Chapter 15 - Season 1

4.1K 236 5
                                    

***

"Ini ada apa lagi?" Tanya Isabella melihat Shani menarik kedua adiknya ke ruangannya.

"Duduk"

Adel dan Zee mengangguk dan terduduk sambil menundukkan kepalanya di depan Shani.

"Sayang, ada apa?" Tanya lagi Isabella sambil mendekati Shani.

"Mereka berantem lagi" Jawab Shani sambil memijit pelipisnya karena pusing sendiri.

Isabella menghelakan nafasnya, dia menatap kedua anaknya itu. Adel memang bukan anaknya, tapi dia sudah anggap Adel sebagai anak. Isabella menepuk pundak Shani, itu sebagai intrupsi agar Shani menenangkan dirinya dulu sebelum berbicara kepada dua adiknya.

Isabella mendekati Zee dan Adel, dia berjongkok di hadapan mereka yang masih menunduk. Meraih tangan keduanya untuk di genggaman.

"Coba lihat Mamih" Ujar Isabella dan secara perlahan Zee dan Adel mengangkat wajahnya menatap Mamihnya.

Isabella tersenyum, dia mengusap wajah Zee dan Adel secara bergantian. Dan tak lama yang terjadi adalah keduanya menangis. Isabella yang memang tak pernah tega itu langsung menarik keduanya ke dalam pelukannya.

"Mamih tahu kalian saling sayang, kalian saling peduli. Jangan berantem lagi ya? Zee hargai Adel yang memang ingin punya privasi sendiri dan Adel jangan terlalu tertutup sama Zee, itu membuat Zee merasa tak dihargai dan tersinggung" Tutur Isabella sambil mengusap lembut punggung keduanya.

Sepertinya emosi Shani sudah mereda melihat Mamihnya dan kedua adiknya yang menangis itu. Dia terduduk di depan mereka menunggu selesai melakukan ritual pelukan dengan Mamihnya.

"Udah-udah, usap ingus kalian" Ledek Isabella.

Zee dan Adel sama-sama nyengir sambil, lalu menatap satu sama lain dan akhirnya tertawa. Mereka saling menertawakan, seperti biasa mereka yang saling meledek satu sama lain.

"Bicara sama Cici kalian, Mamih tinggal dulu buat lihat si bungsu" Ujar Isabella, sebelum pergi dia mengusap puncak kepalanya mereka secara bergantian.

Tinggal tersisalah mereka bertiga, masih agak canggung dan takut. Sedangkan Shani menunggu waktu yang tepat dulu untuk berbicara. Lagian Zee masih segukan akibat menangis tadi. Sebenarnya Shani ingin ketawa, tapi kasihan nanti malah makin nangis.

"Maafin Cici ya" Kata Shani mengawali topik pembicaraan mereka, kata maaf yang Shani lontarkan mampu membuat mereka fokus pada Shani.

Mereka dengan kompak menggelengkan kepalanya, "Cici gak salah" Ujar Zee dan disetujui oleh anggukan kepala Adel.

Senyuman di bibir Shani semakin melebar membuat lesung pipinya tampak. Adel dan Zee juga tersenyum lembut pada Shani.

"Maafin Reva ya Ci, udah jauhin Cici akhir-akhir ini" Kata Adel.

Shani masih dengan senyumannya berpindah duduk di sebelah Adel. Dia mengingat kembali kata-kata Adel yang waktu itu, Shani tak pernah menyangka jika salah satu adiknya ini mengalami hal berat.

"Reva hebat kan ci?" Celetuk Zee sambil tersenyum dan Shani mengangguk sambil menatap Adel yang mulai malu.

"Lain kali kalau ada keluh kesah cerita ke kita, sebisa mungkin kalau memang kamu perlu bantuan dan pendapatan, Cici pasti kasih" Ujar Shani sambil mengusap puncak kepalanya Adel dengan lembut.

"Iya, kamu punya kita semua" Ujar Zee, bedanya Zee malah memukul lengan Adel. Tidak keras, tapi begitulah cara mereka memperlihatkan kasih sayang mereka.

"Sekarang baikan" Ujar Shani.

Zee dan Adel saling bertatapan, mereka berpelukan sebentar lalu berakhir saling dorong.

Story Of VS || GitShan [Season 2] [ON HOLD]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang