"I'm just a mute girl, through no fault of my own." - Yuna
.・。.・゜✭・
.
.
.
Sudah lebih dari 3 jam ia terus menulis tanpa henti. Tak sedikitpun ada rasa sungkan dari kedua orang yang memintanya mengerjakan ini semua. Gadis itu pun lelah sebenarnya, namun ia tidak punya pilihan lain. Ia tidak ingin pulang dengan banyak luka yang bisa saja mengundang banyak tanya dari sang ibu.
Akhirnya, saat itu telah selesai semua mereka pun juga pergi dari ributnya pikiran gadis itu. Ya, tepat saat kedua tugas itu selesai mereka langsung pergi dan meninggalkan nya sendiri disini.
Jemarinya seakan kaku setelah berjam-jam tersemat pulpen demi mengukir tulisan. Saraf pergelangan nya pun juga sedikit tegang hingga terpaksa di pijat pelan untuk melegakannya. Jika dijabarkan lebih, mungkin persendiran gadis itupun akan ikut mengeluh setelah bekerja tanpa henti.
Tapi, mau bagaimana lagi? Menolak juga mereka akan tetap memaksa. Dan ia tidak pernah bisa melawan saat kalimat pahit kadang terlontar dari lisan keduanya.
Gadis itu menarik nafas dalam sembari melegakan sandarannya di kursi ber-sofa. Netraanya pun beralih pada jalanan depan cafe yang kini basah di landa hujan gerimis.
Suasana yang cukup tenang untuk sekedar beristirahat sebentar. Lagi pula, masih sekitar jam 5 sore, ibu tidak akan pulang secepat ini. Tidur beberapa saat sepertinya tidak masalah. Gadis itu pun melengkungkan lengan untuk menopang kepala bersiap terlalap.
Netranya tertutup perlahan dan mulai meraba mimpi yang datang. Berawal dari gelap dan berubah begitu terang. Ia bahkan bisa merasakan dirinya menapak di ruang serba putih dan bangunan cafe yang sama dengan tempatnya tidur.
Gadis itu beranjak panik dan keluar guna melihat sekitar. Sepi dan hampa itulah yang ia rasakan. Nafasnya terburu panik, pikirannya bercabang.
"Yuna!"
"Bodoh!"
Bisikan di telinganya sendiri membuatnya semakin takut. Kata kata cacian itu saling bersautan. "TIDAKKK!!?" Teriak gadis itu.
"Hei?"
Seseorang menyentuh pundaknya pelan. Sontak yuna berbalik. Seorang gadis menatapnya bingung. Yuna pun ikut bingung.
"Ada apa? Kenapa berteriak?" Khawatirnya menatap yuna yang ketakutan.
Nafasnya memburu, ia juga bingung mengapa ia bisa berteriak. Bukan, bukan ketakutan. Tapi..
"Aku bisa bicara?" Tanya nya yang membuat gadis di depan itu ikut bingung.
"Apa maksudmu? Memangnya kau tidak bisa bicara?"
"Ya, aku... Aku bisu." Jawabnya menelan kepahitan. Yuna memang bisu, bukan dari lahir. Tapi karena kecerobohan nya saat kecil.
Yang membuat ibunya terus menggerutu dan menyesal telah membiarkan yuna kecil begitu bebas. Bahkan karena membesarkan seorang anak sendirian membuat ibu yuna begitu keras dalam mendidiknya semenjak kejadian itu.
"Kau? Maaf..." Sesal gadis itu telah bertanya.
Yuna hanya menggeleng. Hatinya sudah terlatih untuk menerima kenyataan. Sekarang yang menjadi pertanyaan ia ada dimana. Mengapa ia bisa berbicara layaknya orang normal?
"Dimana ini?" Tanyanya pelan.
"Dunia parallel. Aku sudah 2 kali masuk kesini. Dan perasaanku ikut berubah ketika berada di dunia ini." Gadis itu menjelaskan sedikit sembari mengajak yuna duduk ditepian taman sepi.
KAMU SEDANG MEMBACA
The parallel universe || txtzy ||
Fanfictionpertemuan yang tidak diduga membuat mereka harus saling menyelamatkan dalam dunia nyata. bertemu untuk menyelesaikan masalah rumit yang tidak pernah mampu didengar orang-orang. Saling menggapai untuk memberi makna hidup. Sampai pada akhirnya misteri...