Don't Make Me Let You Go - Chapter Nine

24.8K 1K 41
                                    

Don't Make Me Let You Go - Chapter Nine

Aku selalu menganggap Conrad indah, seperti indahnya hutan yang masih belum terjamah atau embun yang menitik di daun pagi. Pria itu memang tidak sempurna, egois dan juga sangat pemaksa. Ia juga seorang maniak binatang yang pernah memanjat pohon oak di taman Forsyth di Savannah Square hanya untuk melihat sarang burung gereja yang induknya baru bertelur. Tidak lepas dari ingatanku kalau saat itu ia terjatuh dan mengalami cedera parah di punggungnya yang untungnya sembuh setelah perawatan intensif selama berbulan-bulan. Bodohnya, ia sama sekali tidak terlihat menyesal. Saat itu ia hanya tertawa dan berkata kalau ia akan melakukannya sekali lagi jika perlu. Sifatnya yang terlalu menikmati hidup membuatku ngeri kalau suatu hari nanti ia akan mati hanya karena sebuah alasan konyol.

Setiap orang yang belum mengenal Conrad selalu menganggapnya gelap dan menakutkan seperti singa liar. Melihat fakta kalau fisik pria itu memang besar dan mendominasi sebagian besar orang. Namun seperti kata pepatah kuno: jangan pernah menilai sebuah buku dari sampul luarnya sebelum membaca isinya. Dan dari setiap lembar yang kubaca dari dalam dirinya, bagiku ia adalah pria yang bisa dengan mudah membuatmu terpikat dengan kepintarannya membawa diri hanya dalam lima menit pertama kau berbicara dengannya. Senyumnya menyihir, mampu membuatmu melupakan kesalahannya setiap kali ia bertingkah menjengkelkan. Namun yang paling berbahaya adalah tatapan matanya yang lembut. Aku percaya setiap wanita yang pernah ditatapnya secara langsung akan merasa sedikit jatuh cinta pada pria itu.

Sayangnya, aku tidak merasakan kejatuhan itu dengan kadar sedikit. Aku merasakannya dengan kadar seperti orang gila yang tidak bisa lagi mendapatkan kewarasannya meskipun ingin. Kelembutannya, ketulusannya, dan keberaniannya membelaku tanpa mempedulikan orang-orang yang akan menjauhinya, serta kekurangannya sebagai manusia tidak sempurna. Aku menyayangi setiap inci dari dirinya dengan cinta yang tidak menuntut apa-apa.

Karena aku menyadari aku bukanlah wanita yang pantas untuk pria sepertinya. Tentu saja, aku sama sekali tidak menarik, kutu buku, pendek, dan sasaran kebencian Drake. Sedangkan Conrad bersinar bagai matahari pagi, memiliki tawa yang menulari orang-orang yang ada di sekitarnya. Keajaiban berwujud karena menjadi satu-satunya orang yang sudi berteman denganku meskipun banyak orang yang menjauhinya.

“Kau temanku dan aku tidak akan pernah meninggalkanmu seperti bajingan tidak setia,” jelas Conrad dengan ketegasan yang tak bisa dibantah setelah salah seorang teman Drake memojokkannya ke dinding dan mengancamnya untuk menjauhiku. “Terkutuklah aku kalau aku menjadi pengecut yang mundur dan membuatmu menderita.”

Setelah itu tanpa sepengetahuanku Conrad menemui Drake. Tidak ada yang tahu apa yang terjadi, tapi beberapa jam kemudian mereka berdua ditemukan tidak sadarkan diri dalam keadaan terluka parah hingga dirawat di rumah sakit berhari-hari.

“Kau tolol! Apa kau pernah sekali saja berpikir sebelum bertindak?!” raungku marah saat menjenguk Conrad di rumah sakit setelah ia sudah bisa dijenguk.

“Aku sudah memikirkannya dengan baik,” gerutunya. Ia meringis seolah-olah berbicara saja terasa menyakitkan. “Setelah ini aku berjanji kalau tidak akan ada orang yang mengganggumu lagi.”

Mataku melebar tidak percaya. “Kau bercanda.”

Conrad memiringkan kepalanya sedikit. Ia menyeringai lebar. “Tidak, aku bersumpah mereka yang berani melakukannya akan mendapatkan ciuman manis dari tinjuku.”

Saat itu aku tidak tahu apakah aku sudah jatuh cinta padanya atau belum, yang kutahu adalah jika belum, bisa dipastikan aku akan jatuh cinta padanya dengan keras detik itu juga.

Apa yang kurasakan padanya jelas tidak terasa semanis barisan puisi atau cerita novel roman picisan, perasaanku padanya seperti tato yang terpahat di jantung dan meninggalkan bekas yang akan selalu berdenyut perih karena ketidakmampuan untuk memiliki peredanya. Menyakitkan, mematikan, tapi aku tidak peduli karena aku menikmati sosoknya yang sudah terpatri.

Don't Make Me Let You GoTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang