Day 17 : Senyuman (Abang Tersenyum)

26 5 1
                                    

Disclaimer : BoBoiBoy belongs Animonsta Studio. Saya selaku author hanya izin meminjam para watak. Disini saya tidak mengambil keuntungan apapun.

Fanfic ini dibuat dalam rangka 30 day writing and artist by Komunitas Edufiction BoBoiBoy.

Fanfic ini dibuat dalam rangka 30 day writing and artist by Komunitas Edufiction BoBoiBoy

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Day 17 : Senyuman

Terdengar suara tangisan dari salah satu rumah. Seorang anak kecil sekitar 5 tahun tengah menangis. Kedua tangannya dikepalkan di bawah mata.

Sang ibu berusaha menenangkannya. Tapi anak itu tetap saja menangis. Mimik wanita itu tampak sangat lelah dan bingung harus bagaimana lagi. Ia sudah membujuknya dengan susu dan makanan. Semuanya gagal ditolak mentah-mentah oleh anaknya dan tangisannya semakin keras saja.

"Bang Hali kenapa?"

Wanita itu menoleh ke asal suara. Dilihatnya seorang anak kecil lain tengah berdiri di ambang pagar rumahnya. Anak itu berjalan mendekati mereka berdua.

"Oh, Taufan. Tadi, Abangmu dibully oleh anak-anak menggunakan balon," jelas ibu mereka.

Taufan hanya diam dan memandang sang kakak dengan ekspresi sedih. Halilintar tetap sibuk berusaha untuk menenangkan diri. Sebuah tepukan lembut hadir di pucuk kepalanya dan dirinya merasakan seseorang mengelus rambutnya pelan.

"Jangan menangis Bang."

Halilintar yang masih sesenggukan pun melihat wajah adiknya yang kini tengah tersenyum lebar hingga menampakan deretan giginya. Lalu, Taufan menyodorkan setoples berisi beberapa keping biskuit.

"Nah, cobalah. Nih buatan Upan. Ibu juga ikut membantu."

Taufan dan ibu mereka sempat membuat biskuit bersama di dapur hingga Halilintar datang dengan menangis.

"Cobalah."

Halilintar masih bergeming. Beberapa saat kemudian, tangannya meraih sekeping biskuit dari toples. Ia tidak langsung memakannya. Dilihat dengan lamat dan mulai memasukkannya ke dalam mulut dengan perlahan. Digigitnya biskuit itu.

"Gimana enak?" tanya Taufan yang melihat abangnya membelalakkan matanya dan mulutnya penuh.

"Enak," jawab Halilintar dengan terbata-bata.

Satu demi satu biskuit diambilnya dan dimakan dengan sukacita. Mulai terbitlah senyuman tipis sampai kedua matanya merem dari wajah Halilintar. Taufan yang melihatnya ikut tersenyum puas karena abangnya akhirnya kembali tersenyum.

°°°

"Abang Hali? Hei, Abang! Jangan melamun nanti kesurupan," tegur seseorang menyadarkan Halilintar yang baru saja terbawa memori masa lalu.

30 Autumn TalesTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang