"Who is the one who has been hurting the most all this time? You or me?" - Lia
.・。.・゜✭・
.
.
.
Setelah berjam-jam terpaku oleh waktu. Memburu sebuah ilmu yang masih panjang lagi perjalannya. Kini lia lelah dan memilih menidurkan kepalanya yang seakan berasap menerima penjelasan pada meja.
Ini masih hari ke tiga, dan lia sudah ingin menyerah. Materi saraf bahkah lebih sulit dari dugaannya. Sampai kapan les ini akan ia jalani dan tugas kuliah juga tak berhenti. Tolong, lia merasa ini seperti beban berat dihidupnya.
"Kau sudah selesai?"
Seseorang menginterupsi lia, membuat gadis itu mendongak sebab posisinya sekarang tengah duduk dibawah. Lia dapat melihat dengan jelas kursi roda itu mengayuh menuju tempatnya.
"Hm. Sudah, kan?" Tanya soobin sekali lagi sebab gadis itu hanya menatapnya tanpa niat menjawab pertanyaan itu.
"Ah.. Iya. Sudah selesai. Ibumu juga sudah turun duluan tadi." Akhirnya lia ingin bersuara. Wajar tadi pikirannya masih kalut.
"Aku tau itu. Ibu langsung pergi tadi. Ia hanya memintaku mengajakmu makan sebelum pulang. Bibi sudah masak banyak. Kau langsung pulang?"
"Tidak, aku akan turun setelah ini." Tukas lia sembari mengemasi beberapa barang miliknya di meja. Sangat berantakan ternyata, notes dimana-mana, buku dan lainnya.
"Kalau begitu, aku duluan." Pamitnya lalu menggayuh kursi rodanya.
"Tunggu!" Soobin berhenti dan menoleh pada gadis itu.
"Itu...aku ingin menanyakan sesuatu." Setelah mengirim pesan singkat pada yeji, lia terpikir untuk mendiskusikan mimpi itu dengan soobin. Tapi, ia ingin memastikan ingatan pemuda itu terlebih dahulu.
"Tanya saja."
"Apa kau pernah bermimpi seolah nyata? Maksudku, mimpi yang kau tau itu dirimu dan sadar akan kendali dirimu." Lanjut lia membuat soobin menatapnya bingung. Apa ia lupa? Atau memang tidak merasa?
"Mimpi yang kau dapat bertemu orang yang tidak kau kenali." Lia tidak mudah menyerah, ia berusaha mendeskripsikan pandangannya agar pemuda itu bisa mengerti.
Soobin mencoba mengingat, ia kemudian memiliki sedikit bayangan dalam ingatannya. Apa pertemuan waktu itu mimpi yang dimaksud lia? Soobin tiba-tiba memegangi kepalanya. Sangat sakit!
"Kau baik-baik saja?" Lia bangkit dan mendekat, raut wajahnya begitu khawatir.
"Akhh..." Ringis soobin.
Sebuah dengungan nyaring seakan merobek telinganya hingga sampai pada otak. Nafas pemuda itu semakin lama semakin memburu. Ia memejam kuat sembari menegang kepalanya yang seakan ingin meledak.
"Soobin? Maaf... Aku-" Sesal lia, apakah ini karena dirinya? Seharusnya lia tidak langsung menanyakan itu.
Lia tidak tau harus melakukan apa. Hari ini hanya ada ia dan soobin dirumah. Sementara bibi pembantu rumah sedang keluar untuk membeli kebutuhan dapur.
Karena panik lia ikut menopang kepala soobin sedang tangan kanannya memegang ponsel mencari sebuah nomor kontak yang dapat membantunya. Namun, baru saja ingin menekan telepon. Soobin tak sengaja menyenggol tangan gadis itu hingga ponselnya terjatuh.
Tangan soobin yang semula pada sisi rambutnya kini beralih menimpa tangan lia yang juga memegang kepalanya. Ia mengenggam kuat jemari itu tanda rasa sakit dan nyeri dari kepalanya. Hingga tak berselang lama, soobin dapat bernafas lega.
KAMU SEDANG MEMBACA
The parallel universe || txtzy ||
Fanfictionpertemuan yang tidak diduga membuat mereka harus saling menyelamatkan dalam dunia nyata. bertemu untuk menyelesaikan masalah rumit yang tidak pernah mampu didengar orang-orang. Saling menggapai untuk memberi makna hidup. Sampai pada akhirnya misteri...