022

49 3 0
                                    

Di ruangan dengan nuasa gelap, dengan suara ringisan yang memenuhi ruangan, disini tempat Reyvaska berlabuh setelah adu jotos singkat dengan Xabiru.

Ringisan demi ringisan bersahutan, walaupun ini biasa bagi mereka, tapi setiap menerima luka di wajah pasti akan terasa perih ketika diobati.

"Sorry, karna gue kalian jadi ikut bonyok gini" ucap Nathan.

"Calm down dude, udah biasa kali" respon Darren.

"Yoi, santai" Vano menyahut.

"Kite bertiga kaga bonyok tuch, masi ganteng" ujar Mahesa dengan nada jenaka.

"Yee, lo mah gaada niat bantuin si bos" balas Erlian sambil menoyor kepala Mahesa.

"Lo juga pantek" timpal Mahesa ngegas.

"Mulai" gumam Jeano jengah, nampaknya pemuda satu ini sudah cukup lelah dengan tingkah dua curut di depannya.

Mereka terkekeh tanpa mempedulikan kondisi wajah tampan mereka yang sudah di torehkan luka dan juga lebam.

Drtt.. drrtt..

Getaran ponsel membuat suasana yang tadinya cair berubah menjadi tegang.

unknown number

Yang tertera di handphone Nathan, dengan cepat ia mengangkat panggilan tersebut.

"Kalau punya masalah gausah seret gue sialan" desis perempuan di seberang telpon.

"Fii? ini lo?" balas Nathan.

"Beresin masalah lo tanpa harus libatin gue" ujarnya sarkas lalu memutus sambungan.

"Shit, apalagi si ini" ujarnya frustasi.

"Nape bos?" tanya Mahesa heran.

"Sofia nelpon gue, dari suaranya gue rasa ada yang ga beres, dan gue yakin, pasti ini ada sangkut pautnya sama Biru" terang Nathan.

•••••••

Deru motor gagah milik Reyvaska memasuki pekarangan Cakrawala, kedatangan mereka di sambut girang oleh para kaum hawa.

Selang beberapa saat setelah mereka turun dan melepas helm yang melekat di kepala, Aodra muncul dengan mobil hitam legam khas mereka. Satu persatu gadis cantik turun dari mobilnya masing masing dengan wajah yang nampak di hiasi luka dan memar, namun sialnya tidak menutupi kecantikan mereka yang di luar nalar.

"Pada bonyok anjirr"

"Jangan jangan mereka adu jotos"

"Mereka habis baku hantam kali"

"Tetep cakep bangsat muka mereka"

"Asli coy, makin baddas"

Celotehan tak berguna mulai terlontar, sungguh memekakkan telinga.

Reyvaska menatap heran ke arah Aodra, apa yang terjadi dengan mereka? mengapa terdapat memar dan luka di wajah mereka?

Xabiru, pikiran Nathan mengarah kepada pemilik iris hazel yang selalu menatapnya penuh kebencian itu.

Tanpa melirik Reyvaska, Aodra melenggang pergi dengan raut wajah datar, menatap semua orang yang berlalu lalang tanpa minat. kini tujuan mereka hanyalah kantin, mereka berencana melewatkan pelajaran untuk hari ini, percayalah, mood mereka benar benar sedang sangat buruk.

AODRATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang