Day 10 : Bunga (Pencuri Mawar)

23 4 0
                                    

Disclaimer : BoBoiBoy belongs Animonsta Studio. Saya selaku author hanya izin meminjam para watak. Disini saya tidak mengambil keuntungan apapun.

Fanfic ini dibuat dalam rangka 30 day writing and artist by Komunitas Edufiction BoBoiBoy.

Fanfic ini dibuat dalam rangka 30 day writing and artist by Komunitas Edufiction BoBoiBoy

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Day 10 : Bunga

Langit pagi ini sangat cerah. Angin berhembus pelan membuat beberapa helai daun terlepas dari ranting pohon dan melayang mengikuti arus angin.

"Tidak lagi," seruan seseorang memecah keheningan di pagi hari.

Di salah satu rumah terlihat sosok bapak-bapak bertopeng merah tengah mengeluh di depan pagar seraya memegangi selang air yang masih mati.

Dari kejauhan, muncul sosok anak remaja lelaki tengah berjalan santai dan riang serata menenteng kantong plastik. Ia bersiul senang sesekali melirik isi kantong dan cekikikan sendiri. Lalu, mata hijaunya menangkap seorang bapak tengah berdiri di depan pagar rumah. Ia pun mendekatinya dengan penasaran.

"Selamat pagi Cikgu Papa."

Orang yang disapa terkejut dan lekas menoleh. Tanpa aba-aba Papa Zola menerjang dan memegang kedua bahu anak itu dengan erat. Ekspresinya dibuat panik.

"Eh?! Ada apa ini Cikgu?" tanya anak itu bingung dengan tindakan tiba-tiba ini.

"BoBoiBoy Duri. Untung kau datang."

Duri masih bergeming sekaligus bingung. Sementara itu Papa Zola langsung menangis tersedu-sedu seraya menunjuk ke arah pot yang pecah di sampingnya.

"Ada yang mencuri bunga mawar, BoBoiBoy," jelas Papa Zola dengan nada histeris.

Duri melihat lebih dekat tanaman tersebut. Benar pot yang sudah pecah itu terdapat bekas tanaman yang sekarang tinggal tangkainya saja.

"Bukan hanya sekali. Setiap bunganya muncul dan mekar. Pasti ada saja yang mengambilnya. Kali ini bukan bunga saja yang diambil. Pot juga dirusak juga." geram Papa Zola.

Mawar adalah salah satu bunga yang indah dan diminati orang-orang. Pasti ada saja tangan usil hendak memetiknya.

"Padahal itu bunga kesukaan Dinda," lirih Papa Zola dan matanya kembali melihat Duri di hadapannya.

Duri memasang pose berpikir. Beberapa detik kemudian, Duri menjentikkan jari membuat Papa Zola memandang bingung.

"Kita akan menangkap pelakunya."

Papa Zola bengong selama beberapa detik.

"Hah? Dengan cara apa?"

Duri tidak menjawab dan hanya menyeringai.

°°°

"Kau yakin dengan ini BoBoiBoy?" tanya Papa Zola dengan berbisik.

"Saya yakin Cikgu. Dengan cara ini, pelakunya pasti akan tertangkap."

Saat ini kedua orang itu tengah bersembunyi di balik tembok rumah Papa Zola. Sesekali melirik ke arah pagar. Mereka berjaga disana sampai bosan dan mulai tertidur.

Seseorang tengah berjalan mendekati pagar rumah Papa Zola. Orang itu melihat keadaan sekitar. Dengan hati-hati sosok itu berjalan pelan saat matanya menangkap setangkai bunga mawar di balik semak-semak. Mawar itu terlihat lumayan besar. Tangan sosok itu langsung mengeluarkan sesuatu dari saku jas. Ia mulai mendekati gunting ke arah tangkai bunga. Mulutnya menyeringai saat gunting itu semakin dekat dengan tangkai.

Sementara itu Duri mendadak terbangun. Ia mengucek matanya dan lekas melihat kembali ke arah pagar. Mata hijaunya membelalak. Tanpa menyebut jurus, Duri langsung melancarkan aksinya. Papa Zola yang tengah mengorok langsung terbangun mendengar jeritan minta tolong. Keduanya keluar dari tempat persembunyian.

Sosok tadi yang hendak menggunting mawar tengah menjerit. Tubuhnya terikat akar berduri dan diangkat ke atas setinggi dua meter.

"Oh, jadi ini pelakunya?" tanya Papa Zola agak geram.

"Maafkan saya! Tolong lepaskan saya. Saya menyesal."

"Kenapa kamu selalu saja mencuri mawar saya. Apalagi hari ini pot saya sampai pecah." Papa Zola mengintrogasi.

"Sa-saya ... iri dengan mawar punya bapak," cicitnya seraya menunduk.

Papa Zola dan Duri dibuat bengong dengan jawaban itu.

"Mawar bapak sangat cantik. Ditambah lagi, istri dan anak saya suka sekali dengan mawar. Jadi, saya berniat mencuri mawar itu untuk dihadiahkan kepada mereka."

Papa Zola mendengar pengakuan tersebut langsung menepuk pundak pria tersebut. Dengan kedua mata ditutup, kepala digelengkan dan jari telunjuk dikibaskan. Ia pun mulai membalas ucapan sang pelaku dengan nada rendah.

"Ish,ish, ish! Memetik tanaman orang sembarangan itu tak baik tahu. Apalagi sampai merusak pot orang."

"Saya tau."

"Kalau tau kenapa masih dilakukan wahai pencuri mawar?"

Pria itu semakin menunduk. Ia tampak menyesali perbuatannya. Duri merasa iba lekas menurunkannya. Tapi tidak dengan ikatannya.

"Haish, saya maafkan."

Pria itu mendongak dengan tatapan berharap. Papa Zola menghela napas.

"Tak baik juga memperbesarkan masalah. Tapi ini masalah juga tidak bisa dianggap remeh. Bahaya kalau dibiasakan. Kali ini saya maafkan. Tapi bila kamu tetap berbuat, saya tidak segan-segan lebih memarahi kamu. Bahaya tahu kalau perilaku kamu ini dicontoh oleh anak kamu sendiri. Sudah mencuri ditambah merusak barang milik orang lain. Walaupun itu hanya sekedar tanaman. Tapi, tolong hargai usaha pemiliknya yang sangat menyayangi tanaman tersebut dan merawatnya dengan kasih sayang. Betul begitu kan BoBoiBoy?"

Duri mengangguk menyetujui ucapan guru sekaligus kapten pesawat angkasa kebenaran itu.

"Tanaman itu juga hidup. Mereka layak untuk diperlakukan dengan baik. Tanaman membuat lingkungan terlihat asri dan indah. Pohon membuat oksigen dan bunga membuat tempat menjadi indah dipandang."

"Betul tuh, wahai murid kebenaran," balas Cikgu Papa seraya memegang punggung muridnya.

"Saya minta maaf dan saya janji tidak akan mengulanginya lagi."

"Bagus, tapi masih ada satu syarat."

"Apa itu?"

"Kamu harus mengganti rugi pot ini. Pot ini juga adalah pot kesukaan Dinda. Bahaya woi, nanti Dinda mengamuk," jelas Papa Zola yang di akhir kalimat, nadanya dinaikkan tanda dirinya mulai panik.

"Baik pak. Saya akan mengganti rugi."

"Terbaik!" Duri cekikian seraya mengacungkan jempol.

Sampai jumpa di day 11 0v0

EdufictionBoBoiBoy

30 Autumn TalesTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang