukannya?”
“Apa? Melakukan apa?” aku kembali menatap Drake dengan alis bertaut.
Tiba-tiba Drake menunduk hingga kepala kami berdua hampir sejajar. Jantungku melonjak penuh antisipasi saat akhirnya aku bisa melihat wajahnya dengan jelas.
“Lari dari kenyataan, memutuskan dengan seenaknya bahwa apa yang kau dengar dan apa yang kau lihat sebenarnya tidak seperti kelihatannya,” geram Drake kasar. “Seperti perasaanku padamu. Aku tahu kau tahu itu sejak dulu.”
“Aku…aku tidak mengerti—“
Drake menggeleng pelan. “Perempuan, kau benar-benar kejam.”
“Apa?” sahutku tidak percaya. Tercengang. “Apa kau tidak sadar dengan apa yang kau katakan? Dan…dan apa yang terjadi pada wajahmu?” Setelah bisa melihat wajah Drake dengan jelas karena jarak pandang kami berdua yang dekat, aku baru menyadari adanya memar kebiruan di tulang pipi Drake dan luka di sekitar bibirnya.
Mata perak itu menatapku dengan tajam. Seolah-olah ia tidak peduli dengan pertanyaanku yang terakhir. “Pergilah bersamaku.”
Sebelum aku sempat menjawab, ia melanjutkan dengan cepat, “Dan jangan berpura-pura bodoh dengan berkata bahwa kau tidak mengerti apa maksudku,” geramnya. “Lihat aku, Caitlyn.”
Aku menelan ludah. Bisa dengan jelas melihat bayangan wajahku di matanya yang cerah. Entah kenapa ada sesuatu di kedalaman matanya yang selalu mengusikku. Aku tidak mengerti kenapa sejak dulu ia selalu menatapku dengan cara yang membuatku merasa seperti satu-satunya makhluk di dunia yang kuinjak sekarang.
“Aku tidak akan pergi kemana-mana, Drake,” kataku serius. Tenggorokanku tercekat.
“Masih ada waktu beberapa bulan lagi.”
Yang ia ucapkan bukanlah permintaan. Tentu saja, Drake tidak pernah meminta. Ia terbiasa menjadi seorang dominator, pemberi perintah. “Tidak.”
“Kitten—“
Aku menggeleng. “Sampai kapanpun tidak akan ada yang bisa berubah di antara kita, Drake.”
Drake terdiam. Ada keheningan di antara kami berdua selama beberapa detik sebelum akhirnya Drake berkata pelan, “Jika aku memperbaiki kesalahanku padamu,” ia menelan ludah. Tatapannya memberat. “Apa kau akan merubah pikiranmu?”
Mataku melebar. “Kau tidak seri—“ aku berhenti. Sebelum aku meneruskan kata-kataku dengan tuduhan bahwa apa yang ia ucapkan adalah gurauan, tiba-tiba kesadaran menyentakku dengan keras.
“Kitten?”
Aku mengerjap kaget. “Kau benar.”
Ya Tuhan, semua yang dikatakan Drake sebelumnya adalah benar.
Dengan seenaknya aku selalu memutuskan untuk lari dari kenyataan.
“Drake, apa yang kau inginkan…aku tidak bisa.” Kepalaku terasa pening, penuh dengan emosi dan ketidakmengertian.
“Berikan aku waktu,” pinta Drake serak.
Permohonan dalam suaranya membuat hatiku teremas. Kupejamkan mataku dan berbisik pelan, “Tidak…” Karena aku tahu dengan waktu kau tidak hanya memintaku untuk merubah pikiranku, namun juga seluruh hatiku. “Kau saudaraku, Drake.” lanjutku. Kata-kata itu terucap sebelum aku sempat mencernanya di otak. Dan ketika akhirnya aku membuka mata, apa yang kulihat di sana membuat bibirku ikut terbuka.
KAMU SEDANG MEMBACA
Don't Make Me Let You Go
Teen FictionCaitlyn Hunter sudah tahu perasaannya pada Conrad Shelton, sahabatnya sendiri tidak akan pernah terbalas. Ia sudah tahu, namun harapan selalu menjadi iblis yang menjadi teman baiknya. Membuatnya berangan-angan suatu hari, suatu saat, dan entah kapan...