Day 8 : Secangkir Teh (Pembicaraan Hangat)

23 5 4
                                    

Disclaimer : BoBoiBoy belongs Animonsta Studio. Saya selaku author hanya izin meminjam para watak. Disini saya tidak mengambil keuntungan apapun.

Fanfic ini dibuat dalam rangka 30 day writing and artist by Komunitas Edufiction BoBoiBoy.

Fanfic ini dibuat dalam rangka 30 day writing and artist by Komunitas Edufiction BoBoiBoy

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.



Day 8 : Secangkir Teh

Seseorang tengah menyeruputi secangkir teh. Setelah puas minum, cangkir itu ia letakan di atas meja dan berganti mengambil salah satu donat lobak merah di samping cangkir.

"Gimana bang?"

"Enak."

"Bukan donatnya."

"Oh, tehnya enak."

"Bukan tehnya juga."

Kesal karena semua balasannya disalahkan semua, ia pun menoleh ke arah orang yang memberikan pertanyaan tadi.

"Kenapa sih kau Pang? Kalau mau nanya itu yang jelas." sungutnya.

Fang hanya terkekeh melihat kekesalan abangnya. Ia memilih duduk terlebih dahulu di kursi kosong di samping meja setelah meletakan secangkir teh. Matanya memandang lurus ke depan.

"Abang kan selama ini suka sibuk dengan misi. Sampai-sampai gak ada waktu untuk istirahat walau sejenak."

"Jadi?"

"Jadi, sekalinya Abang dapat jatah libur panjang. Gimana rasanya Bang?" tanya Fang seraya memandang wajah Abangnya.

Orang yang ditanya hanya terdiam. Pandangannya mengarah ke arah depan. Mulutnya kembali memakan donat yang sempat digigit sekali tadi.

"Bang Kaizo?"

"Gimana ya? Aku merindukan misi disana."

Fang gemas mendengar jawaban datar tersebut.

"Libur gak terlalu buruk juga," tambah Kaizo.

Ya kan? Siapa juga yang membenci hari libur coba.

"Ngomong-ngomong teh buatanmu ini gak buruk juga. Enak dan wangi," komentar Kaizo dengan nada datar, tapi senyuman yang sangat tipis terukur disana.

"Siapa dulu dong, adiknya yang berdikari ini. Tinggal sendirian mau gak mau harus bisa apa aja," ucap Fang dengan nada sombong.

Kaizo tersenyum kecil. Tapi senyuman itu tidak bertahan lama. Dirinya teringat sesuatu yang menjanggal.

"Maaf Abang waktu itu meninggalkanmu saat misi pertama di Bumi," ungkap Kaizo dengan nada menyesal.

"Gak masalah. Namanya juga lagi misi," balas Fang acuh.

Keheningan melanda dan kedua kakak beradik itu sibuk dengan teh masing-masing ditambah menikmati setiap gigitan donat mereka.

"Minum teh dan makan donat mengingatkanku pada 'mereka' berdua," gumam Fang memecah keheningan. Kedua matanya dipejamkan tanda tengah menjelajahi ingatan masa lalu.

Saat masih kecil dimana lebih tepatnya Kaizo remaja dan Fang kecil tengah bermain kejar-kejaran di depan rumah. Dari dalam muncul sosok wanita berambut panjang dan berwarna ungu. Kedua tangannya membawa nampan yang menampung hidangan kecil.

"Kaizo, Fang. Ayo istrirahat dulu. Ibu dah buatkan teh dan donat lobak merah loh," panggil wanita itu.

"Donat, yeay!" pekik Fang seraya berlari ke arah teras rumah.

"Pang! Jangan lari-lari. Nanti kau jatuh," teriak Kaizo khawatir seraya ikut berlari.

Tak lama kemudian sang ayah datang dan bergabung dengan mereka. Keluarga kecil yang bahagia itu tengah sibuk menikmati kebersamaan mereka dengan ditemani teh dan donat lobak, hidangan favorite. 

Kembali ke masa sekarang dimana Fang tengah sibuk tersenyum lebar. Kaizo yang ikut mengingat kenangan itu turut tersenyum. Ia menoleh ke arah adiknya dengan tatapan sendu.

"Pang, maafkan Abang karena merahasiakan kabar Ibu dan Ayah. Abang cuma gak mau Pang ikut kepikiran," lirihnya.

Fang menggeleng seraya tersenyum sedih. Matanya memandang abangnya dengan tatapan sendu.

"Abang gak perlu minta maaf. Abang cuma ingin menjaga perasaan Pang kan. Jujur aja, Pang emang masih sedih, kangen sama mereka dan kadang kalo teringat waktu itu, Pang jadi kepikiran. Tapi, Pang berusaha untuk bersikap tegar. Semua dah berlalu Bang. Kalo begini terus, Ibu dan Ayah gak akan tenang. Tersenyumlah Bang. Pang gak akan meninggalkan Abang. Jadi,  Abang juga gak boleh ninggalin Pang. Karena Abang adalah satu-satunya keluarga yang Pang punya."

Kaizo tidak sadar air matanya menggenang di kelupuk mata. Bibirnya terasa kaku untuk berbicara dan tenggorokannya serak.

"Pang."

"Ya Bang?"

"Abang sayang banget sama adik." ucap Kaizo nyaris berbisik.

Tapi adiknya mendengar dengan jelas. Fang terkejut dalam diam. Telinganya gak salah nangkep nih?

"Apa Bang? Coba ulangi," pinta Fang sekaligus menggodanya. Jahilnya kambuh saudara.

Bukannya menuruti perintah adiknya, Kaizo malah bangun dari kursi. Dengan membawa cangkir dan piring kotornya masuk ke dalam rumah.

"Eh, Abang! Pertanyaan Pang tadi jangan dicueki. Bang, Abang!" teriak Fang seraya ikut masuk ke dalam dan tak lupa membawa cangkirnya.

Sampai jumpa lagi di Day 9 °v°/

EdufictionBoBoiBoy

30 Autumn TalesTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang