Don't Make Me Let You Go - Chapter Four
“Cat, sepertinya kau perlu bercinta.”
Aku menjatuhkan buku yang tadinya sedang kubolak-balik saat mendengar suara Conrad yang terlalu keras di perpustakaan sekolah dimana aku sedang mencari buku referensi sastra untuk tugas pelajaran bahasa inggris. Suara Conrad benar-benar keras, bahkan bisa terdengar jelas di tengah-tengah angin topan sekalipun.
Membalikkan badan, aku melotot ke arahnya. Keinginan untuk kabur, diikuti dengan keinginan lebih besar lagi untuk menendang Conrad, berkecamuk di dalam diriku. “Apa kau gila?!” seruku kaget, syok, dan juga marah. Lalu cepat-cepat membungkam mulutku dengan tanganku sendiri karena menyadari bahwa ada banyak orang yang membalikkan badan untuk memperhatikan kami berdua dengan ketertarikan besar.
Sebisa mungkin tidak menghiraukan para penonton yang penasaran, aku menggamit lengan Conrad dan memaksanya untuk menundukkan badannya. “Sedang apa kau disini?” tanyaku kesal. Lalu cepat-cepat menambahkan dengan suara rendah, “Pelankan suaramu,” bisikku dari sela-sela gigi.
“Aku cuma bercanda tadi.” Conrad menyeringai jahil, terlihat geli. “Aku mencarimu kemana-mana karena tiba-tiba saja kau menghilang saat jam istirahat. Aku takut terjadi apa-apa padamu.”
Aku melepaskan lengan Conrad dan mendesah pelan. “Aku sudah bilang kalau aku tidak membutuhkan perlindunganmu.” Menggelengkan kepala, aku melanjutkan, “Lagipula Drake tidak masuk sekolah hari ini.”
“Tapi tetap saja aku khawatir. Kau tahu kalau pengikut Drake bisa sangat kejam dan—“
“Dan hanya orang tolol saja yang percaya dengan cerita sinting Maddy,” selaku cepat. Aku mengangkat bahu, tak peduli. “Tentu saja, kalau mereka melihatku, mereka tidak akan mungkin percaya perempuan seperti aku mampu memojokkan Drake yang bertubuh besar.“
Seringaian Conrad melebar, membuat lesung pipinya tercetak jelas sekarang. “Apa kau mengakui kalau kau pendek?”
“Tidak,” aku mengangkat daguku tinggi-tinggi. “aku menolak mengakui diriku sendiri pendek,” ujarku tegas. Pernyataan yang konyol memang, karena meski aku berjinjit sekalipun, tinggi tubuhku masih belum setinggi tubuh Conrad.
Conrad terlihat sedang menahan tawanya yang akan segera menyembur keluar. Aku mendesis menyuruhnya diam sambil melihat ke kanan-kiriku, khawatir petugas perpustakaan akan menegur kami karena terlalu berisik. Selama ini, perpustakaan adalah tempat dimana aku menghabiskan sebagian besar waktu kosongku. Aku tidak ingin diusir dari satu-satunya tempat dimana aku bisa menyudut dan bersembunyi.
“Aku tidak apa-apa, sekarang kau bisa pergi dan temui Belle. Aku harus mengerjakan tugas bahasa inggris minggu depan,” kataku sambil menundukkan tubuh untuk meraih buku tebal yang tadi kujatuhkan dengan suara keras.
Tapi ternyata Conrad lebih cepat, tangannya sudah berada di atas buku itu sebelum aku menyadarinya. Tangannya membungkus tanganku. Warna kulit kami hampir mirip, kecuali kulitnya berwarna gelap karena terbakar matahari sementara kulitku berwarna gelap karena memang sudah dari sananya.
Aku menelan ludah sekali dan menarik tanganku untuk membiarkan Conrad yang mengambil buku itu. Rasanya seperti baru menyentuh api.
Aku menegakkan tubuhku. Conrad juga ikut menegakkan tubuhnya dan kali ini menatapku dengan ekspresi bingung. “Cat, kita masih bersahabat kan?”
Aku mengerjap, dan tanpa berpikir lagi langsung menjawab, “Ya, tentu saja.”
Conrad menyerahkan buku itu padaku dan aku menerimanya dengan gugup. Lalu memeluk buku itu di depan dada, seakan-akan takut suara debaran jantungku akan berkata sebaliknya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Don't Make Me Let You Go
Teen FictionCaitlyn Hunter sudah tahu perasaannya pada Conrad Shelton, sahabatnya sendiri tidak akan pernah terbalas. Ia sudah tahu, namun harapan selalu menjadi iblis yang menjadi teman baiknya. Membuatnya berangan-angan suatu hari, suatu saat, dan entah kapan...