Episode 17 : Should you interfere?

80 19 2
                                    

"You are guilty, but not completely guilty." -Yeji

.・。.・゜✭・

.

.

.

Langit mendung menghiasi penghujung petang menuju malam. Sepertinya hujan akan lebat sampai pagi. Entahlah, kesibukan gadis itu hanya bolak-balik dapur dan kasir. Tidak ada waktu untuk memperhatikan perubahan hari. Bahkan kini ia tak sadar jika hari berhujung malam.

Yeji melirik jam di dinding. Betul, sudah jam 6 sore. Ia menghela nafas sejenak lalu mendudukkan tubuh lelahnya di salah satu bangku.

"Yeji-a, aku pulang dulu. Hujan sudah turun dan kau tau aku lupa membawa payung." Mirae datang pada yeji untuk berpamit pulang. Namun, karena kecerobohannya yang lupa membawa payung membuat yeji hanya menggeleng maklum.

"Astaga. Sudah ambil saja payungku di bawah tangga. Kau akan sakit jika pulang dalam keadaan basah."

"Tidak masalah. Aku sudah di jemput oleh kekasihku. Hujan hujanan sepertinya akan lebih romantis jika dengan yang spesial." Mirae tersenyum senang saat membayangkan momen itu. Sementara yeji menatap dengan bingung. Apa semenyenangkan itu? Padahal bisa saja mereka sakit.

"Baiklah, aku pergi dulu. Dah yeji!!" Gadis itu melambai riang lalu berjalan keluar hingga lenyap di balik pintu kaca kedai.

Seperti itu ya, rasanya sedang kasmaran? Agak sedikit gila, tapi bagi yang mengalami pasti itu hal yang indah. Entahlah, yeji belum pernah merasakan perasaan itu. Ia hanya terus fokus bekerja selama ini. Bahkan waktu bermain dengan teman semasa sekolah dulu tidak pernah ia lakukan lagi.

Tetesan air hujan perlahan lebat turun dan mengaburkan pandangan di luar kedai. Yeji pun memutuskan untuk cepat menutup kedai lalu naik beristirahat. Ia pun menuju kasir dan mencari gembok pengunci.

Namun, saat ia kembali. Ada seseorang di luar sana dengan pakaian kuyup sambil menenteng sebuah poster dan banner ditangan. Wanita berambut pendek itu tampak sudah berumur dari kejauhan.

Yeji pun memutuskan menghampirinya. Siapa tau wanita itu ingin beristirahat sebentar hingga hujan mereda?

"Ada apa bi? Bibi basah sekali. Masuk saja dulu. Nanti bisa sakit jika memaksakan diri." Yang terpanggil pun menoleh pelan.

"Terima kasih, nak. Tidak apa-apa, hujannya sebentar lagi pasti akan berhenti." Tukasnya sembari mengibaskan banner dan poster nya yang kini basah.

"Bi, cuaca tidak bisa di prediksi saat ini. Lebih baik masuk ke dalam saja dulu." Yeji terus membujuk. Ia merasa tidak tega membiarkan orang tua harus hujan-hujanan seperti ini.

Wanita itu menatap yeji lekat. Tatapan tulus itu akhirnya membuat satu anggukan setuju dari wanita itu. Mereka pun masuk dan yeji membiarkan wanita itu duduk di salah satu bangku.

"Tunggu sebentar, bi."

Yeji ke ruang belakang menyiapkan teh hangat lalu menyambar handuk kecil yang biasa ia gunakan mengelap keringat. Tenang saja, yeji belum menggunakannya hari ini. Karena pembeli begitu banyak yeji sampai lupa.

Satu teh telah siap di nampan dan handuk kecil bertengger di pundaknya. Yeji kembali ke meja tempat wanita itu duduk. Ia pun langsung menaruh teh dan meminta wanita itu untuk lekas meminumnya. Tak lupa, handuk kecil itu juga yeji berikan. Walau hanya membantu sedikit, setidaknya wanita itu bisa mengeringkan badan.

"Terima kasih, nak. Maaf sudah merepotkanmu." Tak enak hati pada yeji wanita itu terus berterima kasih.

Yeji membalas dengan mengangguk dan tersenyum. Ia merasa bangga bisa bermanfaat bagi orang lain.

The parallel universe || txtzy ||Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang