Day 26 : Kue (Penyesalan)

23 2 0
                                    

Disclaimer : BoBoiBoy belongs Animonsta Studio. Saya selaku author hanya izin meminjam para watak. Disini saya tidak mengambil keuntungan apapun.

Fanfic ini dibuat dalam rangka 30 day writing and artist by Komunitas Edufiction BoBoiBoy.

Fanfic ini dibuat dalam rangka 30 day writing and artist by Komunitas Edufiction BoBoiBoy

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Day 26 : Kue

Mama Zila tengah sibuk menghiasi kue tart. Kue berbentuk lingkaran dengan krim vanila yang menyelimuti seluruh bagian dinding dan beberapa strawberry sebagai hiasannya. Senyumannya terus menghiasi wajahnya selama proses pembuatan kue tersebut.

"Hah, akhirnya dah siap," seru kecil Mama Zila seraya menangkup kedua telapak tangan ditambah senyuman yang lebar.

"Wah, cake! Hebatlah Dinda," puji Papa Zola yang mendadak muncul.

"Terima kasih Kakanda."

Cake dimasukkan ke dalam kulkas membuat Papa Zola murung seketika.

"Halah, kenapa disimpan Dinda?"

"Dinda mau bagikan cake nih ke beberapa orang-orang terdekat kita. Tenang aja. Kakanda dan Pipi akan dapat juga. Tapi, nanti ya. Nah, sekarang Dinda mau pergi belanja dulu."

"Oh baik Dinda. Hati-hati di jalan ya."

Mama Zila membersihkan diri terlebih dahulu sebelum pergi keluar rumah. Saat sang istri sudah dipastikan meninggalkan rumah. Papa Zola langsung tersenyum lebar hingga kedua mata menyipit. Kakinya melangkah mendekati kulkas. Saat tangan sudah membuka pintu kulkas dan dikeluarkanlah cake itu. Kebahagiaan Papa Zola hanya dua detik.

"Hah, Papa!"

Papa Zola terkejut setengah mati saat melihat kemunculan putri kecilnya telat di depan mata. Karena kurang keseimbangan. Cake itu akhirnya terjatuh dan hancur di atas lantai. Baik ayah maupun anak menjadi syok seketika.

"Alamak! Cake Mama kamu dah hancur lah!"

"Bagaimana ini! Maaf Papa. Pipi tak tau kalau akan jadi seperti ini."

Papa Zola merasa tidak enak hati melihat putrinya hendak menangis. Ia pun berjongkok dan mengelus pucuk kepala Pipi Zola.

"Tak apalah Pipi. Ini salah Papa karena tidak bisa jaga keseimbangan."

Ditambah balasan karena tidak sabaran ingin memakan cake itu.

"Nah, mari kita buat ulang cake Mama kamu."

"Oke! Ayo kita buat," seru Pipi seraya meninju udara.

Ayah dan anak itu pun mulai membuat cake. Awalnya terasa sulit. Ternyata membuat itu sangat susah. Inilah kalau bisanya tinggal makan saja.

"Susahnya buat."

"Tapi, Papa. Setidaknya kita berhasil."

Ya, mereka berhasil membuat ulang cake itu. Walaupun bentuknya agak berantakan. Krim yang tidak rapi ditambah salah warna. Harusnya putih sekarang warna krim itu adalah pink. Buah sebagai hiasan juga bukan strawberry melainkan apel. Mereka kehabisan stok buah dan tidak ada waktu untuk pergi belanja.

"Assalamu'alaikum."

"Wa'alaikumussalam."

Mama Zila telah pulang dan berjalan memasuki dapur. Mata birunya terbelalak melihat suami dan putri kecilnya tengah membersihkan dapur. Nasib baik keduanya sempat membersihkan jejak pembuatan cake tadi.

"Wah, kenapa nih? Kalian habis memasak sesuatu?" tanya Mama Zila seraya tersenyum.

Papa Zola hanya terkekeh sedangkan Pipi tersenyum kecil. Mama Zila tidak merasakan kejanggalan dan kakinya melangkah mendekati kulkas dan dibukalah. Seketika matanya terkejut. Ia mengambil sesuatu dari dalam sana dan membalikkan badan.

"Kenapa cake nih lain dari aku buat?"

Kedua pelaku hancurnya cake itu pun terdiam dengan keringat dingin. Lalu, Papa Zola pun maju dengan ekspresi menyesal.

"Maafkan Kakanda, Dinda. Kakanda yang menghancurkan cake itu."

"Mama. Bukan salah Papa. Pipi yang salah sebab sudah kagetin Papa sampai kuenya jatuh."

Mama Zila melihat itu pun hanya menghela napas pendek dan meletakkan cake itu di atas meja.

"Ya, gak apa. Mama maafkan kalian berdua. Papa memang suka tak sabar untuk makan ya."

Papa Zola terkekeh seraya menggaruk kepala. Mama Zila menggelengkan kepala seraya menyiapkan wadah kecil dan siap memotong kue setelah mencuci tangan.

"Bagaimana kalau kalian berdua pergi untuk membagikan semuanya ini?"

"Oh, siap Dinda! Kebenaran akan pergi untuk membagikan cake."

"Pipi juga!"

Mereka berdua pun pergi ke beberapa rumah untuk membagikan potongan cake itu. Dari rumah Ying, Yaya, Gopal dan Tok Aba. Sesampainya di rumah, keduanya mendapat kejutan kecil di atas meja makan. Masing-masing mendapat jatah cake. Papa dan Pipi berbinar melihat itu.

"Ini sebagai tanda terima kasih dan penghargaan karena sudah mau bertanggungjawab atas kesalahan kalian berdua. Lalu, cake ini tidak buruk juga. Enak sekali," puji Mama Zila seraya tersenyum saat menikmati potongan cake itu.

Papa Zola dan Pipi ikut tersenyum lega. Keluarga kecil itu pun menyantap cake dengan hati riang.

Sampai jumpa di day 27

EdufictionBoBoiBoy

30 Autumn TalesTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang