Don't Make Me Let You Go - Chapter Eighteen
Mom menatapku dan Drake secara bergantian. Aku bisa merasakan otaknya sedang bekerja, memperkirakan sesuatu, dan aku takut untuk mencari tahu. Entah apa yang ia lihat sekarang. Anak kandung dan anak tirinya yang tidak pernah terlihat akur tiba-tiba berada di satu ruangan yang sama. Rambutku berantakan, wajahku juga pasti terlihat kacau. Posisi Drake yang berdiri di belakangku juga sama sekali tidak membantu. Aku merasakan firasat yang sangat buruk ketika melihat ibuku mengernyit.
"Aku mendengar suara teriakan dari luar. Apa kalian bertengkar lagi?" tanya Mom sambil melipat lengan di depan dada. Matanya menyipit. "Apa yang kalian lakukan?"
"A-aku..."
"Kami baik-baik saja. Hanya berbeda pendapat mengenai sebuah film," potong Drake. Aku berbalik dan melihatnya menyunggingkan senyum terbaiknya pada Mom. Aku tahu senyum itu. Senyum terkutuk itu selalu berhasil membuatnya mendapatkan apapun yang ia inginkan.
Mom balas tersenyum. Rupanya tidak imun. Tatapannya pada Drake seketika melembut dan aku yakin ia akan mempercayai apapun omong kosong yang Drake katakan selanjutnya. "Apa yang kalian tonton?" tanya Mom. Ia menurunkan tangannya dari dada dan tertawa pelan. "Oh, biarkan aku menebak. Pasti sejenis film horor? Kau tahu Caitlyn sama sekali tidak menyukai genre film seperti itu."
Drake menyeringai. "Aku tahu. Karena itu aku memilihnya."
Pria brengsek. Aku menatapnya, masih marah. Situasi ini sama sekali tidak membantu perasaanku
Aku merasakan tangan Drake di bahuku. Ia meremasnya pelan, memberikan rasa panas di daerah yang ia sentuh. "Ada apa, Jesse?" tanyanya.
"Oh, aku hampir lupa," kata Mom. "Tadinya aku ingin memberitahu Caitlyn terlebih dahulu, tapi karena Drake sudah ada disini...," Mom menatap Drake dengan gugup. Lalu pada tangan Drake di bahuku. Ia mengelus perutnya yang rata, tampak tak yakin.
"Aku akan pergi kalau kau menginginkannya," kata Drake mengerti. Satu hal yang kusadari dan kuhargai tentangnya: sejak dulu ia tidak pernah kasar pada ibuku.
"Tidak, tidak apa-apa. Begini...," Mom terus mengelus perutnya dan entah kenapa aku firasat burukku belum lenyap. Ia tersenyum. Binar di mata birunya. "Caitlyn, Drake, kalian akan memiliki adik."
Aku terkesiap.
Sentuhan tangan Drake di bahuku tiba-tiba menghilang.
Tiba-tiba ia berjalan pergi meninggalkanku dan Mom. Tidak ada kata selamat dari bibirnya dan Mom terlihat takut dengan reaksi Drake. Setelah sekian lama, ibuku masih berjuang untuk dapat diterima. Selalu khawatir akan pendapat orang lain tentangnya. Aku meyakinkan ibuku bahwa semuanya akan baik-baik saja. Mengatakan bahwa Drake hanya terkejut meski aku tidak tahu apa yang Drake pikirkan sekarang.
Kekhawatiranku sekarang tertuju pada ibuku yang pucat. "Mom, berjanjilah padaku kau tidak akan meminum pil tidur lagi."
Jika mungkin, wajah ibuku semakin memucat. "Aku tidak—" ia berhenti. Air mata tergenang di matanya. Ia berhenti mengelus perutnya. "Tidak lagi setelah aku mengetahuinya."
Aku salah memilih kata. Ia merasa gagal karena tahu aku mengetahui rahasianya, namun aku tetap harus mengatakannya, demi jiwa yang ada dalam kandungannya.
"Mom, kenapa kau memakan banyak sekali pil?"
"Aku merindukan Fernando. Aku tidak bisa tidur. Kenapa ayahmu pergi begitu cepat dariku?"
KAMU SEDANG MEMBACA
Don't Make Me Let You Go
Teen FictionCaitlyn Hunter sudah tahu perasaannya pada Conrad Shelton, sahabatnya sendiri tidak akan pernah terbalas. Ia sudah tahu, namun harapan selalu menjadi iblis yang menjadi teman baiknya. Membuatnya berangan-angan suatu hari, suatu saat, dan entah kapan...